Caladium terus naik daun.
Ya, caladium, yang di negeri ini dinamai dengan keladi, kini memang lagi diburu pencinta tanaman hias.
Memiliki warna-warni daunnya yang mempesona kebaradaannya makin familiar dikalangan penggemar tanaman hiasmai keladi.
Beberapa bulan terakhir, keladi hias ini terus diburu para kolektor bunga dan diprediksi mampu menggeser aglaonema
Banyak prediksi yang memenmpatkan caladium bakal merajai pasar tanaman hias di kelasnya pasca aglaonema.
Bagaimana mungkin?
Bila dilihat dari potensi dan pesonanya, persepsi ini sangat mungkin jadi kenyataan. Bila dicermati, Caladium punya segalanya untuk tampil sebagai satu di antara yang tersohor di pasaran saat ini.
Anda so pasti tahu bahwa tanaman ini menaruh corak otentik dan keindahan pada daunnya. Seperti diketahui, umumnya kolektor tanaman hias akan jatuh hati pada dedaun.
Si keladi juga cukup familiar sebagai rumpun pesolek sehingga ia memiliki nilai klasikal yang tinggi.
Untuk diketahui, tanaman ini memiliki ratusan jenis dengan corak bervariasi. Caladium yang beredar di pasaran saat ini umumnya merupakan hasil hibrida
Secara historis, hibrida pertama diperkenalkan di Amerika Serikat pada dua abad silam. Lalu satu abad berikutnya Dr. Nehrling dari Orlando, Amerika Serikat telah mempunyai dua ribu varietas.
Caladium dari hasil hibrida yang terus berkembang pada tumbuhan ini telah melahirkan varian-varian memukau yang semakin menaikkan pamornya di pasaran.
Tak hanya di Indonesia, tanaman satu ini sudah menyebar dan semakin tersohor di seluruh penjuru dunia.
Bahkan di dua negara yakni Thailand dan Florida adalah tempat yang dikenal sebagai penghasil Caladium baru.
Sebut saja satu jenis terbaru dari caladium yang diberi nama cellarin Banyak pengamat menjagokan jenis ini bakal fenomenal di masa-masa mendatang karena dihasilkan dari varietas baru hasil persilangannya mendunia.
Untuk diketahui, tanaman ini memiliki warna daun memikat antara lain merah, merah muda, putih, hijau bahkan kuning.
Bahkan, hibrida paling populis dan paling menawan saat ini adalah turunan dari hortulanum yang banyak dikembangkan di Thailand.
Ada lagi jenis penyilangan yang dinamakan morfologi
Nah, apa ciri khas keladi hias ini?
Hal paling utama adalah ia tak memiliki batang.
Di samping itu, umumnya memiliki tangkai daun yang panjang, daun relatif tipis dan berumbi. Uniknya, semua tangkai daunnya terhubung ke umbi. Merawatnya perlu hati-hati sebab daunnya ringkih sehingga mudah patah.
Lalu, bagaimana dengan bunganya? Ternyata bunga tanaman ini hanya sesekali muncul. Umumnya seludangnya berwarna putih walau ada juga yang bebercak-bercak merah. Bunga inilah yang dijadikan bahan penyilangan.
Sepintas bunga Caladium agak mirip dengan Alokasia. Padahal sebenarnya berbeda. Keduanya memang berkerabat dekat sehingga tampak serupa tapi tak sama. Apa bedanya?
Caladium berumbi dan dari umbi inilah muncul anakan. Sedangkan, alokasia hanya mempunya batang yang memanjang di dalam tanah, terkadang mengeluarkan bagian yang disebut tuber. Tuber inilah yang menghasilkan anakan.
Masih ada satu lagi kerabatnya yakni Colocasia, tanaman satu ini cenderung mengeluarkan geragih untuk membentuk anakan.
Anda so pasti tahu ukuran daun sang keladi hias ini cukup bervariasi.
Namun, ada yang dikenal sebagai keladi berdaun mini yakni jenis Caladium humboldtii. Jenis ini dikenal pula sebagai keladi ‘liliput’ karena panjang daunnya yang mungil sekira empat centimeter.
Sedangkan ada jenis tertentu yang ukuran daunnya dapat melebar maksimal mencapai enam puluh hingga sembilan puluh centimeter bila ditanam langsung di tanah.
Namun, kebanyakan jenis dari tanaman ini bertangkai daun sekira tiga puluh hingga empat puluh centimeter.
Perbanyakan tanaman ini dapat dilakukan dengan beragam cara, seperti dengan memisahkan rumpun, menyacah umbi, menanam umbi atau melalui teknik kultur jaringan. Dalam skala budidaya rumahan, cara pertama dan kedua yang paling mudah dilakukan.
Bila Caladium ditumbuhkan dari umbi yang berukuran relatif besar, ada kemungkinan akan muncul banyak tunas.
Begitu pula jika telah ditanam lama, umbinya akan membesar dan pada umbi tersebut akan muncul banyak tunas baru. Setelah beberapa lama akan terlihat bahwa dalam satu pot terdapat rumpunnya.
Rumpun demikian dapat dipisahkan dengan membelah umbinya sehingga masing-masing bagian akan terpisah. Lalu, setiap bagian dapat ditanam sendiri-sendiri di setiap pot.
Mencacah umbinya merupakan cara paling cepat mendapatkan rumpun dari tanaman ini. Pada umbi yang sudah cukup besar atau setelah ditanam selama enam hingga sembilan bulan dapat dipotong-potong kecil sementara bagian atas dapat ditanam kembali.
Secara detail, pencacahan umbi pada tanaman ini bisa dilakukan dengan membongkar Caladium yang telah ditanam minimal enam bulan dan kemudian cucilah bagian umbinya.
Potong tepat di bagian bawah akar, sehingga bagian atas yang mengandung akar tersebut dapat ditanam kembali. Tanam bagian yang mengandung daun. Bagian umbi dipotong secara melintang menjadi beberapa bagian(bila umbi besar.
Potong membujur setiap potongan pada langkah empat sehingga menjadi beberapa bagian. Tanam semua potongan ke media dari pasir atau humus. Usahakan agar setiap potongan tidak bersinggungan dengan yang lain.
Lalu, tutup dengan media tanam dengan ketinggian antara satu hingga dua centimmeter. Tempatkan ke lokasi yang agak teduh. Siramlah setiap hari. Beberapa minggu kemudian akan muncul tunas baru.
Itulah pembahasan mengenai tanaman hias satu ini, nantikan pembahasan spesifik lainnya mengenai Caladium.