close
Nuga Sport

Rossi Tak Pernah Patah Arang Kejar Juara

Valentino Rossi telah melewati kesempatan terbaiknya untuk menjuarai MotoGP musim ini akibat “insiden” tendangan Sepang, yang menuduhnya “menyepak” Marc Marquez di seri ketujuhbelas, yang menyebabkan ia dihukum start dari posisi buncit di Valencia dan gagal memenangkan lomba.

Tuduhan terhadap “tendangan” Rossi itu, hingga kini, masih simpang siur. Tapi otoritas balapan dan bandingnya ke badan olahraga dunia tertinggi telah ditolak dan “The Doctor” tetap dinyatakan bersalah.

Kegagalan tahun ini tidak menyurutkan tekad Rossi untuk memburu titel juara dunia lagi.

Rossi sendiri tmpil impresif dengan finis di posisi empat setelah start dari urutan dua puluh enam di Valencia dan kalah dari rivalnya Jorge Lorenzo yang finis pertama.

Perebutan gelar juara dunia musim ini sendiri dibumbui dengan kisah-kisah kontroversial, utamanya sejak seri Australia. Saat itu Rossi menuding Marc Marquez, yang sudah tak punya kans dalam perebutan gelar, memihak Lorenzo.

Rossi menilai Marquez sengaja bermain-main dengannya dan Andrea Iannone, sehingga tercipta jarak dengan Lorenzo di depan dalam balapan di Australia itu. Iannone sendiri sepakat dengan penilaian Rossi sementara Marquez menolak tudingan.

Seri berikutnya di Malaysia, cerita bergulir makin panas. Rossi dan Marquez kembali terlibat duel langsung yang berujung dengan insiden, di mana Marquez terjatuh.

Rossi sempat diduga menendang Marquez, tapi Race Direction menyatakan tak ada tendangan. Meski begitu, Rossi mendapatkan hukuman karena sengaja mendesak Marquez ke bagian luar tikungan.

Rossi mendapatkan tambahan poin penalti yang memaksanya start dari posisi paling belakang di seri terakhir yakni di Valencia.
Hukuman ini sekaligus membuat usaha Rossi untuk merebut gelar juara dunia tak ubahnya ‘mission impossible’, mengingat Lorenzo start dari pole.
Pada akhirnya seperti diketahui Lorenzo menang, meski Rossi tampil cemerlang dengan finis keempat.

Kemenangan Lorenzo sendiri masih menjadi perbincangan panas, mengingat dia dianggap mendapatkan bantuan dari Marquez. Marquez yang dikenal agresif dan kerap tampil ngotot, sepanjang balapan melaju tanpa melakukan manuver

Isu ini diyakini sedikit banyak akan memengaruhi persaingan gelar juara dunia di musim 2016 nanti.

Tapi Rossi melihat ada hal-hal lain yang lebih menjadi perhatiannya, termasuk motivasi dalam dirinya untuk kembali bersaing dalam perebutan gelar.

“Sekarang cerita yang berkembang ini sangat panas, tapi sesungguhnya untuk musim depan hal-hal lain akan penting, terutama soal motivasi untuk mencoba memburu gelar lagi. Saya tidak terlalu khawatir soal tahun depan,” kata Rossi dikutip Crash.

“Maksudnya, cerita ini tidak mengubah rencana saya. Saya berencana untuk melakukan balapan dua musim dan rasanya tahun ini saya kompetitif. Saya melakukan pekerjaan yang bagus. Jadi saya bisa mencoba melanjutkannya tahun depan,” imbuhnya.

Di usia yang bakal menginjak tiga puluh tujuh tahun musim depan, Rossi jelas bakal punya tantangan besar dari dirinya sendiri, mulai dari faktor fisik sampai mental. Ada dugaan tahun depan akan jadi tahun terakhirnya di MotoGP.

Namun baginya tak akan ada banyak perubahan dari musim ini secara pribadi. Satu hal lain yang justru jadi kekhawatirannya adalah soal perubahan ban dari Bridgestone ke Michelin. Soal masa depan, Rossi baru akan memikirkannya seiring musim berjalan.

“Jarak usia rasanya tidak terlalu berbeda. Jadi tahun depan saya bisa mencoba kurang lebih sama, tapi itu akan sangat tergantung pada motivasi dan terutama kecocokan Yamaha dengan ban Michelin,” sambungnya.

“Tapi sungguh, tahun depan akan jadi kisah yang lain. Saya akan mencoba seperti biasanya dan setelah itu saya akan memutuskan soal kelanjutan di dua musim mendatang,” demikian dia.

Rossi yang start dari posisi paling belakang tampil impresif untuk melesat ke posisi empat di MotoGP Valencia.
Di titik ini, Rossi tak mampu maju lebih jauh lagi.

Meski gagal mendapatkan titel juara dunia, penampilan Rossi sendiri banyak mendapatkan apresiasi karena berhasil melesat dari posisi start dua puluh enam alias paling buncit ke posisi empat.

Tapi sampai di situ, Rossi tak bisa melakukan lebih banyak lagi. Tiga pebalap di rombongan terdepan yakni Jorge Lorenzo, Marc Marquez, dan Dani Pedrosa sudah membuka jarak yang amat lebar.

Waktu terbaik itu ditorehkan Rossi di putaran tiga dan empat, yang tak terlalu mengejutkan mengingat di periode ini dia menggeber gas habis-habisan untuk merangsek ke depan.

Secara rata-rata, Rossi hanya mampu mencatatkan waktu satu menit tiga puluh dua detik lebih sepanjang balapan.

Bahkan ketika sudah mampu menempati posisi empat dan tak punya halangan lagi untuk menyusul rombongan terdepan, Rossi tetap tak mampu mencatatkan waktu lebih baik.

Dengan laju ini, tak mengherankan jika selisih antara Rossi dengan trio pebalap paling depan pada prosesnya terus melebar.

Maka secara laju, Rossi sebenarnya memang tak sekompetitif Lorenzo, Marquez, dan Pedrosa. Lorenzo di lain sisi menerapkan strategi cemerlang untuk melaju sekencang-kencangnya dan membawa para pebalap tercepat menjauh dari rombongan besar. Dengan begitu, tak ada kesempatan untuk Rossi menyusul.

Peluang terbaik Rossi sampai titik ini adalah mempertahankan posisi di urutan empat, sembari menantikan adanya gangguan dari Marquez dan Pedrosa untuk Lorenzo. Andai Marquez dan Pedrosa bisa mengungguli Lorenzo, maka gelar juara dunia jatuh ke tangan Rossi.

Tags : slide