Anda membuka Instagram?
Tahu apa yang terpampang.
Bukan unggahan terbaru dari teman yang muncul di bagian atasnya.
“Linimasa pertama-tama akan memperlihatkan momen-momen yang kami yakini paling penting bagi pengguna,” kata Instagram melalui blog resminya, Kamis, 24 Maret 2016.
Ya itulah yang terjadi pada pola linimasa Instagram bulan-bulan mendatang.
Itu artinya, mekanisme linimasa tak lagi berbasis real-time.
Foto atau video linimasa teratas bisa jadi telah diunggah teman sejak berjam-jam lalu.
Untuk ini, layanan berbagi foto dan video tersebut punya alasan tersendiri.
Menurut Instagram, pertumbuhan basis pengguna layanannya semakin tinggi. Satu netizen bisa mengikuti ratusan ribu akun dan diikuti puluhan juta akun.
Dengan kondisi demikian, semakin deras unggahan yang mengalir, semakin kerap pula pengguna luput dari konten yang dibagi teman.
Temuan Instagram menyebutkan, rata-rata pengguna melewatkan 70 persen unggahan teman di linimasa.
Padahal, bisa jadi konten yang terlewatkan adalah konten yang diangggap penting dan menarik.
Untuk itu, dalam beberapa bulan ke depan, linimasa teratas akan diisi konten teman yang sesuai ketertarikan prioritas pengguna.
Hal tersebut diketahui dari kebiasaan pengguna memberi “like” pada jenis konten tertentu. Selain itu, kedekatan hubungan pengguna dengan pengguna lain juga diperhatikan.
Meski begitu, Instagram sadar keputusannya dapat mengecewakan beberapa pihak. Untuk itu, “kami akan selalu mendengar respons pengguna,” kata layanan di bawah naungan Facebook tersebut.
Instagram juga menegaskan bahwa semua unggahan teman tetap tertera di linimasa tanpa ada yang dianaktirikan.
“Hanya saja cara menampilkannya yang diubah,” begitu tulis Instagram.
Kini, Instagram—jejaring sosial khusus foto—tak hanya jadi wadah ekspresi diri dalam bentuk gambar, lantunan kata, juga hashtag atau tanda pagar.
Banyak orang mulai memanfaatkan media ini untuk menjadi “selebram” atau selebriti yang terkenal lewat Instagram.
Seseorang terbilang sukses menjadi selebgram bila akun Instagram miliknya diikuti jutaan follower dan bisa menarik banyak respons, baik berupa likes ataupun komentar.
Jika sudah memiliki banyak penggemar seperti ini, biasanya ada saja brand yang ingin menggunakan “ketenaran” selebgram untuk memasarkan produk.
Bak tambang emas, keuntungan yang diraup para selebgram dari bisnis tersebut cukup menjanjikan.
Sebagai contoh, seperti dikutip dari dailymoslem.com, seorang selebgram disebut memasang tinggi untuk satu kali endorse atau promosi produk lewat akun Instagram-nya.
Kalau ada satu produk saja dikenalkan dalam sehari, si empunya akun bisa meraup untung berpuluh juta dalam satu bulan.
Tergoda?
Jika Anda tertarik menapaki jejak sebagai selebgram, syarat awalnya adalah memiliki jutaan follower dan ratusan tanda cinta.
Kunci untuk mendapatkannya adalah kelihaian memoles akun Instagram Anda sendiri.
Soal cara poles akun Instagram, ada sejumlah tips yang bisa dicoba.
Akun instagram harus unik dan menampilkan karakter khas Anda.
Siapa Anda?
Apa minat Anda?
Lalu, orang seperti apa yang kira-kira akan menyukai Anda?
Dan mlailah tampil dengan konsep.
Juga bila Anda suka produk kecantikan, misalnya, coba buat tips-tips perawatan muka. Bisa dicoba juga, tambahi tips itu dengan unggahan foto wajah sebelum dan sesudah perawatan.
Perlu jadi perhatian, konten yang disajikan tak boleh “garing” dan sebaliknya harus selalu memberikan informasi baru.
Karena itu, coba terus ikuti kabar tren terkini di bidang yang Anda suka.
Buat follower mau merekomendasikan akun Instagram Anda karena info-info yang diunggah memang inspiratif dan menarik.
Intinya, foto-foto yang diunggah di Instagram Anda harus mendorong orang dua kali mengetuk layar sentuh smartphone untuk memberikan tanda hati.
Tak lupa pula, gunakan tagar yang populer dan berkaitan dengan konsep Anda pada keterangan foto.
Untuk mengetahui tagar yang sedang hits dibicarakan di Instagram, Anda bisa memanfaatkan aplikasi khusus seperti Webstagram.
Namun, jangan berlebihan, gunakan tagar sesuai kebutuhan saja. Keterangan foto yang penuh tagar bakal tak ramah di mata pengunjung akun.
Langkah berikutnya, kaitkan unggahan itu dengan produk yang kira-kira membutuhkan orang seperti Anda sebagai brand ambassador di Instagram.
Begitu ketemu, coba tambahkan nama akun produk itu di foto yang Anda unggah. Siapa tahu pemilik produk tersebut tertarik memakai jasa Anda.
Pastikan akun selalu aktif.
Setidaknya luangkan waktu untuk mengunggah foto minimal tiga kali sehari. Jepretan tak perlu selalu bersifat normatif mengikuti konsep.
Jika ada hal menarik lain terjadi di sekitar Anda, unggah saja fotonya.
Selain itu, riset sederhana untuk mengetahui waktu paling pas mengunggah foto juga patut dicoba.
Membalas komentar harus menjadi agenda penting pula. Memang komentar tak selalu positif, ada saja orang iseng yang berkomentar miring.
Namun, abaikan dan jawab saja komentar seperti itu dengan hati tenang, kalau perlu balas saja dengan jawaban kocak.
Karena gambar adalah senjata utama—yang bisa diperkuat dengan keterangan foto—di Instagram, perhatikan kualitas foto atau video yang diunggah.
Jangan sampai gambar buram karena diambil dalam kondisi minim cahaya atau terburu-buru.
Komposisi cahaya, posisi pengambilan gambar, dan latar belakang wajib jadi pertimbangan saat pemotretan.
Memang, urusan potret-memotret ini pada awalnya akan memakan waktu cukup lama, tetapi bakal semakin cepat setelah sering dilakukan dan makin tahu cara mendapatkan gambar bagus.
Karena itu, benar-benar siapkan peralatan memotret yang diperlukan.
Tongkat narsis atau tripod kecil sewaktu-waktu diperlukan untuk pengambilan gambar pada posisi tertentu.
Namun, paling utama, kamera ponsel yang Anda gunakan harus mampu menghasilkan gambar beresolusi tinggi.