WEMBLEY, Kamis dinihari WIB, meledak, Ledakan yang datang dari koor pendukung “The Three Lion” yang tak pernah “pause” sepanjang pertandingan, dan mencapai puncaknya ketika penonton melakukan “standing up” sebagai penghormatan atas gol kemenangan dari Frank Lampard di menit ke 60 yanga menyudahi laga persahabatan emosional Inggris melawan Brasil itu dengan skor 2-1
Inggris, yang dalam dua dekade terakhir menjadi tim “paria” di komunitas elite sepakbola dunia, mengambil kembali rohnya yang hilang, Roh yang pernah menjadi kekuatan “magis” ketika Robson, juga di Stadion Wembley, menggulingkan Brasil di Piala Dunia dan mempersempahkan gelar juara. Itulah satu-satunya gelar Piala Dunia bagi “ayah”nya sepakbola moderen itu.
Gelar itu pula yang menjadi puncak kehebatan negara yang memiliki kompetisi liga terbaik itu. Setelah itu Inggris tenggelam dalam duka prestasi di panggung Piala Dunia, bahkan pernah tidak lolos dalam putaran final. Dua bulan lalu, Inggris juga jadi tim “kla dua” ketika di bantai 1-4 dalam laga persahabatan melawan Swedia yang menobatkan Ibrahimovich sebagai pencetak gol terhebat.
Inggris memang pantas menyambut kemenangan ini. Kemenangan yang pernah mereka raih ketika Gary Lineker di tahun 1990, mempersembahkan gol tunggal bagi “The Three Lion.” Itu juga kemenangan terakhir Inggris dari Brasil dalam 24 kali pertandingan mereka yang lebih banyak di dominasi kemenangan Brasil
Dalam pertandingan yang berlangsung di Wembley, Kamis dinihari WIB, Inggris tampil dengan kepercayaan diri lewat suntikan semangat pelatih Roy Hodgson. Pelatih yang mengatakan, sebelum pemainnya turun ke lapangan, kenapa kita harus kalah dari mereka. “Hari ini kalian akan mendapat kemenangan. Lakukan yang terbaik di lapangan,” kata Hodgson seperti di kutip Lampard.
Inngris tidak hanya tampil dengan trio Steven Gerrard, Jack Wilshere, dan Tom Cleverley di lini tengah, tapi juga menempatkan Danny Welbeck dan Theo Walcott menyokong Wayne Rooney di lini depan. Itulah, mungkin, susunan tim terbaik untuk Inggris dengan materi pemain yang ada.
Brasil, yang sejak dua bulan lalu kembali dilatih “Phil” Scholari, setelah compang campingnya prestasi mereka di banyak laga kembali memainkan Ronaldinho sejak awal, plus bintang muda mereka, Neymar. Julio Cesar, yang belakangan kerap melakukan penyelamatan bagus di bawah mistar gawang Queens Park Rangers, dimainkan sebagai kiper.
Inggris di babak awal melakukan “pressure attacking” yang apik. Tekanan yang hampir di semburkan di seluruh blok. Namun serangan yang dibangun oleh Tom Cleverley gagal setelah umpannya dimentahkan oleh David Luiz. Serangan Inggris hanya berujung jadi sepak pojok.
Brasil memang mempunyai misi khusus dengan pertandingan di Wembley malam itu. Bagi Scholari, pertandingan ini sebagai isyarat tentang telah kembali dia di tim nasional. Misi yang juga untuk mengingat sepakbola dunia bahwa Brasil akan kembali untuk menjadi juara, untuk ke-eanm kalinya.
Pada menit ke-11, Inggris kembali mendapatkan sepak pojok setelah sundulan Rooney, menyambut umpan yang dilepaskan Gerrard, ditepis oleh Cesar.
Brasil tentu bukan tim “ayam kampung” yang bisa diacak-acak sesukanya, melakukan gebrakan “one two” serta “wall pass” dengan kombinasi umpan panjang yang akurasi mengundang decak kagum. Hasilnya sebuah peluang emas pertama mereka melalui tendangan penalti di menit ke-19. Penalti itu diberikan setelah Wilshere melakukan handball di dalam kotak penalti.
Ronaldinho maju menjadi eksekutor penalti tersebut, namun tendangannya tidak berujung menjadi gol. Tendangannya ke arah kiri bawah Joe Hart berhasil dimentahkan oleh sang penjaga gawang.
Tak lama setelah gawangnya selamat dari kebobolan, Inggris mendapatkan gol pertama mereka. Gol bermula dari umpan terobosan Wilshere kepada Walcott, yang berlari masuk ke dalam kotak penalti. Tendangan Walcott masih bisa ditepis oleh Cesar, namun bola muntah langsung disambar Rooney dengan sepakan kaki kanan. 1-0 untuk Inggris.
Menjelang babak pertama berakhir, Brasil kembali mendapatkan peluang bagus. Kali ini melalui Neymar. Namun, penyerang klub Santos itu gagal memanfaatkannya. Tendangan kaki kanannya, setelah menerima operan dari Oscar, masih melambung di atas mistar gawang.
Di babak kedua, Gerrard kembali menjajal kemampuan Cesar. Tetapi, lagi-lagi gagal. Kali ini tendangannya masih bisa diblok oleh eks penjaga gawang Inter Milan tersebut.
Brasil akhirnya menyamakan kedudukan pada menit ke-49 melalui Fred, yang masuk pada awal babak kedua menggantikan Luis Fabiano. Gol bermula dari kesalahan Gary Cahill yang berlari membawa bola di area depan kotak penalti timnya sendiri. Bola kemudian terebut dan jatuh di kaki Fred. Tanpa buang waktu, Fred langsung melepaskan tendangan kaki kiri. Skor pun berubah menjadi 1-1.
Dalam kedudukan imbang tersebut, Inggris kemudian bermain lebih rileks. Mereka pelan-pelan menguasai bola dan mengalirkannya ke setiap pemain di lini tengah. Tim besutan Roy Hodgson itu pun unggul dalam penguasaan bola.
Pada menit ke-60, Inggris pun mendapatkan gol kedua mereka. Gol bermula dari umpan terobosan Wilshere, dan diikuti oleh serangan Walcott di sisi kanan. Dia memberikan umpan, namun masih bisa dihalau. Bola jatuh di kaki Dante, tapi Rooney menghalau operannya dan memberikan bola kepada Frank Lampard. Gelandang Chelsea itu kemudian langsung melepaskan tendangan ke arah gawang. Bola sempat mengenai tiang sebelum akhirnya masuk.
Hasil positif ini merupakan kemenangan keempat yang berhasil diraih Inggris dalam 24 pertandingan selama bertemu Brasil. Di sisa laga lainnya, tim yang kini dibesut Roy Hodgson itu tercatat 11 kali kalah dan sembilan kali bermain imbang.
Atas hasil positif dalam laga melawan Brasil ini, Lampard menyebutnya sebagai kemenangan yang menyenangkan. Sebabnya, Inggris harus menunggu hingga 23 tahun untuk dapat kembali merasakan kemenangan atas tim Samba.
“Kami memainkan pertandingan yang sangat bagus melawan musuh yang bermain tidak kalah bagus, kami harus bekerja keras dan mereka melewatkan beberapa peluang, tapi kami bekerja dengan baik dan kami bisa mencetak lebih banyak gol,” kata Lampard di BBC.
“Hal yang terpenting saat ini adalah konsistensi saat bermain di laga penyisihan grup (kualifikasi Piala Dunia). Kami tak boleh terhanyut dalam kemenangan ini.”
“Tapi, ini merupakan kemenangan dalam jangka waktu yang lama setelah terakhir kali kami mengalahkan Brasil. Jadi, ini merupakan kemenangan yang menyenangkan,” imbuh pesepakbola 34 tahun itu.