Skuad Barcelona sudah uzur. Begitu ramai-ramai diberitakan media tentang makin rapuhnya Barca di berbagai laga, terutama setelah kalah di La Liga pekan lalu dari Real Madrid.
Benarkah pemain yang mengisi tim inti Barcelona sekarang rata-rata masuk usia uzur? Atau tepatnya tak bisa lagi disebut sebagai pemain muda?
Dengan nada sedikit “marah,” Direktur Sepakbola Barca, Andoni Zubizarreta, menepis anggapan media itu.
Walau pun membantah, harian Madrid “Marca” memberikan data kepada Zubizaretta bahwa pada laga El Clasico melawan Real Madrid di Santiago Bernabeu, akhir pekan lalu, Barca menurunkan enam pemain yang berusia tiga puluhan. sebagai starter.
Sementara itu, dalam starting line-up Madrid cuma Iker Casillas dan Pepe yang usianya sudah kepala tiga.
Hasilnya, Blaugrana keteteran meladeni serangan-serangan balik cepat yang dilakukan Madrid. Mereka pun menyerah dengan skor satu banding tiga.
Tapi, Zubizarreta tak setuju kalau skuat Barca disebut sudah ketuaan. Terkait susunan pemain di El Clasico, menurutnya cuma kebetulan saja pelatih Luis Enrique memilih pemain-pemain senior sebagai starter.
Zubizarreta menambahkan, Barca tak perlu risau karena di dalam skuat masih ada sejumlah pemain muda potensial seperti Marc-Andre ter Stegen, Douglas Pereira, Marc Bartra, Sergi Roberto, Rafinha, dan Munir.
“Ini adalah masalah sementara karena kalau kami memainkan pemain-pemain seperti Ter Stegen, Bartra, Sergi Roberto, dan Rafinha maka rata-rata usianya akan turun drastis,” ujar Zubizarreta kepada El Pais.
“Kami punya pemain-pemain dalam kelompok usia yang berbeda-beda dan kami tidak hanya membiarkan tim menua meskipun kami juga mengakui bahwa para pemain yang kami rekrut pada musim panas lalu adalah pemain-pemain berpengalaman, kecuali Ter Stegen dan Douglas,” terangnya.
“Namun, kami sedang membangun tim untuk semusim, bukan cuma satu pertandingan,” tegas Zubizarreta.
“Ini adalah isu temporer karena jika kami memiliki pemain seperti Ter Stegen, Bartra, Sergi Roberto, dan Rafinha, maka usia rata-rata tim kami turun dengan sangat jelas,” ucap Zubizarreta.
“Kami memiliki pemain-pemain yang berada di grup umur berbeda, dan kami tidak meninggalkan tim untuk terus menua. Kami mengaku pemain yang kami datangkan musim panas lalu adalah yang berpengalaman,” lanjutnya.
Selain masalah suia uzur Barcelona masih membenahi pertahanan mereka dalam situasi-situasi bola mati.
Dalam dua belas pertandingan yang telah mereka jalani di semua kompetisi musim ini, Barca telah menelan dua kekalahan
Dari enam gol yang bersarang di gawang Barca, tiga di antaranya diawali situasi bola mati seperti tendangan bebas atau sepak pojok.
Saat Barca kalah di Paris, gol pertama PSG yang dicetak David Luiz berawal dari tendangan bebas Lucas Moura yang gagal diantisipasi pemain-pemain Barca.
Gol kedua PSG makin menunjukkan rentannya pertahanan Blaugrana saat berhadapan dengan bola mati. Bagaimana tidak, gawang mereka dibobol oleh Marco Verratti yang berpostur pendek lewat sundulan kepala setelah PSG mendapatkan sepak pojok.
Situasi serupa muncul lagi di Santiago Bernabeu ketika Barca dikalahkan Madrid di El Clasico. Salah satu gol Madrid juga diawali bola mati. Saat itu, tendangan sudut Toni Kroos secara sempurna ditanduk Pepe untuk menghasilkan gol kedua Madrid.
Bek Barca, Jeremy Mathieu, mengakui bahwa timnya belum cukup solid dalam mengantisipasi bola-bola mati. Mathieu menyadari masalah tersebut harus segera dibenahi.
“Meskipun ada pemain-pemain berpostur tinggi seperti Pique, Busquets, dan diri saya sendiri, memang benar kami masih punya masalah dalam menghadapi bola mati,” tutur Mathieu di Marca.
“Kami harus memperbaikinya,” kata dia.