Rahasia aplikasi breaking news milik Facebook tak bisa lagi disembunyikan setelah menjadi desas desus sejak lama bersamaan dengan munculnya berita dari berbagai media di halaman betanya sejak pekan ini.
Sebagaimana ditulis oleh The Verge, di akhir pekannini, aplikasi breaking news milik Facebook ini dinamakan Notify.
Ia pun berdiri sendiri alias tidak dibuat menyatu bersama dengan aplikasi Facebook lainnya.
Di awal peluncurannya, menurut “the verge,” yang akan berlangsung pada minggu depan, sudah ada berbagai media menyatakan minatnya untuk bergabung.
Di antaranya adalah Vogue, Mashable, The Washington Post, dan CNN.
Aplikasi Notify sendiri akan mengizinkan pengguna untuk berlangganan berita dari media yang ada di aplikasi tersebut.
Nantinya, setiap ada berita yang dilansir oleh media tersebut, pengguna akan langsung mendapatkan notifikasi via Notify.
Dengan cara seperti ini, aplikasi Notify bisa saja menjadi portal atau pengepul berita.
Sebelumnya, upaya Facebook untuk bermain di dunia media sudah diwujudkan melalui fitur Instant Article.
Fitur tersebut menjadi satu dengan aplikasi Facebook mobile.
Efeknya adalah membuat berita-berita dari para penerbit rekanan mereka dapat dibuka sepuluh kali lebih cepat dibandingkan dengan membukanya di laman web resmi penerbit itu.
Facebook bukanlah satu-satunya jejaring sosial yang bermain di dunia media. Sebelumnya, Twitter telah meluncurkan
Moments, sebuah linimasa bagi pengguna untuk mencari berita yang sedang banyak dicari di saat itu.
Kehadiran Notify adalah untuk menjawab analisa Editor-At-Large Techcrunch Josh Constine tentang makin kuatnya relevansi berita di media jejaring sosial.
Secara gamblang, Constine menyebut Facebook sebagai perongrong eksistensi media massa.
Menurut dia, kedua platform itu perlahan tapi pasti bakal menyerap seluruh kebutuhan internet pengguna. Situs media hanya disisakan peran secuil.
“Facebook tak akan membiarkan orang-orang beranjak,” kata dia
Awalnya, peran Facebook hanya sebatas menjembatani situs media dengan pembaca.
Situs media bahkan membuat akun Facebook untuk menyebarkan tautan artikelnya.
Namun, Facebook tak ingin selamanya jadi loket take-away makanan. Mereka ingin pula jadi restoran tempat orang membeli kudapan dan nongkrong berjam-jam.
Keinginan itu lebih mudah diwujudkan sebab kedua platform telah lama berinvestasi membangun kebiasaan netizen untuk memperoleh informasi awal dari media sosial.
Secara singkat, dulu netizen ke Facebook untuk tahu informasi terbaru. Tapi, untuk tahu kelengkapan informasi beserta foto-foto yang lebih beragam, netizen masih butuh berkunjung ke situs media.
Nantinya, dan bahkan telah dimulai kini, Facebook menyediakan pengalaman antarmuka yang mumpuni atas suatu berita.
Netizen bisa mengetahui informasi lengkap dari kedua platform tanpa harus berkunjung ke situs media.
Keseriusan Facebook sebagai jejaring sosial sekaligus penyedia informasi paling lengkap dan komperhensif dimulai tahun ini.
Tujuannya sama, menjadi agregator berita paling lengkap dan paling dibutuhkan, sehingga netizen tak perlu beranjak ke mana-mana.
Melaui Moments, netizen dapat mengakses berita dengan tampilan serupa koran.
Konten dikumpulkan dan diakurasi sedemikian rupa dengan penonjolan pada sektor visual.
Misalnya pengguna ingin melihat berita terkait piala dunia. Cukup eksplor tagar #WorldCup pada Moments yang saat ini baru berfungsi maksimal di perangkat iOS.
Semua foto, video dan teks yang dipenggal-penggal, bakal terpampang di layar ponsel atau tablet.
Pengguna cukup menggeser ke kanan untuk mengeksplor lebih jauh.
Selain Moments, adapula Instant Articles. Fitur di Facebook ini juga baru bisa dijajal melalui perangkat iOS.
Sejauh ini, Instant Articles telah menggandeng beberapa media besar. Antara lain The New York Times, National Geographic, BuzzFeed, NBC News, The Guardian, BBC News, Spiegel Online dan Bild.
Kerjasama itu memungkinkan Instant Articles menghimpun berita dari media-media tersebut untuk kemudian dipublikasikan ke platform-nya.
Jadi, Instant Articles bertindak sebagai agregator berita dari media-media yang diajak bermitra.
Pengguna bisa membaca berita lengkap dari situs-situs berita itu, tanpa harus beranjak dari satu situs ke situs lain.
Terlebih lagi, Facebook menyediakan tampilan yang simpel tanpa ada embel-embel iklan di samping-samping artikel, layaknya di situs-situs berita.
“Facebook mencoba fokus ke pengalaman konsumen menjajal berita,” kata Kepala Iklan Facebook Andrew Bosworth.
Dengan ini, Facebook menjadikan dirinya sebagai wadah penghimpun segala berita yang dicari pengguna.
Memang, di bawah artikel yang tertera pada Instant Articles, Facebook mematrikan tautan ke sumber aslinya. Namun, untuk apa pengguna membaca artikel yang dua kali?
Dari satu perspektif, memang Instant Articles membawa hawa segar bagi pengguna.
Fitur itu menyembunyikan iklan, promo dan menyajikan berita lengkap pada satu wadah.
Netizen tak perlu riwet dengan berbagai tautan dan berbagai kunjungan ke situs-situs berbeda.
Pun begitu, menurut Constine, Facebook perlu mengkaji ulang fitur agregator beritanya agar lebih manusiawi bagi para organisasi media.
Sebab, bagaimanapun kedua platform tetap mengandalkan konten yang diproduksi situs media.
Yang terjadi saat ini, kedua platform mendulang trafik yang padat dan bisa mempopulerkan brand apapun.
Para situs media mau tak mau harus bekerjasama dengan kedua platform untuk mendapat atensi masyarakat, walau tak signifikan.
Jika tidak, kompetitor mereka akan bermitra dengan kedua platform itu.
Situs-situs media yang bersikukuh menolak kerjasama dengan Facebook inilah yang bakal lebih cepat kehilangan eksistensi.
Jika tak ada kebijakan lain untuk mempertahankan eksistensi situs media, maka ke depan para produsen berita hanya akan jadi ghost writer “penulis hantu” bagi Facebook . Mereka menulis dan memproduksi berita, tapi tak terakui kehadirannya.