Kecamuk perang antara Hamas dan Israel di Gaza, yang menyebabkan terjadi tragedi kemanusiaan paling biadab, tak menyebabkan dunia terguncang. Para pemimpin dunia masih beretorika dengan menyalahkah Hamas sebagai biang dari dampak kebrutalan itu.
Tak ada yang memaki Israel. Dan tak Satu pun di antara pemimpin hebat itu, tak terkecuali Barack Obama, yang bersedia mengambil inisiatif menghentikan laju kedurjanaan Israel yang membunuh penduduk sipil, anak-anak dan wanita, dalam invasi militernya.
Untuk itu adalah relevan apa yang dikatakan Riyad Mansour, Dubes Peletina di PBB, “Atas nama rakyat Palestina, kami bertanya: Apa yang dilakukan komunitas internasional untuk menghentikan pertumpahan darah ini, untuk menghentikan kekejaman Israel.”
Mansour pun memperlihatkan foto-foto anak-anak Palestina yang tewas akibat serangan-serangan Israel di Gaza serta foto-foto keluarga yang menangisi kematian para korban. Diplomat Palestina itu juga membacakan nama-nama bocah-bocah yang tewas dibombardir Israel.
“Umama Al-Hayyeh, berumur sembilan tahun; Dima Isleem, berumur dua tahun; Mohamad Ayyad, berumur dua tahun; Rahaf Abu Jumaa, berumur empat tahun…,” papar Mansour seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu, 23 Juli 2014.
“Tanpa tindakan tegas, resolusi dan statemen-statemen Dewan akan hampa sementara warga sipil tak berdaya tidak mendapat pertolongan dari mesin perang Israel pembunuh,” cetusnya.
Serangan brutal pasukan Israel atas rakyat Palestina di Jalur Gaza tak lagi pandang bulu. Dalam serangan darat yang dilancarkan hari Senin waktu setempat, 21 Juli 2014, mereka menembaki Rumah Sakit Al-Aqsa, yang berlokasi di Deir al-Balah, Jalur Gaza.
Stasiun berita BBC edisi Selasa 22 Juli 2014 melansir beberapa potongan gambar dari stasiun televisi Palestina. Dokter yang bertugas di sana mengatakan mortal dari tank-tank Israel mengenai bagian penerimaan tamu, gawat darurat dan ruang operasi di rumah sakit itu.
Bahkan, menurut data pejabat kesehatan yang dikutip stasiun berita Al Jazeera, sedikitnya mortar itu menewaskan empat orang dan melukai enam puluh orang. Termasuk di antaranya tiga puluh0 petugas medis.
Bahkan dari laporan koresponden BBC di Gaza, Lyse Doucet, dua pasien tewas saat tengah dirawat di kamar mereka. Saat Doucet bertanya kepada seorang dokter penyebab Israel menyerang rumah sakit itu, dokter mengaku tidak tahu.
“Saya tidak tahu. Segala hal bisa menjadi penyebab,” ungkap dokter yang tidak disebut namanya itu.
Sementara militer Israel mengatakan bahwa mereka tengah menyasar persediaan rudal anti tank yang berada di sekitar rumah sakit itu. Mereka kemudian menyalahkan kelompok militan Hamas atas konsekuensi tersebut.
“Jatuhnya korban sipil, merupakan peristiwa tragis yang tidak bisa dihindari oleh sikap brutal Hamas dan ledakan yang tersistematis di rumah sakit, kediaman warga dan masjid di Gaza,” ujar perwakilan militer Israel.
Bahkan, salah satu masjid di daerah Rafah, Gaza, berhasil diabadikan fotografer Reuters dan terlihat hancur akibat serangan udara pasukan Israel.
Pemerintah Israel bersikeras bahwa negaranya hanya bertindak membela diri terhadap kelompok Hamas. Israel pun menuding Hamas menggunakan korban-korban warga sipil Palestina tersebut sebagai “bahan bakar mesin propagandanya.”
“Ini bukan perang yang kami pilih. Ini usaha terakhir kami,” cetus Wakil Dubes Israel untuk PBB, David Roet, seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu.
Dikatakan Roet dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB tersebut, pemerintah Israel telah menerima proposal yang disampaikan Mesir mengenai gencatan senjata dengan Hamas. Tidak seperti Hamas yang bersikeras menolak gencatan senjata tersebut.
Akan tetapi, negara-negara Arab mempertanyakan klaim Israel bahwa pihaknya hanya bertindak membela diri. Ini terbukti dengan tingginya korban jiwa di kalangan warga sipil Palestina, khususnya wanita dan anak-anak.
“Kitab Taurat menyebutkan satu mata dibalas satu mata. Tidak pernah disebutkan 100 mata hanya untuk satu mata,” cetus Dubes Mesir untuk PBB Mootaz Ahmadein Khalil.
Dalam pertemuan itu, Dubes Amerika Serikat untuk PBB Samantha Power juga mengingatkan, krisis kemanusiaan akan kian memburuk di Gaza dengan adanya konflik ini. Ditekankannya, satu-satunya solusi adalah gencatan senjata segera.
Akibat konflik ini, lebih dari 100 ribu warga Palestina telah meninggalkan rumah-rumah mereka dan kini mengungsi ke sekolah-sekolah yang dikelola badan kemanusiaan PBB, UNRWA