Metode diet?
“Wah, ngaco. Semuanya nyaris bohong,” tulis sebuah laman situs kesehatan global “healthyweek,” Rabu, 25 Mei 2016.
Kok ngaco?
“Anda hanya perlu fokus pada kebiasaan makan,” kata Brian Wansink, penulis Mindless Eating: Why We Eat More Than We Think.
Sarannya ini diperoleh dari hasil penelitian menunjukkan, kebiasaan makan yang buruk dapat mendarah daging dan banyak orang yang sering tidak menyadari bahwa mereka sedang melakukannya
“Dan Anda bisa menjadi masalah besar ketika datang pada kebiasaan ngemil makanan yang tak sehat,” katanya.
Bahkan, ketika gemar ngemil seakan sudah menjadi “sifat” Anda, otak pun akan terbiasa, menurut Wansink.
Sehingga, menurutnya, kunci utama untuk memangkas kebiasaan makan yang buruk adalah dengan menciptakan kebiasaan makan yang baik.
“Cukup memiliki semangkuk buah setiap hari di meja kerja Anda.”
“ Singkirkan camilan buruk dan ganti dengan buah. Itu akan membawa Anda untuk makan lebih banyak buah, sekitar tujuh puluh persen lebih banyak buah setiap hari,” kata Wansink.
Dengan pendekatan serupa, yang dilakukan di lebih dari dua puluh sembilan ribu sekolah di Amerika Serikat, efektif mengubah cara makanan para siswa.
“Menyediakan semangkuk buah di meja kerja atau pantry, bisa membuat seseorang memakan seratus empat persen lebih banyak buah.”
“ Dan kami menemukan bahwa hanya mengubah label atau nama pada sayuran—menuliskannya sebagai wortel renyah dan bukannya wortel—mampu membuat 30 persen anak-anak lebih menyukai wortel,” kata Wansink.
Anda juga dapat membuat perbedaan besar di dapur Anda sendiri.
Temuan menunjukkan bahwa dapur yang berantakan dapat menyebabkan seseorang makan sekitar empat puluh persen lebih banyak camilan ringan ketimbang ketika mereka berada di dapur bersih.
Prinsip yang sama dapat bekerja untuk porsi makan, melalui sebuah riset, Wansink mendapati bahwa hanya menggunakan piring yang lebih kecil bisa mengurangi makan sebanyak dua puluh dua persen.
Jadi, hadirkan piring dan mangkuk kecil di dapur Anda.
Mengubah kebiasaan buruk harus dimulai dengan mengubah lingkungan Anda, bukan hanya sebatas kemauan. Sebab, kemauan tidak akan bertahan lama. Itu sebabnya diet tidak efektif.
“diet hanya efektif untuk waktu tertentu, dan kemudian Anda jatuh kembali ke kebiasaan lama. Jadi, apa yang kita anjurkan adalah mengubah perilaku, mengubah gaya hidup, mengubah lingkungan,” kata John Brand, seorang peneliti di Cornell University Food and Brand Lab.
Untuk ada tahu ada ribuan metode diet yang nyatanya hanya sedikit orang yang berhasil menurunkan dan mempertahankan berat badan ideal.
Salah satu penyebab kegagalan tersebut adalah tidak adanya kontrol diri.
Perilaku makan seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor psikologisnya.
Tidak cukup punya pengetahuan cara menurunkan berat badan, mind set dan perilaku juga perlu diubah. Di sinilah pentingnya bantuan psikolog.
Tara menjelaskan, perilaku makan kita sangat dipengaruhi oleh budaya, alam bawah sadar, kepribadian, serta kebiasaan.
Sudah jadi budaya orang Indonesia pantang menolak kalau ditawari makanan, atau orang yang punya kepribadian ekstrovert biasanya sulit menolak godaan dari sekitarnya
Untuk mengatasi kegemukan, seseorang harus mulai mengubah tingkah laku dan juga menguatkan kontrol diri.
Turun berat badan tanpa kontrol diri akan berakibat diet yoyo.
Kontrol diri adalah kemampuan mengendalikan dorongan, keinginan, emosi, atau hasrat yang tidak tepat, untuk mencapai tujuan yang baik.
Kalau tidak ada kontrol diri bisa menyebabkan binge eating alias makan berlebihan, atau pun lapar mata.
Sementara kalau kontrol dirinya terlalu ketat bisa terjadi anoreksia. Yang tepat adalah yang moderata.
Kontrol diri penting untuk mendamaikan pikiran, mengalihkan pikiran, serta tidak reaktif pada pikiran dan emosi.
Dengan kontrol diri yang baik kita juga dapat menentukan mana yang tepat untuk tujuan diet kita.
Kalau sedang menghadapi godaan makanan, pikiran kita akan ramai oleh alasan menolak atau menerima. Nah, di sini pentingnya kontrol diri agar kita konsisten pada tujuan.
Ada beberapa cara yang dapat kita lakukan untuk meningkatkan kontrol diri, misalnya mendengarkan apa kata tubuh.
Jadikan perut sebagai acuan. Kalau sinyal perut bilang lapar baru kita makan. Bukan sinyal mata karena melihat yang enak jadi kepingin, atau sinyal hidung karena mencium bau masakan
Selain itu, teknik rileksasi dengan menarik napas panjang bisa membantu kita untuk kembali mengedepankan logika ketimbang emosi dalam mengambil keputusan.
Hindari bersikap reaktif dengan cara mempertimbangkan baik-baik keputusan yang akan diambil.
Misalnya dalam hal godaan makanan, pikirkan apakah menunya sesuai dengan perencanaan atau apakah menu yang dipilih sehat atau tidak.