Apa hubungan antara kenikmatan bercinta dengan ketenangan jiwa?
Nah, sebuah penelitian terbaru mengklaim adanya hubungan yang baik antara bercinta lewat pelepasan hormon-hormon dengan peningkatan ketenangan jiwa.
Sebuah studi dari Duke University di North Carolina, AS, mengungkapkan, pelepasan hormon oksitosin, misalnya, tak hanya mengeratkan ikatan antara seorang wanita dengan anak yang baru dilahirkannya tapi juga menstimulus perasaan religius seseorang.
Penelitian ini menggunakan sekelompok orang dewasa yang mendapat dorongan hormon oksitosin, yang kemudian mengalami peningkatan spiritual.
Efek ini pun berlangsung hingga sepekan kemudian.
Sedangkan di grup pengendali yang mendapat tindakan medis yang dipalsukan atau placebo, dilaporkan mereka tak mengalami peningkatan spiritual sama sekali.
Mereka yang mendapatkan dorongan hormon tercatat lebih mengeluarkan emosi yang positif selama percobaan.
Patty Van Cappallen, psikolog sosial yang juga pemimpin riset ini, mengatakan dalam penelitian-penelitian sebelumnya sudah ditemukan bahwa kondisi spiritual dan meditasi masing-masing mempunyai keterkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan.
“Kami tertarik untuk memahami bahwa faktor biologis dapat meningkatkan pengalaman spiritual seseorang,” ujar Van Cappallen, seperti dikutip Independent, Rabu, 28 September 2016.
“Oksitosin pun terlihat menjadi bagian dari tubuh kita yang berkaitan dengan kepercayaan spiritual.”
Hasil penelitian yang dipublikasikan di jurnal Social Cognitive and Affective Neuroscience menjelaskan bahwa oksitosin diproduksi secara alamiah di hipotalamus atau bagian otak yang terdiri dari sejumlah nukleus dengan berbagai fungsi yang sangat peka terhadap steroid, glukokortikoid, glukosa dan suhu.
Dalam penelitian sebelumnya, hormon ini juga diindikasikan memegang peranan penting untuk meningkatkan empati, kepercayaan, ikatan sosial dan altruisme atau perhatian terhadap kesejahteraan orang lain tanpa memperhatikan diri sendiri.
Grup yang menerima oksitosin tercatat lebih merasa sisi spiritual sangat penting dalam hidup. Mereka juga lebih merasa lebih berarti dan memiliki tujuan hidup.
Tak hanya itu, partisipan yang melepaskan hormon oksitosin juga lebih dapat memberikan respon positif dan menyadari bahwa semua kehidupan berhubungan dan ada kesadaran akan sesuatu yang lebih besar, yang menghubungkan manusia.
Riset ini juga menemukan banyak emosi positif seperti rasa kagum, bersyukur, inspirasi, cinta, harapan, ketertarikan, juga ketenangan.
Meski demikian Van Cappallen mengingatkan, bahwa temuan ini tidak berlaku rata.
“Karena sisi spiritual,” diyakini Van Cappallen, “adalah hal yang kompleks dan dapat dipengaruhi oleh berbagai macam faktor.”
Selain masalah respon hormon dengan kenikmatan hidup, para ahli kesehatan juga meningatkan mewaspadai krisis kesehatan seksual.
Hal itu menjadi perhatian setelah dilakukannya uji kasus penyakit menular seksual yang mencatat adanya lonjakan kasus untuk penyakit sifilis dan gonore.
Meski begitu, catatan jumlah kasus penyakit klamidia atau penyakit menular seksual yang ditularkan melalui hubungan seks tanpa menggunakan kondom ini disebut-sebut telah menurun.
Namun, para ahli kesehatan menganggap penurunan terjadi karena berkurangnya jumlah orang yang mengikuti tes, bukan jumlah yang sebenarnya.
Pimpinan Eksekutif Asosiasi Keluarga Berencana Inggris, Natika H Halil mengatakan pihaknya kini sangat mengkhawatirkan adanya peningkatan kasus gonore dan sifilis.
“Kami prihatin dengan terjadinya peningkatan diagnosa pengidap gonore dan sifilis, khususnya di kalangan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki, dan juga dengan variasi di beberapa daerah,” katanya seperti dilansir Independent.
Halil menambahkan, jika layanan kesehatan seksual dipindahkan, dibatasi atau ditutup, pihaknya akan meminta pemerintah Inggris untuk memprioritaskan investasi dalam masalah layanan kesehatan seksual.
“Selanjutnya, pemerintah daerah perlu memperhatikan apa yang terjadi di daerah mereka dan berinvestasi dalam layanan pencegahan untuk membantu menurunkan jumlah penderita penyakit seksual yang masih sangat tinggi ini,” ujar Halil.
Direktur Medis dari Terence Higgins Trust, Michael Brady, mengatakan data yang ada saat ini membuktikan bahwa masih banyak yang perlu dilakukan untuk menyampaikan masalah kesehatan seksual yang memburuk sekaligus tingginya jumlah penderita penyakit seksual kepada masyarakat.
“Sekarang pemerintah dan petugas daerah harus melakukan semuanya untuk memenuhi kebutuhan pelayanan masalah kesehatan seksual, dan membuat pengecekan kesehatan lebih sederhana dan mudah diakses,” kata Brady.
Dia menambahkan, menghindari masalah penyakit seksual di Inggris tidak mudah kecuali perlengkapan untuk mendeteksi penyakit tersebut dicukupi.
“Tak hanya alat uji, namun juga pelayanan, perawatan dan pencegahan juga harus disiapkan, kecuali jika kaum muda sudah mendapat pendidikan wajib tentang hubungan seks bermutu saat di sekolah,” ujarnya.