close
Nuga Tekno

“Ngobrol” di Facebook tak Harus Punya Teman

Facebook membuat terobosan baru dengan meniadakan pertemanan untuk bisa mengirim pesan, dan cukup membuka Message Request untuk saling mengobrol

Fitur Message Request ini memang baru diperkenalkan.

Selain berfungsi menjembatani obrolan antar dua orang yang masih asing, pengguna juga tetap memegang kendali dan bisa menolak ajakan virtual tersebut.

Sebelum adanya fitur ini,, orang yang tak berteman memang sudah bisa mengirimkan pesan.

Namun pesan tersebut otomatis masuk ke kategori “Other”, sebuah kolom terpisah di kotak surat Facebook.

Akibatnya pesan tersebut akan mudah sekali diabaikan. Penguna juga tidak diberikan notifikasi apapun ketika pesan dari orang asing itu masuk.

Message Request memperbaiki cara Facebook menangani pesan semacam ini. Pesan-pesan orang asing yang sebelumnya cuma masuk kolom Other, kini bisa masuk ke dalam aplikasi Messenger sebagai suatu ajakan mengobrol.

“Sekarang, satu-satunya hal yang Anda butuhkan untuk bisa mengobrol secara virtual adalah mengetahui nama mereka,” terang bos Messenger di Facebook, David Marcus melalui akun miliknya.

Dia memberikan catatan, fitur Message Request hanya akan berfungsi pada orang yang benar-benar belum menjadi teman di Facebook.

Jika pengguna sudah menyimpan nomor teleponnya, sudah pernah mengobrol di ruang virtual tersebut, maka pesan mereka akan langsung masuk ke kotak surat biasa.

Facebook memang bisa membantu mengumpulkan ratusan teman secara instan, tetapi orang dengan rasa percaya diri yang rendah akan membatasi komentar mereka di Facebook daripada kehilangan teman.

Demikian dilaporankan dari sebuah studi.

Meskipun sosial media bertujuan untuk membagikan apa yang sedang dirasakan dan bisa menjalin persahabatan, namun peneliti menemukan bahwa ada sebagian orang yang lebih suka membuat opini buruk tentang dirinya sendiri.

Mereka lebih suka memposting pesan negatif yang tidak disukai teman-teman di dunia maya dan akhirnya menjauhkan diri mereka dengan teman yang lain.

Dalam sebuah penelitian, psikolog dari Kanada, Amanda Forest dan Joanne Wood bertanya kepada sekelompok mahasiswa tentang apa yang mereka pikirkan mengenai Facebook, jejaring sosial yang telah memiliki delapan ratus juta anggota di seluruh dunia.

Psikolog menemukan bahwa mahasiswa yang memiliki kepercayaan diri yang rendah percaya bahwa jejaring sosial merupakan tempat yang lebih aman untuk menjalin persahabatan karena mereduksi risiko terjadinya situasi yang janggal.

Psikolog dari University of Waterloo tersebut kemudian mewawancara para mahasiswa tentang apa yang biasanya mereka tulis di profil Facebook.

Psikolog menanyakan apakah mereka menuliskan hal positif atau negatif.

Akhirnya, peneliti menemukan bahwa orang yang menuliskan sesuatu yang positif lebih disukai ketimbang orang yang menuliskan sesuatu yang negatif.

Misalnya, jika ada seseorang yang memposting bahwa ia sangat beruntung memiliki teman dan tidak sabar menunggu hari yang luar biasa besok, akan lebih disukai dibandingkan orang yang mengeluh karena kehilangan ponsel.

Forest, ketua penulis laporan penelitian ini, mengatakan bahwa Facebook menyediakan kesempatan yang ideal untuk melakukan hubungan sosial dan bisa menjadi sesuatu yang berguna bagi orang yang seringkali berada dalam situasi yang canggung di dunia nyata.

“Jika Anda berbicara dengan seseorang secara langsung dan mengatakan sesuatu, Anda mungkin akan mendapatkan indikasi bahwa mereka tidak suka, atau mereka muak mendengar kata-kata negatif Anda. Di Facebook, Anda tidak akan melihat sebagian besar reaksi ini,” ujar Forest.

Forest memang belum menginvestigasi apakah komentar yang negatif akan menimbulkan respon yang negatif juga, namun ia menyarankan agar sebelum melakukan posting, pengguna memastikan dampak postingan tersebut bagi anggota jejaring sosialnya.

Selain itu, memiliki teman dalam jumlah besar di Facebook berpotensi membuat pengguna lebih mudah stres.
Kekhawatiran berlebih bisa muncul jika pengguna menjalin relasi di Facebook dengan keluarga dan rekan kerja, termasuk atasan.

Berdasarkan studi yang dilakukan Universitas Edinburgh, ditemukan bahwa pengguna khawatir jika memiliki teman yang terlalu banyak di Facebook. Karena, tidak semua konten yang dibagi ke Facebook dapat diterima semua pihak.

Status berisi cacian, sumpah serapah, atau foto pengguna sedang merokok dan meminum alkohol, mungkin bisa diterima oleh teman yang sebaya. Tapi, bisa jadi hal ini tak bisa diterima oleh keluarga atau atasan mereka.

“Facebook digunakan seperti sebuah pesta besar untuk teman-teman, di mana Anda dapat berdansa, minum, dan menggoda,” kata Ben Marder, penulis laporan penelitian dari Universitas Edinburgh.

“Tapi, dengan adanya Ayah-Ibu atau bos di sana, pesta menjadi suatu peristiwa yang membuat cemas, penuh ranjau darat sosial yang potensial. Jika Anda memiliki pasangan, orang tua, keluarga, dan rekan kerja, Anda akan semakin stres karena mereka semua memiliki harapan yang berbeda.”

Marder mengatakan, beberapa pengguna sampai menghapus foto di Facebook, bahkan mengatur perilaku nyata mereka, seperti menghindari merokok atau minum alkohol di depan kamera.

Intinya, pengguna Facebook sangat mengontrol citranya di situs web jejaring sosial itu, karena Facebook diyakini sebagai media di mana semua orang dapat melihat perilaku seseorang.

Tags : slide