Hari ini, Kamis, 27 Agustus 2015, harga emas milik PT Aneka Tambang Tbk, atau Antam, kembali “terjun bebas” sebesar Rp 5.000 per gram usai melambung sebesar Rp 17.000 per gram selama pekan ini dan pekan lalu.
Terpuruknya harga emas Antam ini disebabkan lesunya perdagangan emas global di pasar komoditi Comex New York, Rabu waktu setempat, yang mengakibatkan terpelesetnya hampir semua harga logam mulia.
Harga emas yang dijual oleh PT Aneka Tambang Tbk, kini berada di posisi Rp 550 ribu per gram. Pada perdagangan sebelumnya, harga emas Antam tercatat di level Rp 563 ribu per gram.
Harga pembelian kembali (buyback) logam mulia Antam juga turun Rp 1.000 per gram menjadi Rp 495 ribu per gram. Artinya, jika Anda menjual emas yang dimiliki maka Antam akan membelinya di harga Rp 495 ribu per gram.
Saat ini Antam menjual ukuran emas dari satu gram hingga 500 gram. Hingga menjelang siang WIB, emas Antam untuk semua ukuran masih tersedia.
Mengingat tingginya animo masyarakat, transaksi pembelian emas batangan yang datang langsung ke Antam dibatasi hingga maksimal seratus lima puluh nomor antrean per hari
Harga emas mencapai titik tertingginya pekan lalu. Emas menjadi tempat pelarian yang dianggap aman oleh investor, karena kekhawatiran ekonomi dunia melemah, akibat lesunya ekonomi China.
Aktivitas pabrik-pabrik industri di China menurun di Agustus, karena permintaan domestik dan ekspor turun.
Bursa saham di Asia turun, mengikuti anjloknya bursa saham Wall Street di Amerika Serikat Ini semua karena kekhawatiran perlambatan ekonomi dunia.
Krisis utang kecil disebut telah terjadi di bagian utara China. Ini membuat China menyiapkan program pinjaman senilai US$ 430 miliar untuk industri.
Secara umum, pasar masih tetap resah karena upaya China untuk menstabilkan ekonomi yang membuat pasar goyah ketika emas belum mampu memanfaatkan fungsinya sebagai aset safe haven karena investor telah dipaksa untuk melikuidasi kepemilikan emas berjangka untuk mendapatkan uang tunai.
Pada hari Rabu, Beijing kembali mengumumkan langkah-langkah stimulus baru sehari setelah memotong suku bunga acuan dengan menyuntikkan lebih banyak likuiditas ke dalam perekonomian yang sedang lesu.
Sementara itu, pencari barang murah telah menjauhi dari bursa saham Shenzen dan Shanghai. Pedagang emas di China yang merupakan pengimpor emas terbesar kedua di dunia setelah India telah menaikkan stok ketersediaan logam emas murah pada bulan lalu.
Impor emas China dari Hong Kong naik hampir setengah sebanyak lima puluh lima ton pada bulan lalu dibanding tiga puluh tujuh ton pada bulan Juni, menurut Departemen Sensus dan Statistik Hong Kong.
Harga emas sempat jatuh ke level lima setengah tahun terendah di bawah USD 1100 per troy ounce selama bulan Juli.
Hong Kong yang menjadi penyumbang sebagian besar impor emas tetapi Shanghai dan Beijing menjadi pusat perdagangan emas di China.
“Kami melihat adanya peralihan ke emas yang menjadi tempat aman,” kata Analis, Daniel Hynes, dilansir dari Reuters
Kondisi ekonomi dunia yang lesu ini meminculkan prediksi, kenaikan suku bunga acuan oleh bank sentral AS akan diundur menjadi Desember, dari rencana awal di September tahun ini.
Hharga emas di pasar dunia turun lebih dari satu persen setelah China memangkas suku bunganya. Pemangkasan suku bunga tersebut membantu pasar global pulih dari penurunan di hari sebelumnya.
Logam mulia melanjutkan pelemahannya pasca data kepercayaan konsumen AS menyentuh level tertinggi tujuh bulan pada bulan Agustus.
Kekuatan yang mendasari penguatan dalam perekonomian tersebut masih dapat memungkinkan Federal Reserve untuk menaikkan suku bunga tahun ini.
Pergerakan Emas berjangka kembali bergerak ke level terendah dari seminggu setelah jatuh untuk sesi ketiga yang dipicu oleh lonjakan saham AS dan penguatan dolar. Harga Emas juga jatuh di dorong data yang menunjukkan bahwa ada kenaikan pesanan barang tahan lama AS untuk bulan Juli.
Data tersebut dapat meningkatkan prospek kenaikan suku bunga Federal Reserve yang pada gilirannya akan mengangkat dolar AS dan tekanan harga emas dalam mata uang dolar.
.Pada hari Rabu, William Dudley, Presiden Fed New York mengatakan bahwa kenaikan suku bunga pada bulan September terlihat “kurang menarik” ketika perkembangan kekhawatiran ekonomi global semakin meningkat dan pergerakan volatilitas di pasar uang.