Anda seorang yang fanatik menyaksikan pertandingan sepak bola?
Kalau iya, bersiaplah untuk menerima satu kenyataan tentang perubahaan aturan pemberian kartu merah.
Salah satunya, pemain belakang terakhir yang melakukan pelanggaran terhadap striker tak langsung mendapatkan kartu merah.
Dan akan ada sejumlah perubahan lainnya, yang oleh FIFA, akan diberlakukan pada Piala Eropa 2016 di Perancis, Juni mendatang.
Sebelumnya, badan asosiasi sepak bola internasional sudah melakukan revisi aturan kartu merah.
Salah satu yang direvisi adalah ketentuan wasit untuk memberikan kartu merah langsung atau tidak.
IFAB sendiri merupakan otoritas yang berhak menentukan aturan permainan sepak bola yang berlaku di seluruh dunia.
Dalam aturan permainan yang baru, pemain belakang terakhir yang melakukan pelanggaran terhadap striker tak langsung mendapatkan kartu merah.
Namun, hal itu tidak berlaku bagi pelanggaran serius atau hand-ball di dalam kotak penalti.
Selama pelanggaran itu dinilai tidak ada tujuan untuk mencelakai pemain dan hanya berupaya mengincar bola, wasit hanya akan memberikannya kartu kuning.
Hand-ball selain di dalam kotak penalti yang hanya sedikit mengganggu jalannya pertandingan juga hanya akan dikenai kartu kuning.
Selain kartu merah, ada aturan lainnya yang juga kabarnya akan diterapkan pada Piala Eropa 2016 mendatang. Ya, revisi aturan tersebut menyangkut jumlah maksimal pergantian pemain.
Jika sebelumnya hanya tiga pemain, ke depannya maksimal empat pergantian pemain yang diperbolehkan dalam aturan permainan yang baru.
IFAB kabarnya sedang mempertimbangkan untuk membuat aturan pergantian pemain keempat pada babak tambahan waktu atau di luar laga normal 90 menit.
Seperti disampaikan Calcio e Finanza yang dikutip dari Football Italia, aturan pergantian maksimal empat pemain ini bahkan nantinya bisa diterapkan bukan hanya di babak tambahan waktu, melainkan di waktu normal.
Bahkan, dikabarkan aturan pergantian pemain tersebut bertambah menjadi maksimal lima pemain.
Perdebatan soal revisi aturan ini pun masih berlangsung karena akan sangat berpengaruh terhadap strategi di lapangan dari masing-masing tim.
Sementara itu legenda wasit asal Italia, Pierluigi Collina mengatakan dirinya merasa tidak cocok dengan salah satu aturan berupa penerapan teknologi video dalam sepak bola.
“Jika saya saat ini masih seorang wasit, saya akan frustrasi dengan keputusan dan dipastikan berdasarkan gambar yang saya tak memiliki akses atasnya dan tidak berpengaruh pada kemampuan saya,” ujar Collina seperti dilansir media Italia La Gazzetta dello Sport dikutip dari Four Four Two.
Hal itu diungkap Collina menanggapi keputusan presiden baru FIFA, Gianni Infantino.
IFAB telah meloloskan uji penerapan percobaan langsung bantuan video untuk musim mendatang.
Pertemuan IFAB itu digelar di Wales.
Lewat tayangan video, akan muncul keputusan ketiga yang bisa mengoreksi keputusan wasit.
“Infantino mengatakan kita perlu untuk terbuka pada perkembangan sepak bola dan saya setuju. Sekarang kita akan lihat, kita akan kaji, dan baru kemudian memutuskan bagaimana itu diaplikasikan pada sebuah situasi pertandingan.”
Tujuan dari teknologi itu, kata Collina, seharusnya untuk menghormati mengalirnya jalan sebuah pertandingan.
Salah satu yang juga menyorot perhatian Collina adalah tentang aturan offside.
Untuk hal ini, lanjut pria yang terkenal dengan mata melotot dan kepala plontosnya tersebut, video perlu diimplementasikan terutama untuk mendukung hakim garis yang punya keterbatasan dalam kemampuan mata, fisik, dan langkah saat mengambil keputusan.