Facebook benar-benar mencampakkan Flash setelah sebelumnya minta aplikasi itu dibunuh dan kini beralih menggunakan HTML5 untuk pemutaran video pada layanan jejaring sosialnya.
Pernyataan tentang Facebook telah mencampakkan Flash ini diumumkan perwakilan Facebook, Senin, 21 Desember 2015.
“HTML5 paling cocok bagi kami untuk terus berinovasi secara cepat dan berskala. HTML5 memberi kapasitas yang lebih besar dengan kebutuhan kompleks,” kata perwakilan Facebook, sebagaimana dilaporkan The Verge.
Sejak Juli 2015 lalu, Facebook telah melontarkan rencananya untuk berhenti menggunakan Adobe Flash dan beralih ke HTML5.
Pasalnya, kelemahan software pada Flash dianggap berpotensi menjadi gerbang bagi para peretas jahat.
Saat ini, dengan disokong teknologi HTML5, Facebook yakin bisa menghadirkan pengalaman yang lebih baik bagi penggunanya.
Baik dari segi keamanan secara spesifik, maupun inovasi lainnya secara umum.
“Kami menunggu hingga hari ini ketika HTML5 tersemat pada layanan kami,” kata Front-End Engineer Facebook Daniel Baulig.
“Akhirnya kami mencapai level kesenangan maksimal,” ia menambahkan.
Tak hanya Facebook, YouTube dan layanan populer lainnya pun berbondong-bondong meninggalkan Flash.
Mereka lebih memilih HTML5 untuk menjalankan fungsi animasi, game, dan video pada layanan masing-masing.
Sebab, HTML5 dianggap lebih stabil dan mendukung ekosistem layanan mobile.
Dibanjiri keluhan, Adobe pun memutuskan untuk menghentikan layanan Flash-nya. Walaupun begitu, Adobe berencana menghidupkan lagi layanan serupa dengan perombakan kualitas dan nama berbeda pada 2016.
Beberapa bulan lalu Facebook memang sudah berencana untuk tidak lagi menggunakan Adobe Flash dalam layanannya.
Sebab menurut mereka kelemahan dalam Flash justru bisa menjadi gerbang bagi para peretas jahat.
Kepala Keamanan Facebook, Alex Stamos melalui akun Twitter-nya mendesak agar Adobe mengakhiri saja layanan Flash untuk browser web yang ada saat ini, dan beralih ke teknologi HTML5 yang dinilai lebih aman.
The Verge, membenarkan lubang keamanan besar dalam Flash baru-baru ini terungkap setelah perusahaan spyware Hacking Team mengumumkan bahwa data cache file sebesar empat ratus gygabite miliknya telah dibobol.
Peretas memanfaatkan kelemahan dalam Flash yang sudah ada selama ini dan belum disadari oleh banyak orang.
Walau Adobe telah buru-buru menambal lubang keamanan tersebut dengan merilis update, namun Hacking Team menyebutnya sebagai bug terbesar Flash sepanjang empat tahun belakangan ini.
Penentangan terhadap Flash bukan kali ini aja.
Pada lima tahun lalu, mendiang Steve Jobs selaku CEO Apple sempat membuat surat terbuka dengan judul “Thoughts on Flash,” dan menjelaskan mengapa Apple tidak mau memakainya dalam perangkat-perangkatnya.
Menurut Jobs, Flash memiliki andil dalam memengaruhi performa, umur baterai, dan masalah keamanan dalam perangkat-perangkat Apple.
Flash selama ini dibutuhkan untuk menjalankan fungsi-fungsi tertentu dalam browser, seperti animasi, game, video dan sebagainya. Namun teknologi ini sudah mulai ditinggalkan oleh perusahaan-perusahaan besar.
Game-game di Facebook yang menggunakan Flash sudah banyak ditinggalkan. Selain itu, YouTube juga beranjak ke teknologi lain pada Januari lalu dengan menggunakan standar HTML5.
Setelah Facebook meminta agar Adobe menghentikan layanan Flash-nya saat ini, Mozilla pun mengikutinya dengan memblokir plug-in Flash di browser-nya, Firefox.
Tim Firefox di Mozilla telah memblokir dari browser-nya, seiring dengan pembaruan aplikasi yang diberikannya.
Head of Firefox Team Mozilla, Mark Schmidt, mengatakan bahwa pengguna browser Firefox masih diberi pilihan mengaktifkan Flash di browser-nya melalui menu “settings”.
Namun, Mozilla beranggapan bahwa teknologi itu sudah tidak diperlukan lagi saat ini.
Sebelumnya, lubang keamanan besar dalam Flash baru-baru ini terungkap setelah perusahaan spyware, Hacking Team, mengumumkan bahwa data cache file sebesar 400 GB miliknya telah dibobol.
Peretas memanfaatkan kelemahan dalam Flash yang sudah ada selama ini dan belum disadari oleh banyak orang.
Walau Adobe telah buru-buru menambal lubang keamanan tersebut dengan merilis update, Hacking Team menyebutnya sebagai bug terbesar Flash sepanjang empat tahun belakangan ini.
Selain itu, teknologi Flash juga sudah mulai ditinggalkan oleh perusahaan besar, seperti Facebook dan YouTube.
Game-game di Facebook yang menggunakan Flash juga semakin jarang diminati, sementara YouTube pada Januari lalu mengumumkan bahwa mereka beralih ke teknologi HTML5 dalam menyediakan layanan video streaming.