Usai membagi kemewahan “chatting” di pertengahan pekan lalu, hari ini, Senin, 04 April 2016, aplikasi “snapchat” kembali memberikan “hadiah” bagi penggunanya lewat “paket istimewa” berupa karakter yang panjang, delapan puluh, dibanding dari sebelumnya yang cuma tiga puluh tiga karakter.
Hadian tersebut diungkap layanan berlogo hantu itu melalui kicauannya di Twitter, sebagaimana dilaporkan VentureBeat.
“Ini bukan guyonan April Mop, caption di Snapchat kini lebih panjang,” kata akun @SnapchatSupport.
Dengan ini, pengguna tak perlu lagi pelit kata.
Perasaan bisa lebih leluasa untuk melengkapi konten video atau foto yang hendak dibagi.
Pembaruan ini sebenarnya lebih dikhususkan bagi pengguna Android. Sebab beberapa pengguna iOS sudah lebih dulu menikmatinya.
Seperti biasa, pengguna sistem operasi Apple memang kerap menjadi yang pertama menjajal fitur teranyar Snapchat sebelum dirilis resmi.
Bagi Anda yang sudah tak sabar membagi caption panjang pada foto dan video, perbarui dulu aplikasi Snapchat di Google Play Store atau Apple App Store.
Snapchat tampak sedang gencar memperbarui layanannya. Hanya selang beberapa hari sebelumnya, Snapchat juga meluncurkan fitur “Chat 2.0” yang memungkinkan obrolan maya terasa lebih nyata.
Tidak hanya berhenti di chatting dan tambahan karakter. Snapchat juga akan memberikan ke penggunanya virtual reality atau dikenal dengan VR.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa layanan pesan instan ini memiliki niat untuk masuk ke industri terkait dan membuat gadget khusus untuk menyaksikan konten VR
Sebagai perusahaan media sosial, Snapchat sendiri sebenarnya sebenarnya lebih banyak berurusan dengan software.
Para ahli hardware yang direkrut kemungkinan akan dipekerjakan dalam sebuah proyek khusus membuat kacamata VR.
Para ahli itu antara lain adalah Mark Dixon dan Eitan Pilipski. Dixon merupakan mantan pegawai Microsoft yang sebelumnya bertugas merekrut kandidat-kandidat pengembang HoloLens, sedangkan Pilipski dulu bekerja di Qualcomm untuk mengembangkan computer vision.
Indikasi terkuat soal kacamata VR adalah masuknya seorang desainer kacamata bernama Lauryn Morris di tim Snapchat. Morris sebelumnya dikenal sebagai perancang sejumlah kacamata untuk Michael Kors, Innovega dan Zac Posen
Sekadar diketahui, perusahaan media sosial itu pada 2014 lalu telah membeli Vengeance Lab, yaitu start up yang bergerak dalam bidang pembuatan kacamata ala Google Glass. Lalu sekitar 12 orang pegawai start up tersebut ditarik masuk ke Snapchat.
Pada Februari tahun lalu, didirikan tim khusus bernama Snapchat Research. Tim penelitian ini terdiri dari puluhan teknisi software di bidang machine learning dan computer vision.
Computer vision adalah teknologi penting yang dibutuhkan dalam pengembangan VR dan sudah dipakai dalam kacamata HoloLens buatan Microsoft. Teknologi tersebut berguna untuk memindai kondisi lingkungan di sekeliling pengguna.
Google dan Facebook juga mengembangkan teknologi VR, namun kedua raksasa itu memadukannya dengan teknologi kecerdasan buatan, bukan computer vision.
Pekan lalu Snapchat telah membagi “kemewahan” dengan lebih mengedepankan fitur ”chatting” untuk bisa sejajar dengan kemampuan berbagi dan salin tukar foto serta video yang sudah menjadi “ikon” aplikasi ini.
Selama ini kemampuan chatting di Snapchat terkesan dianaktirikan. Mungkin fitur tersebut sengaja dijadikan pelengkap, bukan yang utama.
Apalagi fitur iru sudah ada WhatsApp, Line dan Facebook Messenger yang kiprahnya lebih membumi.
Hari ini, Kamis, 31 Maret 2016, persepsi itu dijungkirkan Snapchat yang baru saja memperbarui fitur “Chat” menjadi “Chat 2.0”.
Pengguna lebih bebas berkomunikasi personal dengan cara yang mereka inginkan. Tak cuma dengan format teks, namun juga audio dan video.
Saat melakukan video call, pengguna bisa sambil chatting dengan teks dan mengirimkan stiker.
Snapchat menyadiakan dua ratus stiker baru untuk mendukung kemampuan ini.
Hal tersebut juga bisa dilakukan ketika melakukan audio call. Sembari mendengar suara lawan bicara di ujung sana, pengguna bisa berbagi teks dan stiker.
Yang paling penting, transisi maupun kombinasi semua bentuk komunikasi tersebut, teks, audio, video serta bisa dilakukan dalam sekali tekan.
“Anda bisa berkomunikasi maya namun terasa nyata. Kami telah merancang desain chatting seperti ini dalam waktu cukup lama,” begitu tertulis pada situs resmi Snapchat.
Untuk merasakan pengalaman chatting dengan Chat 2.0, pengguna harus memperbarui aplikasi ke versi teranyar melalui Apple App Store maupun Google Play Store.
Setelahnya, saat masuk ke kolom chatting, pengguna akan melihat empat ikon di sisi bawah laman.
Ada ikon “image”, “telephone”, “video”, dan “sticker”. Semuanya berfungsi untuk membagi konten dan melakukan chatting lintas format.
Anda bisa menelepon teman dengan menekan ikon “telephone”. Jika teman sedang tak online atau terlalu sibuk untuk mengangkat telepon, Anda bisa mengirimkan voice notes dengan menekan lama ikon “telephone”.
Mekanisme serupa juga bisa dilakukan ketika ingin mengajak teman video chatting layaknya di Skype. Pengguna cukup menekan lama ikon “video” untuk mengirimkan video singkat.
Teman harus menekan video singkat yang mirip GIF tersebut untuk terhubung dengan Anda. Jika ia sedang sibuk, video tersebut akan tertinggal sebagai GIF semata.
Jika ia menekan GIF tersebut, kalian akan terhubung dan bisa memulai video chatting. Sembari berhadap-hadapan via layar, Anda bisa juga mengirimkan teks, foto dari galeri, atau stiker.
Kemampuan Chat 2.0 ini sekaligus membedakan Snapchat dengan layanan instant messaging lainnya.
Jika WhatsApp dikenal anti-ruwet, Line dikenal dengan stiker-stiker lucunya, dan Facebook Messenger yang menyasar komunikasi bisnis, maka Snapchat Chat menawarkan fleksibilitas berkomunikasi layaknya dunia nyata.
Tak melulu lewat teks dan foto, netizen bisa saling berbagi video aktivitas sehari-hari.
Apalagi, Snapchat menyediakan beragam filter yang menggemaskan untuk melengkapi foto dan video.
Namun, ada hal yang masih mengganjal. Netizen kerap kesulitan mencari akun Snapchat teman.