Jorge Lorenzo mencampakkan sebagian harga dirinya untuk mendapatkan juara MotoGP musim ini dengan mengomentari Valentino Rossi secara “miring, ” sembari membanggakan dirinya sendiri sebagai pebalap hebat yang mampu mengalahkan tiga tiga jagoaan abad ini.
Suratkabar “della sporta,” Selasa, 10 November 2015, dengan nada mengejek menurunkan tulisan panjang tentang Jorge Lorenzo yang terkesima dengan gelar dan membuang harga dirinya ke “tong sampah.”
“Anda akan terus mendengar ocehan Lorenzo yang konyol. Ia kini terjebak dalam situasi sulit. Ia terus membanggakan predikat juaranya secara tanpa henti dan terus menerus menyerang Valentino Rossi sebagai pebalap yang berada di ujung karir,” tulis “della sporta.”
Senada dengan tulisan “della sporta,” ayah Rossi, Graziano, juga melontarkan serangan bagi Jorge Lorenzo.
Lorenzo tampil sebagai juara di GP Valencia sekaligus merebut gelar juara dunia ketiganya di dunia MotoGP, dibantu oleh kompatriotnya, Marquez.
Seusai balapan, Valentino Rossi sendiri mengatakan bahwa Marquez mengawal Lorenzo dalam perebutan gelar juara dunia pada tiga balapan terakhir.
Graziano menyerang Lorenzo dengan mengatakan bahwa ia kurang menunjukkan rasa hormat dalam merebut gelar juara.
“Tidak ada yang pernah menyangka tingkah seperti Lorenzo,” ujar Graziano kepada Tika Taka seperti dikutip dari Gazzetta World.
“Anda bisa memenangi gelar juara dunia pada satu tahun dan kemudian kehilangan gelar itu di tahun selanjutnya. Harga diri adalah sesuatu yang harus dimenangi seumur hidup, melalui kejujuran dan rasa hormat.”
Graziano dan istrinya, Stefania, merupakan bagian dari 110 ribu penonton yang menyaksikan langsung seri final MotoGP 2015 di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia, Minggu, 08 November 2015.
Menurut Graziano, kemenangan Lorenzo didapatkan dengan mental “menghalalkan berbagai cara.” Mantan pebalap Suzuki itu kemudian mempertanyakan apakah prinsip seperti itu memiliki tempat dalam hidup.
“Jika Anda tidak bisa menang dengan cara tertentu, mungkin lebih baik Anda tidak menang saja.”
“Gelar juara seharusnya menjadi perasaan ajaib yang Anda bawa di dalam hati. Apakah Anda bisa mengatakan hal yang sama tentang yang satu ini?”
Ketika berbicara tentang anaknya, Graziano kemudian menyatakan optimismenya bahwa Rossi akan tetap membalap dan mendapatkan gelar juara dunia kesepuluh dari semua ajang.
“Ia memang bertambah tua, tapi perbedaan satu dan dua tahun tidak banyak.”
Lorenzo sendiri, sampai dengan hari ini, Selasa, 10 November 2015, Masih asik dengan kebanggan keluar sebagai juara.
“Saya tahu kejuaraan ini sangat penting karena bagi saya, Valentino yang lebih tua daripada saya, Casey yang kurang lebih berusia sama dengan saya, dan Marc yang lebih muda: bagi saya mereka adalah tiga rival terberat saya,” aku Lorenzo yang dikutip Crash.
“Tapi, secara umum, dalam pandangan saya, di abad dua puluh satu mereka adalah para pebalap terbaik dan bisa menang di sini adalah target saya dan saya merasa sangat bangga,” tambahnya.
“Jika Valentino yang jadi juara, dia bisa mengatakan itu. Namun, Marquez tak bisa mengatakan itu karena Casey sudah pensiun. Jadi, menang sangat penting bagi saya,” kata Lorenzo.
Selain kebanggaan dengan dirinya Jorge Lorenzo juga mengejek Valentino Rossi dengan menuding sang rekan frustrasi karena tak secepat pebalap-pebalap yang lebih muda.
Lorenzo juga menganggap tahun ini sebagai kesempatan terakhir Rossi untuk jadi juara dunia.
Setelah memimpin klasemen MotoGP selama tujuh belas seri, Rossi akhirnya harus merelakan gelar juara dunia melayang ke tangan Lorenzo, rekan setimnya di Movistar Yamaha.
Kemenangan Lorenzo di seri terakhir di Valencia membuat Rossi harus puas jadi runner-up.
Seusai balapan di Valencia, Rossi merasa Lorenzo juara dengan cara yang tidak fair.
The Doctor menganggap Lorenzo sudah mendapatkan bantuan dari Marc Marquez dalam tiga seri terakhir.
Bahkan, untuk balapan di Valencia, Rossi menyebut Marquez sudah menjadi bodyguard Lorenzo. Tuduhan Rossi ini telah dibantah oleh Marquez dan tim Honda.
Lorenzo memahami rasa frustrasi Rossi, yang sudah begitu dekat dengan gelar juara dunia kesepuluh. Dengan usia Rossi yang sudah 36 tahun, Lorenzo tak yakin Rossi akan punya kesempatan lain untuk jadi juara dunia lagi.
“Tentu saja ada pebalap-pebalap yang lebih muda dan lebih cepat daripada dia. Dan statistik menunjukkan hal itu,” ucap Lorenzo seperti dikutip Motorsport.com.
Dari total delapan belas seri MotoGP pada tahun ini, Lorenzo memenangi tujuh di antaranya, sedangkan Rossi cuma meraih empat kemenangan.
“Pasti sedikit membuat frustrasi karena tidak memiliki kecepatan yang akan memungkinkan dia untuk memenangi lebih banyak balapan dan tiba di Valencia dengan keunggulan poin yang lebih besar,” imbuh Lorenzo.
“Saya tak tahu apa yang akan terjadi di masa mendatang, tapi mungkin, seperti yang akan terjadi pada saya, ini adalah kesempatan terakhirnya untuk menjadi juara dunia,” kata pebalap Spanyol itu.
“Semua kontroversi dan komentar-komentar ini tidak akan terjadi jika Valentino secepat Marc dan saya, dan jika dia memenangi lebih banyak balapan.”
“ Dengan kecepatan yang sedikit lebih baik dan konsistensinya, dan tanpa insiden di Sepang, dia akan tiba di Valencia dengan keunggulan yang besar dan dia akan memenangi titel dengan mudah,” lanjut Lorenzo.
“Itu tak terjadi dan dia tahu dia telah melewatkan peluang untuk memenangi gelar kesepuluhnya dan hal itu tak mudah untuk diterima,” katanya.