Berakhirlah enam hari yang menyenangkan. Sabtu pagi waktu setempat, Mesir berdarah lagi. Kerusuhan baru yang dipicu oleh pembebasan Hosni Mubarak, presiden militer yang otoriter, pecah lagi sebagai protes atas kompromi tentara terhadap proses hukum yang tidak adil.
Hosni Mubarak yang memerintah Mesir selama 32 tahun dengan tangan berdarah dianggap tidak bersalah melakukan pembunuhan terhadap lawan-lawan politiknya. Militer di Mesir memang penuh dengan petualangan kekuasaan dan mereka beranggapan hanya dengan bedil demokrasi bisa dijungkirbalikkan.
Dalam konflik terbaru yang horizontal ini pendukung presiden terguling, Mohamed Morsi, kembali ricuh dengan menyerang pendukung Hosni Mubarak yang melakukan selebrasi terhadap pembebasan “dictator” yang menggenggam kekuasaannya di Mesir selama tiga decade.. Dalam kerusuhan ini dilaporkan satu orang tewas dan 25 orang terluka.
Mengutip[ berita Shanghai Daily, Sabtu 24 Agustus 2013, kerusuhan baru ini terjadi setelah ratusan pendukung Morsi memulai unjuk rasa baru di penjuru Mesir. Pawai protes ini seperti sudah diperkirakan ujungnya, menyebabkan kericuhan dan air mata rakyat Mesir pun kembali jatuh.
Korban tewas bernama Mohamed Abdullah, loyalis Morsi, ditemukan di kota Tanta dekat delta sungai Nil. Unjuk rasa berdarah ini diketahui bermula setelah Salat Jumat. Diindikasikan, peristiwa ini hanya sebagai pemanasan dari kelompok Ikhwanul Muslimin pendukung Morsi, untuk menekan otoritas yang ingin mengakhiri protes berdarah Mesir.
Kerusuhan tak berujung Mesir sudah lebih dari sebulan menemui jalan buntu. Ratusan anggota dan 100 anggota inti kelompok Ikhwanul Muslimin sudah ditahan. Lebih dari ribuan orang juga dilaporkan telah tewas dalam kerusuhan pekan lalu.
Hampir 200 pengunjuk rasa berkumpul untuk demonstrasi di Nasr jalan Kairo distrik selatan Maadi. Sebagian dari mereka membawa gambar Morsi dan spanduk dari “tangan Rabaa,” sikap empat jari yang mengutuk para pendukung Morsi itu.
Keadaan Mesir diperkirakan akan menuju ke krisis lebih besar setelah mantan diktator Hosni Mubarak resmi dibebaskan, dan juga menandakan bahwa militer Mesir ingin mengembalikan rezim lama.
Meskipun kehadiran keamanan berat di jalan utama, demonstran berbaris melalui Kairo dan Giza distrik Ramses, Mohandeseen, Helwan, Haram dan Shubra. Para gubernuran Aswan, Suez Minya dan Fayoum juga melihat protes, menurut Ahram-online.
Ikhwanul Muslim, pendukung Morsi, merencanakan demo besar untuk melawan tirani militer yang memberangus kekuasaan lewat demokrasi. P{emerintah boneka militer yang dipimpin Mansour Adly telah menetapkan kebijakan “hangus”kan demonstrasi bagaimana p[un bentuknya.