“Playboy,” majalah dewasa terbitan NewYork, yang dulunya dipenuhi foto telanjang yang vulgar, tak perlu menunggu edisi Maret guna memenuhi janjinya untuk berubah, setelah lebih dari setengah abad menjadi ikon gambar wanita bugil.
Pada saat banyak media cetak dan online lain mengumbar keseksian modelnya demi menaikkan oplah, Playboy malah menerbitkan edisi “pertama”nya yang “beda” dibanding dari terbitan sebelumnya.
Mengutip “CNN Money,” Sabtu, 06 Februari 2016, majalah pria dewasa ini melakukan perubahan dengan alasan untuk menaikkan jumlah pembaca generasi baru pada edisi Maret mendatang.
Sama halnya dengan foto semi bugil, Playboy juga akan mengurangi artikel kartun, humor dan foto-foto gadis Playboy alias Playmate.
Ketiadaan ciri khas Playboy itu akan diisi dengan tulisan-tulisan feature yang panjang.
Kualitas kertas majalah Playboy juga akan ditingkatkan, agar majalah bulanan itu memiliki citra baru sebagai majalah fesyen kelas atas.
Selain itu, pihak majalah menyatakan sebagian isi Playboy tetaplah sama.
Artikel wawancara eksklusif dan fiksi juga tetap ada.
“Kami ingin terus mempertahankan ciri khas majalah Playboy. Tapi banyak pula yang ingin kami kembangkan,” kata Cory Jones, pemimpin redaksi Playboy.
“Artikel kartun dan humor akan ditiadakan, karena tidak sesuai dengan pembaca yang lebih muda.”
“ Apakah Anda ingin tahu humor yang hanya membuat tertawa ayah atau kakek Anda? Tidak, kan?” lanjutnya.
Perubahan Playboy tentu saja mengagetkan banyak orang yang selama ini mengenal kontennya yang vulgar.
Meski tidak lagi vulgar, Playboy tetap menampilkan foto-foto seksi yang akan diminimalisir “keterbukaan”-nya.
“Foto-fotonya masih tetap seksi, tapi tetap wajar untuk dinikmati,” ujar Jones. Bos majalah Playboy Hugh Hefner ternyata tidak keberatan jika majalahnya ingin mengakhiri tampilan vulgar.
“Ia hanya berkomentar ‘ini yang saya inginkan sejak dulu,'” kata Scott Flanders, CEO Playboy.
Setelah tampila vulgar Playboy diminamilisir, Flanders mengaku ingin majalahnya bisa bersaing dengan Vanity Fair atau yang sejenis. Tidak lagi dengan GQ atau Maxim, saingannya selama ini.
Dengan tajuk rencana baru, Flandes juga berharap akan ada beragam pengiklan di majalahnya.
“Mungkin artikel mengenai pameran mobil Detroit akan kami tulis untuk yang pertama kali selama 20 tahun ini,” ujar Flanders.
Tidak semua orang senang dengan perubahan Playboy. Flanders mengatakan pihaknya mendapatkan penolakan dari beberapa pengiklan langganan. Tapi Flanders tetap merasa optimis.
“Mungkin ini terasa seperti mimpi bagi para pembaca yang tidak kreatif, karena majalah Playboy tidak akan lagi menampilkan banyak tampilan vulgar,” kata Flanders.
Playboy tanpa foto wanita telanjang?
Ya!
Itulah yang akan ditampilkan majalah berusia enam puluh dua tahun, dan berlogo telinga kelinci itu
Playboy, sebuah majalah yang dimiliki Hugh Hefner, sang kelinci.
Dan terkenal hampir tujuh dekade terakhir karena keberaniannya menampilkan foto-foto perempuan yang berpakaian seksi hingga tidak menggunakan sehelai benang sama sekali alias telanjang.
Tentunya, kabar ini mengejutkan, mengingat citra gadis telanjang sudah lama melekat pada majalah yang mengglobal itu.
Sudah ratusan nama Playboy Playmate yang mejeng di dalam majalah itu dan meraih popularitas yang sangat luar biasa.
Sebut saja nama seperti Marliyn Monroe, Pamela Anderson, Anna Nicole Smith, Paz de la Huerta, hingga Kate Moss.
Kebijakan Playboy untuk meniadakan gambar telanjang ini berhubungan dengan usaha Playboy mencari pembaca baru yang jumlahnya dari tahun ketahun semakin mengecil.
Playboy pernah mencapai oplah di angka lima koma enam juta eksemplar.
Namun, semenjak itu, angka pembaca Playboy terus menurun hingga, kini, berada di bawah angka satu juta pembaca.
Hal ini disebabkan tumbuhnya Internet yang menyediakan situs-situs pornografi yang menyediakan konten gambar dan video yang lebih banyak dan biaya bulanan yang lebih murah.
Nasib Playboy masih sedikit beruntung, beberapa kompetitornya justru sudah gulung tikar terlebih dahulu.
Mengutip dari The Times, selain berusaha merebut pasar pembaca baru. usaha Playboy ini untuk membuat majalah “lelaki” itu i lebih modern dengan konten yang lebih masa kini.
Selain gambar perempuan telanjang, Playboy juga terkenal dengan konten jurnalistik investigasi dan juga wawancara dengan tokoh-tokoh terkenal dari berbagai kalangan.
Tahun lalu, Playboy meluncurkan ulang situs mereka tanpa gambar perempuan telanjang.
Playboy mengklaim usaha mereka ini telah menaikkan trafik dari pengunjung situs mereka hingga dua ratus lima puluh persen
Cukup menarik, bagaiman merek sebesar Playboy sampai harus melakukan redefinisi ulang citra mereka.
Hal ini bisa dijadikan sebagai kasus pemasaran yang mana pelaku bisnis harus bisa peka terhadap perubahan teknologi dan merebut konsumen baru yang bisa melancarkan roda bisnis.
Kita lihat saja, sejauh mana usaha pencitraan ulang Playboy bisa berhasil.
Saat ini, alasan konsumen memilih Playboy adalah karena banyaknya foto wanita tanpa busana di lembaran majalahnya.
Tapi, dalam waktu dekat, hal itu akan segera berubah.
New York Times melaporkan bahwa majalah tersohor milik Hugh Hefner itu tidak akan memajang foto-foto vulgar lagi.
Hal itu juga sudah mendapat konfirmasi dan persetujuan penuh dari Hefner. Adapun ide ‘pemberangusan’ foto telanjang di majalah itu datang dari sang Chief Content Officer Playboy, Cory Jones.
“Sebenarnya, hati saya menangis. Tapi, ini adalah keputusan yang benar,” kata Jones.
Majalah yang telah terbit selama enam puluh dua tahun tersebut langsung sohor saat pertama kali rilis.
Bagaimana tidak, di edisi perdananya, Playboy menghadirkan aktris Marylin Monroe sebagai bintang sampul, tentu saja dengan pose sensual.
Kini, Playboy menghadapi tekanan dari banyak pihak, ditambah persaingan sengit dari publikasi online, juga mudahnya mengakses situs porno secara gratis.