Saya masih ingat nama pabriknya. Ada papan memanjang empat meter yang membuat lidah saya selalu terpeleset tiap kali mengejanya kala
Darmansyah
Sebulan lalu saya berkunjung ke ladang nilam. Ke ladang nilam aceh dengan huruf kecil. Nilam yang kalau dikerenkan namanya: “pogostemon
Kepada saya ia tak pernah mengubah narasi dirinya sebagai anak “kolen station” yang kemudian bermutasi sebagai keturunan “vrij haven.” Lantas
Saya tahu postingan yang ia kirim itu hasil “translate.” Terjemahan. Tahu dari muatan kata dirangkaian kalimatnya bak barang rongsokan yang
Heboh isi dompet mahkamah konstitusi dan mahkamah agung yang di”copet’ Denny Indriayana belum juga “pause” Terus menggelinding. Bak bola liar.
Sebulan terakhir saya “hunting” untuk bisa bertemu dengannya. Lewat cara estafet. Estafet teman....teman … dan teman.. Teman-teman yang pernah mengenalnya.
Denny Indrayana. Anda sudah tahu. Seorang ahli hukum tata negara. Pernah jadi wakil menteri hukum dan ham. Pengacara yang kredibel.
Ciutan....itu terus datang,, Saya delate…datang lagi … delate lagi…. lagi .. dan lagi.. Sangat menganggu. Bikin tidak nyaman. Tapi saya
Ia teman anak saya. Dulunya mereka sama-sama sekolah menengah atas di fatih bilingual school. Atau dikenal dengan SMA Fatih di
Pesan pendek satu kata itu menempel di whatsapp saya menjelang dhuha kemarin. Dan untuk persisnya langsung saya salin sebagai judul.