Anak obesitas, kegemukan, memang menjadi kegaduhan orang tua. Gemuk, banyak makan, lamban bergerak dan keslutan mendapatkan ukuran baju. Itulah salah satu kehebohan disamping ketakutan akan penyakit yang diiming-imingi berbagai jurnal kesehatan.
Obesitas anak, menurut para ahli akan mendatangkan bencana lewat penyakit kanker hati, hipertensi stroke, jantung dan sederet lainnya penyakit. Untuk itulah para orang tua berkutat untuk menurunkan berat badan si anak dengan berbagai cara.
Seharusnya, memang, orangtua mewaspadai kenaikan berat badan anak. Anak-anak yang menderita kegemukan dan obesitas memiliki banyak resiko. “Dampak kegemukan yang mendatangkan tekanan darah tinggi berbeda-beda pada tiap anak tergantung pada kategori gemuknya,” kata Wanzhu Tu, peneliti tentang hipertensi pada anak.
Ia menambahkan, sebenarnya cukup mudah mengurangi risiko hipertensi pada anak. “Turunkan berat badan anak sedikit saja sudah cukup mengendalikan tekanan darah,” katanya.
Dalam penelitiannya, Tu dan timnya mengumpulkan data tekanan darah pada 1.113 anak. Para peneliti kemudian membandingkan indeks massa tubuh untuk menentukan kadar tekanan darah yang normal berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tinggi badan. Para peneliti menemukan, penurunan BB pada anak yang tergolong kegemukan berpengaruh pada tekanan darahnya.
Para ahli mengingatkan, kegemukan dan obesitas pada anak-anak bukan cuma terkait dengan tekanan darah tinggi, melainkan juga kadar kolesterol yang tinggi, menurunnya resistensi insulin dan fungsi pembuluh darah yang tidak normal.
Anak obesitas tidak hanya mengarah pada pengembangan kondisi metabolik yang merugikan seperti misalnya, diabetes tipe 2 dan penyakit jantung, tetapi juga perlemakan hati, yang kemudian dapat mengakibatkan kanker hati,” ujar Dr Frank Lammert, anggota asosiasi komite ilmiah Eropa yang khusus menangani studi mengenai hati.
Walau pun kegemukan jadi menakutkan, sebagian orang mengklaim bisa tetap sehat meski memiliki tubuh gemuk. Padahal, menurut sebuah penelitian para ahli dari Kanada, tetap sehat dengan badan kegemukan atau obesitas hanyalah mitos belaka.
Para peneliti studi menemukan, meski tanpa tekanan darah tinggi, diabetes, atau sindrom metabolik lainnya, orang yang obesitas tetap memiliki laju kematian, kejadian serangan jantung, dan stroke yang lebih tinggi setelah 10 tahun dibandingkan dengan orang yang lebih kurus.
Peneliti studi Ravi Retnakaran, profesor kedokteran di University of Toronto mengatakan, data menyebutkan penambahan berat badan tetap berdampak pada peningkatan laju kematian serta risiko penyakit jantung dan stroke. Sekalipun seseorang tidak memiliki kelainan metabolik, risiko tersebut tetap meningkat.
“Temuan ini menentang konsep obesitas sehat yang berarti orang gemuk tanpa masalah kesehatan seperti tekanan darah, gula darah, dan kolesterol tinggi,” tegasnya.
Retnakaran menjelaskan, dia dan timnya menemukan orang yang obesitas meski memiliki metabolisme yang sehat tetap memiliki peningkatan risiko kematian dan penyakit kardiovaskular jangka panjang dibandingkan dengan mereka yang memiliki berat badan normal.
Menurut studi yang dimuat dalam jurnal Annals of Internal Medicine tersebut, orang obesitas yang tampaknya memiliki metabolisme yang sehat akan memiliki faktor risiko yang memburuk seiring waktu.
David Katz, direktur Yale University Prevention Research Center yang tidak terlibat dalam penelitian mengaku sepakat dengan temuan tersebut. Menurutnya, orang perlu mulai memberikan perhatian pada paradoks obesitas.
“Sebagian orang gemuk kelihatan sehat karena penambahan berat badan tidak selamanya berberbahaya. Namun seiring waktu, faktor risikonya dapat meningkat, seperti mulai terjadi insensitivitas insulin yang menyebabkan pankreas bekerja lebih berat mengeluarkan insulin,” jelasnya.
Kadar insulin yang lebih tinggi, lanjutnya, dapat mempengaruhi hormon lain dalam tubuh yang menyebabkan inflamasi. Hormon lainnya pun terpengaruh, dan meningkatkan tekanan darah. Disfungsi liver juga mempengaruhi kadar kolesterol darah.
Menurut Katz, secara umum, orang yang berusaha lebih sehat cenderung untuk mengurangi kadar lemak dalam tubuhnya. “Perubahan pola hidup untuk mengontrol berat badan dalam waktu yang lama merupakan cara untuk mendapatkan kesehatan yang lebih baik,” pungkasnya.