Kekalahan “bonyok,” tujuh gol berbanding satu gol, Brasil atas Jerman di semifinal Piala Dunia 2014, Rabu dinihari WIB lalu, di Estadio Belo Horizonte, masih menyisakan spekulasi liar lewat banyak komentar di media.
Yang terbaru datang dari ggen Neymar, Wagner Ribeiro. Dalam wawancara di “Globo TV,” Ribeiro melancarkan serangan kepada pelatih tim nasional Brasil, Luiz Felipe Scolari, terkait kekalahan memalukan tim Samba..
Selain o menyampaikan kecaman lewat televisi Ribeiro juga menyerang Scolari melalui akun Twitter-nya yang memuat enam persyaratan menjadi pelatih Brasil.
“Pertama, menjadi pelatih Portugal dan tidak memenangkan apapun. Kedua, pergi ke Chelsea dan dipecat beberapa hari kemudian. Ketiga, menjadi pelatih di Uzbekistan,” tulis Ribeiro.
“Keempat, kembali ke Brasil menangani Palmeiras dan membuat mereka terdegradasi ke divisi kedua. Kelima, meninggalkan klub tersebut dalam dua bulan sebelum musim berakhir untuk ‘lari’ dari degradasi. Enam, menjadi pria tua yang brengsek, arogan, menjijikkan, sombong, dan konyol,” sambung pernyataan tersebut.
Nada kekecewaan, tapi sedikit santun juga dilemparkan Presiden Brasil Dilma Rousseff, dengan mengatakan dia ragu kekalahan memalukan tim nasionalnya dalam laga semifinal Piala Dunia 2014 akan menghidupkan kembali serangkaian unjuk rasa yang tahun lalu mengguncang negara itu.
Roussef mengatakan Piala Dunia 2014 sudah berlangsung damai dan dengan rasa suka cita. “Sepakbola adalah kemenangan dan kekalahan. Itu bagian dari permainan. Mampu mengatasi kekalahan saya pikir merupakan fitur dan ciri khas dari sebuah tim nasional utama dari sebuah negara besar.”
Ketika ditanya tentang caranya akan mengatasi kekalahan terbesar Brasil yang sebelumnya sudah mengantongi lima gelar Piala Dunia, Roussef mengaku tak pernah membayangkan pukulan telak ini. “Sejujurnya, tidak ada, benar-benar tidak pernah. Mimpi buruk saya tak pernah seburuk ini,” jawab dia dalam wawancara dengan CNN.
“Sebagai pendukung tentu saja saya berbagi kesedihan yang sama seperti semua pendukung,” kata pemimpin sayap kiri ini. “Tapi saya juga tahu bahwa kita adalah negara yang memiliki salah satu fitur yang sangat khusus, kita menaikkan tantangan ketika menghadapi kesulitan dan kita mampu mengatasinya.”
Brasil dalam laga semifinal melawan Jerman terjengkang dengan kekalahan besar dan gagal melaju ke final.
Thiago Silva yang absen pada laga tersebut, berjanji akan menampilkan permainan layaknya final di laga perebutan tempat ketiga.
Silva yang absen karena akumulasi kartu yang diterimanya kala bersua dengan Kolombia, menjanjikan permainan yang lebih baik ketimbang saat kalah dari pasukan Joachim Loew.
Kata bek Paris Saint-Germain ini, timnya bakal bermain layaknya sedang bermain di partai final pada laga perebutan posisi ketiga yang dilangsungkan Minggu dinihari WIB serta meminta dukungan lebih dari para pendukung.
“Sangat tidak mungkin untuk menjelaskan apa yang telah terjadi. Tim yang bermain kemarin bukanlah skuat Brasil yang biasanya,” ucap Silva seperti dilansir Soccerway.
“Luka dari kekalahan kemarin sangatlah besar. Dalam keadaan buruk ini kami membutuhkan dukungan lebih dari semua pendukung. Saya menjamin kami akan bermain layaknya bermain di final Piala Dunia pada pertandingan mendatang,” ujar bekass pemain AC Milan ini.
Stadion Nacional Manne Garrincha dipercaya untuk menggelar partai perebutan posisi ketiga. Partai tersebut menjadi persembahan terakhir dari “Selecao” bagi rakyat Brasil di Piala Dunia kali ini.
Tapi bagi bagi Louis van Gaal, laga perebutan tempat ketiga hanyalah formalitas semata. Dia sama sekali tidak tertarik untuk jadi pemenang di laga tersebut.
Oranje pun harus melakoni laga perebutan tempat ketiga melawan Brasil pada Minggu dinihari WIB mendatang di Estadio Mane Garrincha, Brasilia.
Van Gaal, yang tidak pernah setuju dengan laga perebutan tempat ketiga, tidak antusias menyambutnya. Menurutnya, laga perebutan tempat ketiga seharusnya tidak pernah diadakan sama sekali.
“Saya pikir, pertandingan ini seharusnya tidak ada sama sekali,” ujarnya seperti dilansir Reuters. “Saya sudah mengatakan ini selama 10 tahun terakhir.”
“Kami akan tetap bertanding, tapi ini tidak adil.”
“Kami punya waktu satu hari lebih sedikit untuk beristirahat dan itu bukan fair play namanya. Yang lebih buruk lagi, ada kemungkinan sebuah tim untuk kalah dua kali berurutan di turnamen di mana mereka sudah bermain amat baik.”
“Mereka kemudian pulang sebagai pecundang cuma karena kalah di dua laga terakhir,” kata Van Gaal.
sumber : daily mail, football italia dan globo tv