Tahu siapa biang yang menjadikan Paul Pogba sebagai pemain termahal di dunia?
“Jose Mourinho,” tulis “mirror,” dalam edisi khususnya, Jumat, 12 Agustus 2016, yang menyoroti berbagai aspek kenapa Pogba bisa menjadi pemain dengan transfer termahal dengan memecahkan nilai transfer Garet Bale ke Real Madrid.
“Mou adalah salah satu pemutus perdebatan soal kelayakan Pogba menyandang pemain termahal,” tulis “mirror.”
Mou, begitu ia akrab disapa, dikenal memiliki karakter kuat dan mampu menanamkan mental juara di setiap tim yang dipegang.
Meski acapkali menuai kritik karena cenderung memainkan sepak bola negatif, Mou adalah jaminan prestasi yang sahih.
Keberhasilannya menyemai empat trofi domestik di empat negara yang berbeda Porto, Chelsea, Inter Milan, dan Real Madrid jadi bukti otentik.
Dua gelar Liga Champions bersama tim-tim non unggulan macam Porto dan Inter pun menjadi nilai plus Mourinho.
Dengan catatan mengilap tersebut, rasanya tak pantas bila ada yang i menilai keputusan MU mendaratkan Pogba dengan harga berapapun, sebagai sebuah kebodohan.
Tak dimungkiri, Mou adalah salah satu peracik strategi nomor wahid di jagad sepak bola. Ia juga dikenal pengagum pemain tengah andal yang punya kualitas komplet dan cerdas.
Mou pernah memiliki sosok pemain tengah ideal dalam diri Claude Makalele di Chelsea dan Esteban Cambiaso di Inter Milan. Keduanya merupakan gelandang pengatur ritme permainan tim yang dibesutnya.
Sementara Pogba, punya kualitas lebih lengkap dari Makalele dan Cambiaso. Yang pasti, Pogba bakal menjadi pemain reguler dengan formasi empat-dua-tiga-satu.
Pogba punya segala kemampuan yang diinginkan Mou. Selain memiliki kemampuan setara dalam hal menyerang dan bertahan, pemain kelahiran Lagny-sur-Marne itu pintar membaca permainan.
Mantan pelatih Inter Milan dan Real Madrid itu yakin Pogba bisa melaksanakan tugasnya dengan baik di MU. Dengan kata lain. Mou tahu persis kualitas Pogba.
Ia tak peduli seberapa besar biaya yang harus dikeluarkan klub demi mendaratkan Pogba.
Mou yang menjuluki dirinya sendiri sebagai ‘Special One’ tentu punya alasan kuat mengapa ia begitu ngotot mendapatkan tanda tangan Pogba.
Jadi, mari hentikan perdebatan soal harga fantastis sambil menanti aksi Pogba di Old Trafford.
Selanjutnya, “mirror” menulis tanpa ada penyeragaman skenario, Gareth Bale dan Paul Pogba seakan menjalani alur cerita yang hampir sama: sama-sama digerogoti nada sumbang ketika menyandang status pesepak bola termahal sejagad.
Pada tiga tahun silam silam, Bale diberondong cibiran ‘miring’ lantaran dinilai tak pantas ditebus dengan mahar sebesar delapan puluh lima juta poundsterling dari Tottenham Hotspur ke Real Madrid.
Catatan minim prestasi menjadi celah bagi publik memperdebatkan kelayakan Bale yang kala itu masih dua puluh empat tahun.
Ia memang tergolong hijau soal gelar prestasius. Sebelum menyabet gelar pemain termahal bersama Los Blancos, Bale hanya pernah menjadi runner-up Piala Liga Inggris bersama Spurs.
Musim pertama Bale di Bernabeu juga tak langsung berjalan manis. Hampir setengah musim dihabiskannya di ruang pesakitan akibat digerayang cedera.
Namun, keraguan publik terhadap Bale lambat laun berangsur sirna. Ia menutup akhir musim dengan gemilang setelah mencetak gol penentu kemenangan El Real atas Atletico Madrid di final Liga Champions.
Kini, kisah Bale juga dialami Pogba, meski tak sepenuhnya serupa. Menyandang pemain termahal dunia dengan cibiran yang menghujam.
Gelandang Perancis itu dianggap tak layak dibeli Manchester United dengan banderol delapan puluh sembilan juta poundsterling dari Juventus.
Sebuah nilai yang fantastis .
Celah perdebatan semakin lebar karena sebelumnya Pogba adalah jebolan akademi The Red Devils yang dijual secara ‘gratis’ kepada Juventus. Sebuah kebijakan blunder yang harus ditebus dengan pengeluaran selangit.
Bagi sebagian penggemar sepak bola -yang acapkali bertindak layaknya pakar- Pogba mungkin dianggap masih kencur dan jauh dari kepantasan menyandang gelar pemain termahal di bumi.
Barangkali, sebagian penggemar tersebut lupa kalau Pogba yang pernah disia-siakan ManUtd, telah menjelma sebagai pemain bintang di Juventus.
Octopus atau gurita, begitu Pogba dijuluki di Juve, telah menancapkan namanya dengan harum di Liga Italia. Pemain buangan dari ManUtd itu telah mengisap banyak ilmu dari sejumlah bintang Juve, terutama dari sang maestro Andrea Pirlo.
Karier si Gurita bersama “Si Nyonya Tua” pun semakin menonjol sepeninggal Pirlo yang memutuskan hengkang ke New York City.
Bahkan, petinggi klub tak sungkan untuk menyerahkan jersey keramat bernomor 10 kepada Pogba. Sebelumnya, angka sakral tersebut adalah milik Carlos Tevez. Penghargaan tinggi itu kemudian dibalas Pogba dengan penampilan apik.
Merujuk data yang dirangkum SkySports, Pogba adalah antitesis atau bisa menjadi obat penawar terhadap kekurangan MU musim lalu.
Catatan statistik Pogba mengungguli sejumlah pemain tengah milik MU pada musim lalu termasuk Wayne Rooney, Ashley Young, Michael Carrick, dan Maraone Fellaini.
Postur tubuh tegap ditambah kecepatan yang dimiliki, praktis membuat Pogba menjadi gelandang bertahan yang sulit dilewati lawan.
Kepiawaiannya dalam mengolah bola membuatnya mudah melewati lawan. Setidaknya ia mampu melakukan tiga dribel di tiap laga.
Selain itu, ia juga sukses melepaskan empat puluh dua kali umpan akurat.
Naluri mencetak gol Pogba juga tak boleh diragukan. Sebab, ia telah mengemas delapan gol dari tiga puluh lima laga Serie A.
Catatan impresif itu menjadi alasan mengapa Pogba tergolong pemain spesial. Apalagi ia bisa memerankan tugas gelandang bertahan, gelandang sentral, dan juga gelandang kiri.
Sesekali ia juga mampu bertindak sebagai gelandang serang lantaran didukung olah bola ciamik plus naluri menyerang yang bagus.
Dalam dunia sepak bola yang saat ini dipenuhi oleh para pemain spesialis –ketika peran gelandang dikotak-kotakkan lagi menjadi gelandang bertahan, gelandang serang, atau gelandang pengatur permainan atau dikenal dengan playmaker—kehadiran Pogba terasa demikian langka.
Selain kemampuannya di lapangan, MU diprediksi akan bisa meraih keuntungan dari citra Pogba berdasarkan kesepakatan pembagian keuntungan di antara keduanya.
Nilai hak citra Pogba diperkirakan bisa mencapai empat puluh lima juta pound per tahun.
Menurut media Perancis L’Equipe, seperti dikutip dari AS, Pogba memberikan delapan puluh persen hak citranya kepada Manchester United.
Hal ini berarti Pogba hanya akan mendapatkan tujuh juta poundper tahun. Nilai ini di luar gaji yang ia terima sebesar tiga belas juta pounds a per tahun.
Bagi klub, memegang hak citra pemain berarti penting.
Sebagaimana dijelaskan pengacara hukum olahraga Daniel Geey, hak citra bisa digunakan untuk mengeksploitasi kontrak komersial dengan menggunakan berbagai hal, mulai dari nama pemain, julukan, foto, tanda-tangan, inisial, pernyataan, hingga suara pemain.
Tanpa adanya kontrak khusus soal kesepakatan hak citra, maka klub tak boleh semena-mena menggunakan atribut yang melekat pada diri pemain tersebut. Misalnya saja, ada aturan ketenagakerjaan yang menyatakan bahwa penggunaan hak citra seorang pemain tidak boleh lebih banyak dari rataan anggota tim inti.
Dengan mengamankan kontrak hak citra Pogba, maka MU bisa memaksimalkan keuntungan dari Pogba sebagai sebuah brand.
Sebagai klub yang dikenal memiliki roda komersial nomor satu di dunia, MU sendiri memiliki sponsor yang ingin memanfaatkan kehadiran Pogba.
Dicatatkan The Mirror pada Februari lalu, MU saat ini terikat kerja sama dengan setidaknya tujuh puluh mitra komersial. Angka ini jauh melebihi klub-klub Inggris lainnya
Mulai dari Chevrolet, Epson, 20th Century Fox, hingga Grup Nissin menjadi mitra global MU, sementara kesebelasan itu juga menggandeng berbagai perusahaan lokal di negara yang menjadi pasar bidikannya.
Sebagai contoh adalah kerja sama antar MU dengan Danamon dan Archilles di Indonesia.
Salah satu sponsor yang pasti akan memanfaatkan kehadiran Pogba adalah adidas, perusahaan alat olahraga asal Jerman.
Sosok Pogba dianggap sebagai bintang masa depan di dunia sepak bola. Pemain tim nasional Perancis itu juga memiliki gaya berpakaian unik dan dikenal sebagai trendsetter.