Sehari menjelang dijamu Arsenal di Emirates Stadium, Minggu malam WIB, 04 Oktober 2015, pelatih Manchester United Louis van Gaal tak mampu menahan diri untuk mengejek Arsenal sebagai tim ‘banci.”
Manajer Manchester United, Louis van Gaal, mengatakan bahwa Arsenal adalah tim yang bagus secara teknik namun menyoroti kegagalan The Gunners dalam mendapatkan berbagai gelar dalam satu dekade terakhir.
Di bawah Arsene Wenger, Arsenal sebenarnya menjadi juara Piala FA dalam dua musim terakhir. Namun hanya dua gelar tersebut yang didapatkan tim Meriam London itu dalam satu dekade tersebut.
Dikutip dari ESPN, menurut van Gaal faktor itulah yang menjadi noda dalam perjalanan Arsenal, tim yang di mata van Gaal memiliki kemampuan teknik sangat baik.
Mantan manajer Bayern Munich itu mengatakan bahwa Arsenal bisa menjadi tim terdepan dalam faktor “teknikal dan taktikal” untuk kemudian mengejeknya dengan mengatakan bahwa “mereka belum memenangi terlalu banyak gelar, sehingga hak itulah yang harus mereka kembangkan dalam tim.”
Van Gaal akan membawa Manchester United bertandang ke Stadion Emirates untuk berhadapan dengan Arsenal pada Minggu malam WIB, 04 Oktober 2015.
United memiliki keunggulan psikologis setelah mengalahkan Wolfsburg dalam lanjutan Liga Champions.
Sebaliknya Arsenal kalah di kandang sendiri melawan Olympiakos.
Meski demikian van Gaal mengingatkan timnya untuk tidak lengah dan berleha-leha. “Kami tentu senang, namun saya pikir Arsenal bisa bangkit dari kekalahan.”
“Mereka telah menunjukkannya berulang kali.”
Tidak hanya van Gaal yang menyindir Arsenal, Roy Keane, mantan kapten United, juga melontarkan serangan untuk Arsenal dengan mengatakan bahwa mereka adalah tim yang “lemah”, “lembek” dan juga “tidak memiliki pemain dengan mental pemenang”.
Beberapa bulan sebelumnya, Keane juga pernah mengatakan bahwa para pemain Arsenal lebih tertarik untuk melakukan selfie ketimbang meraih prestasi.
“Dengarkan saya, mereka lembek — Arsenal lembek,” kata Keane ketika sedang bekerja sebagai pengamat sepak bola untuk ITV seperti dikutip dari ESPN.
“Mereka lemah. Cara kebobolan mereka memperlihatkan hal itu. Anda tak memiliki peluang menang di pertandingan besar jika bertahan seperti itu.”
Keane kemudian mengatakan bahwa sebagai satu kesatuan mereka memiliki kelemahan yaitu kurang berkarakter, tidak memiliki pemimpin, dan juga pemenang.
“Saya senang melihat Arsenal bermain terutama ketika sedang menyerang,” ujar Keane.
“Namun sayangnya bagian lain dari sepak bola adalah bertahan. Dan secara mental mereka lemah.”
Selain van Gaal dan Keane, salah satu manajer senior Inggris, Harry Redknapp, juga melancarkan kritik terhadap Arsenal dan Wenger.
Redknapp tak mengerti apa yang ada di kepala Wenger ketika membangkucadangkan Cech di laga Liga Champions melawan Olypiakos
“Mencadangkan Cech mengirimkan pesan yang salah bagi seluruh tim. Kita telah sering melihat di Piala Liga bagaimana klub besar tersingkir karena membuat banyak perubahan dalam susunan pemain mereka,” tulis Redknapp di London Evening Standard.
Menurut mantan manajer Tottenham Hotspur itu, keputusan Wenger memilih David Ospina di bawah mistar gawang Arsenal menanamkan mental inkonsistensi di tubuh skuat The Gunners.
“Ketika keadaan sesuai dengan keinginan mereka, mereka sangat bagus. Permainan sepak bola yang mereka mainkan saat menghadapi Leicester sangatlah fenomenal. Tapi mereka seringkali tampak begitu rentan,” ujar Redknapp melanjutkan.
Saat menumbangkan Leicester pada pekan ketujuh Liga Primer, Arsenal memang tampil ganas berkat hattrick Alexis Sanchez.
Namun, The Gunners sempat kecolongan lebih dulu lewat gol Jamie Vardy dan kembali dibobol penyerang itu menjelang peluit panjang berbunyi.
Tak hanya mengkritik Wenger, Redknapp juga menyoroti salah satu pemain Arsenal, Mesut Oezil, yang ia anggap kurang memiliki daya juang.
Mantan pelatih Tottenham Hotspur itu merasa Oezil seharusnya mampu berbuat lebih banyak dalam mengadang serangan Olimpiakos sebelum terjadi gol pertama.
Gol pertama Olimpiakos yang dicetak Felipe Pardo, berawal dari umpan sepak pojok Konstantinos Fortounis.
Bola yang dilayangkan ke luar kotak penalti gagal dijangkau oleh Oezil membuat Pardo leluasa mencetak gol dengan sepakan dari luar kotak penalti.
“Lihat bagaimana Oezil coba memblok proses terjadinya gol pertama. Itu sangatlah menyedihkan. Dia hanya setengah hati berusaha menutup ruang Pardo,” ujar Redknapp menambahkan.