Daging memicu kegemukan?
“Benar,” tulis laman situs kesehatan “medical health,” Selasa, 16 Agustus 2016.
Menurut situs kesehatan terkenal itu, masalah kegemukan selama ini selalu dikaitkan dengan konsumsi makanan yang tinggi gula atau manis.
“Padahal, banyak makan daging pun berefek sama buruknya terhadap penambahan berat badan.”
Namun, bukan kandungan lemak dan karbohidrat pada daging yang menyebabkan naiknya berat badan.
Lantas apa?
Menurut para peneliti dari Universitas Adelaide, yang membuat kegemukan karena makan daging justru kandungan proteinnya.
Wenpeng You dari Universitas Adelaide menjelaskan, lemak dan karbohidrat lebih cepat dicerna dalam tubuh dibanding protein.
Sementara itu, lemak dan karbohidrat juga memasok energi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Karena protein dicerna lebih lambat, energi dari protein bisa menjadi berlebihan. Kandungan yang berlebihan akan diubah dan disimpan menjadi lemak dalam tubuh.
“Protein dalam daging lah yang bertanggung jawab pada terjadinya obesitas,” kata dia.
Peneliti menyimpulkan, protein memang sangat dibutuhkan untuk melengkapi nutrisi tubuh. Namun, jika berlebihan ternyata bisa menyebabkan obesitas.
Profesor Maciej Henneberg mengatakan, temuannya ini menuai kontroversial, karena menyebut kandungan protein dalam daging yang lebih berkontribusi terhadap kenaikan berat badan, sama halnya seperti konsumsi gula.
Meski demikian, peneliti juga mendapat korelasi yang kuat antara ketersediaan daging di suatu negara dengan tingkat obesitas.
Masalah kegemukan selama ini selalu dikaitkan dengan konsumsi makanan yang tinggi gula atau manis.
Padahal, banyak makan daging pun berefek sama buruknya terhadap penambahan berat badan. Namun, bukan kandungan lemak dan karbohidrat pada daging yang menyebabkan naiknya berat badan.
Menurut para peneliti dari Universitas Adelaide, yang membuat kegemukan karena makan daging justru kandungan proteinnya.
Wenpeng You dari Universitas Adelaide menjelaskan, lemak dan karbohidrat lebih cepat dicerna dalam tubuh dibanding protein.
Sementara itu, lemak dan karbohidrat juga memasok energi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Karena protein dicerna lebih lambat, energi dari protein bisa menjadi berlebihan. Kandungan yang berlebihan akan diubah dan disimpan menjadi lemak dalam tubuh.
“Protein dalam daging lah yang bertanggung jawab pada terjadinya obesitas,” kata dia.
Peneliti menyimpulkan, protein memang sangat dibutuhkan untuk melengkapi nutrisi tubuh. Namun, jika berlebihan ternyata bisa menyebabkan obesitas.
Profesor Maciej Henneberg mengatakan, temuannya ini menuai kontroversial, karena menyebut kandungan protein dalam daging yang lebih berkontribusi terhadap kenaikan berat badan, sama halnya seperti konsumsi gula.
Meski demikian, peneliti juga mendapat korelasi yang kuat antara ketersediaan daging di suatu negara dengan tingkat obesitas.
Peminat pola makan vegetarian atau tidak mengonsumsi daging memang terus bertambah seiring kesadaran akan kesehatan.
Kita tahu bahwa ada banyak manfaat dari menghindari konsumsi daging dan memperbanyak asupan serat.
Sebuah penelitian menunjukkan, jutaan kematian akibat penyakit kronik pertahun di dunia bisa dicegah jika semakin banyak orang yang mengurangi konsumsi daging.
Makanan berlemak jenuh memang meningkatkan potensi penyakit berbahaya.
Salah satu keuntungan dari tidak mengonsumsi daging adalah menurunnya kadar Kolesterol sampai tiga puluh lima persen.
Penyakit diabetes tipe dua juga terkait erat dengan mengonsumsi protein hewani, terutama daging merah dan daging yang diproses.
Orang yang mengonsumsi daging lebih dari satu kali seminggu, selama tujuh belas tahun memiliki risiko tujuh puluh empat persen menderita diabetes.
Secara umum, pecinta daging memiliki kemungkinan lebih besar menderita diabetes dibanding para vegan.
Dengan mengurangi asupan daging, keju, dan telur, dan menggantinya dengan sayuran berkualitas tinggi, kacang-kacangan, dan biji-bijian, tubuh Anda akan terima kasih.
Hanya saja, pastikan tubuh Anda mendapatkan semua nutrisi dalam jumlah sesuai yang dibutuhkan
Meski tidak mendapat asupan protein hewani, namun vegetarian tetap bisa mendapat protein, misalnya saja dari tahu dan kacang-kacangan.