“Blow-Up” pemberitaan media global terhadap kasus Luis Suarez menggigit telinga Giorgio Chiellini, ketika Uruguay berlaga dengan Italia dua hari lalu, membuat Liverpool, klub tempat pemain asal Uruguay merumput di Premier League, menjadi penderita dan tersakiti.
Surat kabar Inggris terbitan London, “Daily Mail” menyebut Suarez akan sangat terkenal sebagai “tukang gigit” ketimbang pemain impresif yang mempu mengantarkan Liverpool ke peringkat dua Premier League musim ini.
“Mail,” yang menampil karikatur Suarez sebagai “vampire” penghisap darah menulis di teksnya dengan tulisan “vampire terbaru dari dunia sana.”
Berlainan dengan “Mail,” surat kabar terkenal Inggris lainnya “Mirror” menjuluki Suarez sebagai “psikopat.” Ia dianggap diibaratkan sebagai anak “autis” yang tak memiliki kesadaran penuh.
Sepanjang dua hari ini Luis Suarez menjadi sorotan media global di Piala Dunia 2014. Setelah menjadi pemicu kebangkitan La Celeste, dia kini bisa dibilang lebih dikenal sebagai tukang gigit.
Sebelum berlaga di Brasil, Suarez mampu membuktikan diri sebegai striker yang tajam saat menjalani kompetisi liga di Inggris bersama Liverpool. Di Liga Inggris ia mampu meraih top skorer Premier League.
Tak cuma itu, penampilan impresif yang ditunjukkan oleh Suarez itu mampu mengantarkannya meraih penghargaan pemain terbaik Liga Inggris versi asosiasi pesepakbola profesional Inggris dan juga asosiasi perwarta olahraga di di Inggris.
Catatan-catatan apik itu seakan menjadi penanda kebangkitan Suarez atas beberapa kasus yang menjeratnya. Dia pernah bermasalah karena melakukan aksi rasial pada bek Manchester United, Patrice Evra, di dua musim sebelumnya. Saat itu, Suarez pun mendapatkan sanksi delapan kali larangan bertanding dan denda empat puluh ribu poundsterling.
Di musim berikutnya, Suarez kembali berulah. Saat Liverpool berhadapan dengan Chelsea pada 21 April 2013, dia yang frustrasi atas penjagaan Branislav Ivanovic lantas menggigit lengan bek The Blues bernomor punggung dua itu.
Suarez harus menepi selama sepuluh pertandingan, yang membuatnya juga harus melewatkan beberapa laga awal musim 2013/2014.
Tapi, Suarez mampu menjawab dukungan fans Liverpool dengan bagus. Dia bermain baik, hingga mengantarkan Liverpool lolos ke Liga Champions setelah empat tahun absen.
Harapan tinggi pun lantas disematkan pada Suarez ketika Uruguay bakal berlaga di Piala Dunia 2014. Tergabung dalam grup maut bersama Italia, Inggris, dan Kosta Rika, tenaga striker 27 tahun itu sangat dibutuhkan untuk bisa melaju ke babak 16 besar.
Tapi, satu cedera lutut mengganggu Suarez sebulan menjelang Piala Dunia bergulir. Cedera itu akhirnya memaksa Suarez absen di laga pertama saat melawan Kosta Rika, hingga tm besutan Oscar Tabarez itu kalah dari Ticos.
Saat Uruguay melawan Inggris, Suarez yang sudah fit lantas memimpin kebangkitan tim ‘Biru Langit’ itu. Dia mencetak dua gol kemenangan Uruguay atas Inggris.
Dengan hasil itu, Uruguay pun harus melakoni laga ‘hidup-mati’ melawan Italia. Di pertandingan inilah, kisah manis Suarez terhenti.
Meski Uruguay menang hingga lolos ke babak enam belas besar, Suarez kembali berulah dengan menggigit bahu bek Gli Azzurri, Giorgio Chiellini. Pada prosesnya, Suarez pun mendapatkan sanksi yang berat dari FIFA.
Tak boleh tampil dalam sembilan laga resmi internasional, larangan beraktivitas di semua kompetisi dan kegiatan sepakbola selama empat bulan, serta sanksi denda, adalah hukuman setimpal untuk Suarez.
Soal aksi gigit Suarez kali ini, eks rekan setimnya di Liverpool, Jamie Carragher, bahkan menyebutnya bakal dikenal sebagai tukang gigit, alih-alih diingat sebagi striker yang haus gol.
“Itu merupakan salah satu insiden yang paling mengejutkan di sepanjang sejarah Piala Dunia, tapi malangnya Suarez malah menempatkan dirinya dalam kurungan setelah mengigit Giorgio Chiellini,” ungkap Carragher dikutip dari Independent.
“Alih-alih dianggap sebagai salah satu striker terbaik dalam satu laga, dia sekarang hanya dikenal sebagai seseorang yang menggigit pemain lain,” tambahnya.
Kasus Suarez ini menjadi kekecawaan juga bagi tim Uruguay yang merasa diperlakukan tidak adil terkait hukuman yang dijatuhkan untuk Luis Suarez. Namun bagaimanapun, Uruguay harus tetap melaju di Piala Dunia kendati tanpa Suarez.
Kapten Uruguay Diego Lugano menyebut bahwa timnya merasa amat geram dan tidak berdaya. Menurutnya, Suarez dan Uruguay sudah diperlakukan dengan tidak adil.
Kendati demikian, Lugano meminta Uruguay untuk terus move on. Mereka juga masih ditunggu laga babak 16 besar melawan Kolombia.
“Kegeraman, ketidakberdayaan, saya pikir itulah yang kami semua rasakan. Kami semua ingin dunia yang lebih adil, tapi dunia seperti itu tidak ada,” ucap Lugano seperti dikutip Reuters.
“Mereka yang punya kekuasaan, mengatur. Dan mereka yang kuat adalah yang kuat.”
“Terus merasa bangga padanya (Suarez). Dia layak untuk itu,” lanjut bek berusia 33 tahun itu.
“Tidak ada yang akan menghentikan kami. Kami akan terus melaju dengan kerendahan hati, bersatu, determinasi, tahu kesalahan, dan dengan kepala selalu tegak,” tandasnya.