Selama ini Anda, mungkin, termasuk seorang yang muak dan jengkel oleh kehadiran menguap.
Selain dianggap tidak etis, menguap juga sering ditahbiskan sebagai sikap konyol.
Nah, sekarang Anda harus mengubah persepsi tentang menguap yang dianggap bodoh, tidak etis dan konyol itu.
Sebuah studi terbaru yang dilakukan State University of New York, Amerika Serikat, menemukan adanya hubungan menguap dengan kecerdasan otak.
Dari sebuah video yang menayangkan dua puluh sembilan jenis mamalia yang menguap, kemudian peneliti menghitung lamanya mereka menguap.
Sebelumnya, berat rata-rata otak semua hewan menyusui itu telah ditimbang.
Seperti ditulis laman situs India Times, hari ini, Jumat, 14 Oktober 2016, mamalia seperti gorila, kuda, singa laut dan gajah Afrika memiliki ukuran menguap lebih besar, namun lama waktu menguap mereka lebih pendek dibandingkan manusia.
Dari hasil penelitian, para ilmuwan menyadari bahwa berat otak dan jumlah lapisan luar otak yang disebut korteks, dapat berubah dan mempengaruhi kecerdasan otak. Hal ini juga dilihat dari lamanya mereka menguap.
Menurut Liz Cirulli Rogers, dari Duke University School of Medicine, kemungkinan besar hewan-hewan yang memiliki ukuran otak besar juga memiliki variasi menguap yang berbeda.
Hal ini juga menunjukkan bahwa ukuran otak hewan mamalia tersebut lebih kecil daripada ukuran otak manusia.
“Mungkin hewan yang lebih cerdas memiliki variasi menguap juga memiliki perbedaan untuk menanggapi rangsangan yang berbeda.”
“ Sedangkan pada hewan yang kurang cerdas akan menguap dengan cara yang sama. Hal tersebut terjadi karena adanya perbedaan stimuli,” kata Rogers.
Selain itu, Anda perlu juga tahu bahwa kecerdasan itu tidak berhubungan dengan ukuran otak yang Anda punyai.
“Otak cerdas itu tergantung dengan pasokan darah dan menguap menjadi salah satu yang mendorong pasokan itu.”
Sebuah proyek penelitian yang dilakukan oleh University of Adelaide, menunjukkan bahwa otak manusia ketika berevolusi tidak hanya menjadi besar, namun juga menjadi lebih berenergi dan ‘haus darah’ daripada yang dipercayai sebelumnya.
Penelitian ini adalah kolaborasi antara tim Cardiovascular Physiology di School of Biological Sciences di University of Adelaide, bersama dengan the Brain Function Research Group and Evolutionary Studies Institute di University of the Witwatersrand.
Tim peneliti menghitung seberapa darah yang mengalir ke otak nenek moyang manusia berubah dari waktu ke waktu. Mereka menggunakan dua lubang di dasar tengkorak yang memungkinkan pembuluh darah masuk ke otak.
Hasilnya, temuan tersebut memungkinkan para peneliti untuk melacak peningkatan kecerdasan manusia selama masa evolusi.
“Ukuran otak telah meningkat sekitar tiga ratus lima puluh persen lebih selama evolusi manusia, namun kami menemukan bahwa aliran darah ke otak meningkat secara menakjubkan yaitu sebanyak enam ratus persen,” ujar pemimpin proyek penelitian tersebut, Emeritus Roger Seymour, mengutip Indian Express.
Ia menambahkan, “kami percaya bahwa ini mungkin terkait dengan kebutuhan otak untuk memenuhi sel-sel saraf yang memungkinkan evolusi cara berpikir dan pembelajaran yang semakin kompleks. Sehingga untuk memungkinkannya, otak secara terus-menerus menyerap oksigen dan nutrisi dari darah.”
Para peneliti juga mengatakan bahwa otak yang semakin aktif metabolismenya, semakin membutuhkan darah.
Hal ini membuat pasokan darah ke arteri lebih besar, sesuai besar lubang arteri di fosil tengkorak yang semakin membesar.
“Sepanjang evolusi, kemajuan dalam fungsi otak kita tampaknya terkait dengan lama waktu yang dibutuhkan otak untuk tumbuh dari masa kanak-kanak.”
“Hal ini juga terhubung pada sejumlah faktor seperti, kerjasama keluarga dalam berburu, mempertahankan wilayah, dan menjaga anak-anaknya,” kata salah seorang peneliti lainnya, Vanya Bosiocic.
Ia menambahkan bahwa munculnya sifat-sifat ini tampaknya diikuti dengan meningkatnya kebutuhan otak pada darah dan energi.
Selain itu Anda juga perlu tahu ukuran otak pria yanglebih besar daripada wanita, tidak membuat pria lebih pintar dan cerdas.
Sebuah studi lainnya menemukan hubungan yang sangat lemah antara ukuran otak dan IQ manusia.
Salah satu peneliti Jakob Pietschnig dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Wina di Austria mengatakan volume otak hanya berperan kecil dalam menjelaskan kinerja tes IQ pada manusia.
Para peneliti menunjukkan tidak ada perbedaan dalam kinerja tes IQ global antara pria dan wanita, walaupun otak pria ukurannya lebih besar dibanding wanita.
Mereka mencatat pentingnya struktur otak dibandingkan dengan volume otak ketika membandingkan spesies yang berbeda. Perbedaan struktur otak tampaknya bertanggung jawab dalam kinerja kognitif.
Contoh lainnya adalah individu dengan sindrom megalencephaly biasanya menunjukkan hasil tes IQ lebih rendah dari rata-rata penduduk.
“Aspek struktural tampaknya lebih penting untuk kinerja kognitif pada manusia,” kata Pietschnig seperti dilansir Zeenews.
Temuan ini muncul dalam jurnal Neuroscience and Biobehavioral Reviews