Organisasi Kesehatan Dunia mencatat peningkatan angka harapan hidup global sebesar lima koma lima tahun dalam rentang enam tahun
Wanita diprediksi hidup lebih lama daripada pria.
Peningkatan yang terjadi di sebagian besar negara itu didorong oleh akses layanan kesehatan dan kesadaran masyarakat yang lebih baik.
Angka harapan hidup yang meningkat ini juga ditengarai didorong oleh kemajuan dunia kesehatan melawan HIV/AIDS yang sempat menghancurkan sebagian besar Afrika pada dekade sembilan puluhan.
Selain itu, dunia juga dapat menyaksikan penurunan dramatis angka kematian anak-anak di bawah usia lima tahun, terutama di Afrika sub-Sahara. Penanganan malaria, campak, dan sederet penyakit menular yang mewabah lainnya telah mengalami kemajuan.
Dalam statistik ini, untuk pertama kalinya WHO menemukan kesenjangan signifikan dalam angka harapan hidup antara wanita dan pria.
Statistik menunjukkan, wanita diprediksi memiliki angka harapan hidup yang lebih lama daripada pria. Anak perempuan yang lahir pada 2016 diprediksi memiliki angka harapan hidup selama 74,2 tahun. Angka itu lebih tinggi dari harapan hidup anak laki-laki selama 69,8 tahun.
“Ini adalah perbedaan yang sangat mengejutkan,” ujar Kepala Data dan Analisis WHO, Samira Asma, melansir AFP.
Saat lahir, bayi laki-laki lebih mungkin memiliki angka harapan hidup yang lebih tinggi daripada bayi perempuan. Namun, karena kelemahan biologis dan perilaku berisiko lainnya, angka kematian cenderung lebih tinggi terjadi pada pria.
Sementara wanita dianggap lebih lihai dalam menggunakan layanan kesehatan yang tersedia.
Misalnya di negara-negara epidemi HIV di mana wanita jauh lebih mungkin sadar untuk menjalani tes HIV dan mengakses terapi ARV daripada pria. Pasien TBC wanita juga lebih mungkin mencari pengobatan.
Kendati secara global mengalami peningkatan, beberapa negara harus menelan ludah lantaran angka harapan hidup yang merosot akibat beberapa faktor.
Di Suriah, misalnya. Konflik berkepanjangan membuat angka harapan hidup turun
Atau, angka harapan hidup Amerika Serikat yang mengalami sedikit penurunan
Meski ada kemajuan, WHO juga menyoroti adanya kesenjangan angka harapan hidup yang signifikan antara negara maju dan negara berkembang.
Statistik menunjukkan, orang-orang di negara berpenghasilan rendah rata-rata hidup 18 tahun lebih pendek daripada orang-orang di negara berpenghasilan tinggi.
Lesotho dan Republik Afrika Tengah, misalnya, dengan angka harapan hidup
Kesenjangan itu juga bisa dilihat dari data kematian pada negara maju dan berkembang. Di negara maju, kasus kematian lebih banyak menimpa orang-orang lanjut usia.
Sementara di negara berpenghasilan rendah, kasus kematian terbesar justru menimpa anak-anak di bawah usia lima tahun.