Dalam beberapa musim terakhir, duel El Clasico antara Real Madrid dan Barcelona selalu dikaitkan dengan duel antara Cristiano Ronaldo dan Lionel Messi. Bahkan tak jarang El Claisco dijadikan ajang penentuan di atas lapangan siapa yang berhak disebut sebagai pesepak bola terbaik di dunia.
Padahal El Clasico bukan sekadar rivalitas Ronaldo-Messi.
Ada adu taktik kedua pelatih, permainan dengan tensi tinggi, serta benturan dua kesebelasan raksasa di dunia yang punya gaya permainan berbeda.
Misalnya saja ketika “Clasico” jilid pertama berlangsung di Santiago Bernabeu, Minggu dinihari WIB, 22 November 2015, dan Los Blancos dihancurkan Azulgrana dengan empat gol tanpa balas.
Sejauh ini Real Madrid merupakan klub yang paling sering mengancam gawang lawan di La Liga.
Dalam laga itu Madrid yang kepayahan dilumat Barcelona lewat keunggulan penguasaan bola. Satu hal yang sebetulnya sudah dapat diprediksi lantaran gaya tiki-taka yang melekat pada skuat klub asal Katalonia itu.
Walau pun begitu, dalam hal akurasi operan, Barcelona yang dikenal dengan operan-operan pendek mereka ternyata masih kalah dibandingkan dengan Madrid.
Didukung puluhan ribu suporternya yang memenuhi Stadion Santiago Bernabeu, Madrid memang memaksimalkan kekuatan daya gedor mereka dengan permainan terbuka, tapi tak mampu membuka akurasi ruang tembak.
Madrid memang menjadi klub dengan raihan gol terbanyak dari skema permainan terbuka, jauh mengungguli Barcelona.
Namun, malam itu, Madrid gagal mendapatkan hasil positif di kandang sendiri, Madrid lengah mewaspadai bola-bola mati Barcelona yang telah menghasilkan tujuh gol pada musim ini.
Lantas bagaimana jalannya El Clasico jilid pertama Minggu dinihari WIBi?
Laga El Clasico kali “absen” menyajikan persiangan Ronaldo atau Messi.
Bagaimana dengan permainan Madrid.
“Enak ditonton tapi kalah,” ujar legenda sepak bola Madrid, Manuel Sanchis.
Usai laga dan ia kecewa dengan kekalahan Madrid, Sanchis menghibur dirinya dengan mengklaim bahwa permainan Real Madrid lebih enak untuk dilihat ketimbang musuh bebuyutannya, Barcelona.
Sanchis sendiri akrab dengan El Clasico.
Ia telah melakoni lebih dari lima rratus pertandingan untuk Los Blancos selama berkarier selama tiga dekade.
Pemain asal Spanyol itu mengatakan bahwa ia terkejut dengan permainan yang ditunjukkan di bawah pelatih anyar mereka, Rafael Benitez.
“Madrid saat ini memainkan sepak bola yang lebih baik ketimbang Barca. Tapia pa boleh buat mereka menuai,” kata Sanchis kepada Cadena COPE seperti dikutip dari Football Espana.
Sanchis yang mengatakan bahwa hasil laga ini tidak bisa diprediksi, menyatakan bahwa masa depan Rafael Benitez juga tidak akan bergantung pada laga ini.
Sorotan kepada Benitez muncul dalam beberapa pertandingan ke belakang setelah tim asuhannya dianggap tidak memainkan sepak bola menyerang.
Selain itu, hubungan Benitez dan sang penyerang bintangnya, Cristiano Ronaldo, juga dikabarkan tidak harmonis.
Untuk laga Sabtu nanti, Sanchis berharap pemain terbaik Barcelona yaitu Lionel Messi bisa diturunkan terutama karena ia ingin melihat permainannya.
“Untuk kepentingan sepak bola, lebih baik Messi bermain, meski lebih baik bagi Real Madrid jika ia tidak berlaga.”
Tentang kekalahan itu sendiri, Benitez menegaskan semua pemain bertanggung jawab, meski dengan jujur ia mengaku salah dalam meracik pemain
Meski semua anggota tim mesti bertanggung jawab atas kekalahan dari skuat Luis Enrique, ia mengaku salah dalam pemilihan starting XI.
“Kapan pun kami menang atau kalah, kami semua memiliki bagian. Sangat menyakitkan kalah melawan Barcelona, tapi kami perlu peningkatan dan memikirkan tentang laga berikutnya untuk mendapat poin di liga,” aku Benitez.
“Kepribadian tim tidak mengecewakan saya. Ini tim bagus, kami membuat kesalahan dan kami membayarnya. Kami bicara saat jeda bahwa kami bisa masuk ke pertandingan tapi ini menjadi lebih sulit.
“Ini tidak berjalan sesuai yang kami inginkan. Kami ingin menekan, menyerang dan mendapat bola. Kami membuat beberapa kesalahan dan membayar itu. Kami ingin pemain bekualitas dan berpengalaman. Setelah laga, saya harus katakan saya salah memilih starting XI yang salah. Grup ini punya kualitas untuk lebih baik.”
“Kami semua bertanggung jawab dan harus menemukan reaksi,” tandasnya.
Dan Benitez menghitung, satu, dua, tiga, empat!
Setelah itu Barcelona menegaskan kedigdayaan di hadapan Real Madrid dengan mempermalukan sang musuh abadi empat gol tanpa balas
Kemenangan terasa makin manis karena dibukukan di Santiago Bernabeu, halaman rumah lawan.