Ada berbagai pilihan yang dapat dilakukan sebagai dukungan untuk mengobati seseorang yang mengalami depresi.
Psikoterapi dan obat-obatan jenis antidepresan adalah jenis penanganan yang paling efektif untuk mereka yang mengalami depresi.
Namun, banyak orang yang beranggapan bahwa olahraga juga dapat membantu meringankan gejala depresi.
Walaupun hal ini masih dalam perdebatan di antara para peneliti, banyak psikolog/psikiater yang menggunakan olahraga sebagai strategi untuk mengatasi depresi.
Depresi memiliki berbagai gejala, beberapa tanda-tanda dasar termasuk merasa down/sedih dalam waktu yang lama, kegelisahan dan kurangnya kenikmatan, serta kurangnya minat walaupun saat melakukan hobi dan kegiatan sehari-hari yang disenangi.
Orang yang mengalami depresi akan sering merasa lesu dan akhirnya tidak dapat melakukan aktivitas fisik dengan maksimal.
Olahraga, seperti berjalan, jogging, bersepeda, berenang, dan hiking, merupakan hal yang sering direkomendasikan untuk dilakukan guna mencegah, bahkan menghilangkan depresi.
Pasalnya, olahraga bisa menimbulkan kesempatan seseorang yang sedang depresi untuk bersosialisi dan menjadi aktif. Selain itu, berolahraga juga memiliki efek positif pada metabolisme otak, dan juga untuk mengatasi depresi itu sendiri.
Para peneliti dari Cochrane Collaboration, yang merupakan jaringan internasional peneliti kesehatan, menguji manfaat dari olahraga untuk para penderita depresi.
Terdapat tiga puluh sembilan penelitian yang melibatkan hampir dua ribuan partisipan yang menggunakan olahraga sebagai alat untuk mengatasi depresi.
Sebagian besar studi-studi tersebut meneliti olahraga jogging dan berjalan, dan beberapa studi lainnya meneliti olahraga bersepeda, serta latihan beban.
Jenis olahraga yang diteliti tersebut melibatkan mereka yang mengalami depresi untuk berlari selama 1 sampai 16 minggu. Hasil dari studi-studi tersebut menunjukkan bahwa olahraga hanya berpengaruh kecil dalam mengatasi depresi yang terjadi.
Orang-orang yang berpartisipasi dalam program penelitian tersebut mengalami pengurangan rata-rata munculnya gejala depresi yang ringan dibandingkan dengan orang yang tidak berpartisipasi dalam kegiatan olahraga tersebut.
Kedua kelompok dalam penelitian tersebut tidak menerima pengobatan dalam bentuk lainnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam banyak kasus depresi, ternyata obat-obatan untuk depresi memang merupakan pilihan terapi utama.
Namun demikian, olahraga harus tetap dilakukan bersamaan dengan pengobatan standar.
Hal ini sehubungan dengan hasil penelitian yang menyebutkan bahwa olahraga dapat membantu meringankan sedikit gejala depresi, atau mungkin juga bisa menjadi alternatif bagi orang-orang dengan depresi ringan yang tidak memerlukan pengobatan segera.
Selain itu Anda perlu tahu juga beda depresi dengan stress.
Hidup ditengah tuntutan serta persaingan yang sengit tak jarang membuat seseorang mengalami stres hingga berujung pada depresi.
Bagi orang awam, mungkin stres dan depresi merupakan hal yang sama, padahal keduanya memiliki makna yang berbeda.
Stres biasanya dimulai dari rasa kelelahan akibat banyaknya tekanan dari luar. Stres yang dialami oleh seseorang bisa memberikan dampak yang berbeda, hal ini dikarenakan memiliki mekanisme yang berbeda-beda ketika menghadapi stres, ada stres yang bisa untuk semakin bersemangat menghadapi tantangan, namun ada pula yang dapat mematahkan semangat.
Berbeda dengan stres, depresi merupakan penyakit mental yang berdampak buruk pada suasana hati, perasaan, selera makan hingga konsentrasi seseorang. Orang yang mengidap depresi juga sulit untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.
Stres dapat terjadi pada semua usia, ketika stres dialami seseorang, mereka akan kesulitan untuk tidur, gangguan akan daya ingat dan konsentrasi, mudah marah, hingga merasa gelisah.
Selain itu, stres juga dapat menyebabkan seseorang merasa takut sehingga tidak bisa menyelesaikan tugas-tugas dengan baik.
Sebaliknya, tanda-tanda depresi akan sulit dikenali. Sebab, kemunculannya bertahap atau bahkan akan sulit disadari kapan depresi tersebut menyerang.
Biasanya orang yang depresi akan menarik diri dari lingkungan social, hilang semangat,mudah kecewa, hilang minat pada hal-hal yang biasa dinikmati hingga yang terburuk adalah pikiran untuk bunuh diri.
Jika depresi menyerang, tentunya diperlukan tindakan yang tepat. Penanganan depresi tidak harus menggunakan obat-obatan kimia. Berikut ini ada beberapa cara menangani depresi, sepert, cobalah untuk menceritakan masalah yang Anda alami dengan sahabat, psikolog atau psikiater.
Olahraga juga dapat meredakan depresi, seperti dilansir dari Antarnews.com,Profesor psikiatri dan ilmu perilaku dari University School of Medicine, di Durham, P. Murali Doraiswamy, MD, merekomendasikan berolahraga tiga sampai lima kali seminggu selama dua puluh hinggga tiga puluh menit. “Latihan aerobik, seperti jalan cepat di atas treadmill, adalah yang terbaik,” ujarnya seperti dilansir health.com.
Selain olahraga, penelitian telah menunjukkan berlatih yoga dapat mengatasi gangguan emosi dan depresi berat, mengurangi stres, permusuhan, kecemasan dan meningkatkan energi, kualitas tidur, dan kesejahteraan.
Seperti dilansir dari Hellosehat.com, penelitian juga menunjukkan bahwa orang yang menderita depresi memiliki kemungkinan 58% lebih banyak terserang obesitas akibat perubahan pola makan yang drastis dan kurang berolahraga.
Jika tidak ditangani secara serius, depresi di usia muda bisa menurunkan kemampuan otak serta meningkatkan risiko Alzheimer dan stroke. Dalam beberapa kasus, mereka yang sudah terserang depresi berat cenderung mencoba untuk mengakhiri hidup dengan bunuh di