Peramban milik Google, Chrome, mulai pekan ini, mulai menjaga keamanan fiturnya lewat aksi serius terhadap situs-situs web yang tidak menggunakan enkripsi sebagai pengaman.
Seperti dirilis secara resmi di blognya, Rabu, 14 September 2016, versi berikutnya dari peramban besutan Google tersebut bakal menyertakan peringatan baru terhadap situs-situs yang masih menggunakan protokol transfer data HTTP atau yang bukan HTTPS yang terenkripsi
Seperti jug ditulis “the verge,” hari ini, bentuk peringatan itu berbunyi “tidak aman” di jendela di samping kolom alamat website.
Ke depan, Google berencana menerapkan jenis label lain seperti simbol segitiga berwarna merah, supaya lebih terlihat oleh pengguna.
“Studi-studi menunjukkan bahwa pengguna tidak menganggap absennya icon ‘secure’ sebagai peringatan,” tulis Google dalam sebuah posting mengenai soal ini.
“Kami berencana melabeli situs HTTP dengan lebih jelas dan akurat sebagai tidak aman, secara bertahap, dan berdasarkan kriteria yang makin diperketat, lanjut Google.
Laman HTTP yang tidak terenkripsi sangat berbahaya apabila digunakan sebagai sarana login ke suatu layanan online.
Informasi login rentan dicegat oleh hacker selagi ditransfer dari komputer pengguna ke server.
Google berencana mulai menerapkan peringatan baru ini pada Chrome 56 yang akan diluncurkan pada Januari tahun depan
Salah satu hal paling menyebalkan saat hendak mengunduh aplikasi gratis adalah kemunculan beberapa tautan bertuliskan “download” pada satu laman sekaligus.
Pengguna dibuat bingung harus menekan tautan yang mana.
Pasalnya, hanya satu tautan pengunduhan yang asli.
Lainnya merupakan tipu muslihat yang bakal membawa virus tak diundang ke komputer.
Langkah yang diambil Google ini adalah upaqya nyata untuk menumpas penipuan
Google memang memperbarui browser Chrome-nya dengan penambahan fitur khusus.
Fitur itu akan mewanti-wanti pengguna saat ingin masuk ke situs-situs yang menggunakan praktik penipuan tautan bertuliskan “download”.
Untuk mengaktifkan fitur tersebut, pengguna cukup menekan menu tiga garis pada sisi kanan atas layar Chrome. Lalu pilih “Settings”, “Advance”, hingga ke “Privacy”.
Ada beberapa kolom yang tercentang dan tak tercentang pada opsi “Privacy”.
Pengguna hanya perlu mencentang kotak dengan kalimat “protect you and your device from dangerous sites”.
Setelah aktif, Chrome akan selalu memperingati pengguna saat akan membuka situs dengan tombol “download” palsu.
Peringatan itu kurang lebih berbunyi imbauan untuk menghindari situs tersebut.
Lebih lanjut, peringatan akan menjelaskan bahwa situs yang hendak dikunjungi berisiko mengelabui pengguna dengan trik “jahat”.
Google punya ambisi besar menyangkut soal virtual reality (VR). Salah satunya, raksasa internet itu ingin mewujudkan pengalaman berselancar di internet yang lebih menggugah bagi pengguna.
Sebab itulah peramban Chrome terbaru untuk Android sudah mulai ditambahi fitur VR
FItur VR pada Chrome berupa dukungan untuk standar open-source WebVR untuk situs-situs yang dirancang untuk dijelajahi lewat VR.
Untuk situs yang belum mendukung WebVR, Chrome Dev turut menyediakan “VR Shell” yang akan mempermudah pengguna dalam berpindah antara situs web non-VR dan VR.
Dengan VR Shell, pengguna nantinya tak perlu melepas headset saat melihat situs non-VR sehinngga bisa tetap mengenakan perangkat tersebut dalam menjelajah internet.
VR Shell pada Chrome Dev saat ini belum berfungsi penuh dan masih terus dikembangkan oleh Google.
Tapi agaknya tinggal soal waktu saja sebelum dukungan VR yang stabil mulai tertanam di browser.
Selain Google, pihak lain yang juga mengembangkan browsing VR adalah Samsung.
Pabrikan gadget asal Korea itu bahkan sudah menawarkan peramban internet untuk headset Gear VR buatannya.