Sebuah studi terbaru menunjukkan konsumsi gula atau pemanis rendah dan bahkan bebas kalori tidak mempengaruhi asupan kalori dan gula darah dalam sehari.
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh The Agency for Science, Technology and Research Singapura, dan dilansir Live Science, melibatkan tiga puluh pria sehat berusia dua puluh satu hingga lima puluh yang terbagi dalam beberapa kelompok pengujian.
Para responden diminta mengonsumsi jenis sarapan yang sama, dan dilanjutkan dengan minum minuman yang mengandung satu dari empat jenis pemanis.
Pemanis tersebut adalah gula biasa atau sukrosa, pemanis buatan aspartam, pemanis alami bebas kalori dari daun stevia.
Kemudian para responden makan siang sampai kenyang.
Setelahnya, mereka pulang ke rumah dan menggunakan jurnal harian untuk mencatat jumlah makanan dan kalori yang dikonsumsi selama satu hari.
Dalam hasil penelitian yang diterbitkan di International Journal of Obesity pada 13 Desember 2016 itu ditemukan fakta bahwa seluruh responden rata-rata mengonsumsi jumlah kalori yang sama per hari, yaitu dua ribu tiga ratus kalori, terlepas jenis pemanis yang mereka konsumsi.
Ketika seseorang mengonsumsi pemanis rendah atau tanpa kalori saat sarapan, para peneliti menduga mereka akan cenderung makan lebih banyak saat makan siang atau makan pada waktu lain.
“Energi yang tersimpan dari mengganti gula dengan pemanis non-nutritif sepenuhnya dikompensasi pada waktu makan selanjutnya dalam hari tersebut,” kata Siew Ling Tey, peneliti studi ini.
Sebagai tambahan, meski partisipan mengalami lonjakan kadar gula darah sesaat setelah mengonsumsi gula biasa saat sarapan, kejadian lonjakan gula darah yang lebih besar setelah makan siang terjadi pada mereka yang mengonsumsi minuman dengan pemanis bebas kalori.
Ini berarti kadar rata-rata gula darah secara umum hampir sama untuk seluruh kelompok dalam periode tiga jam sebelum dan sesudah makan siang.
Namun para peneliti memberikan catatan bahwa studi ini tergolong penelitian kecil dan pemanis yang diuji hanya dalam satu hari.
Peneliti beranggapan butuh penelitian dalam jangka waktu lebih panjang untuk melihat dampak pada bobot tubuh dan kadar gula darah berdasarkan konsumsi tipe gula atau pemanis.
Namun begitu, apakah Anda tahu sebenarnya bahwa penderita diabetes tak perlu menjauhkan diri dari makanan dan minuman manis?
Diabetes merupakan sebuah kondisi yang kompleks.
Penyebabnya adalah adanya komplikasi dari berbagai faktor seperti usia, gen, obesitas, merokok, kurang aktivitas fisik, stres, tekanan darah, dan berbagai faktor lainnya.
Penderita diabetes sebenarnya tidak dilarang untuk mengkonsumsi makanan dan minuman manis, tetapi harus lebih berhati-hati dengan asupan gula serta jenis gula yang digunakan serta tetap memperhatikan pola diet yang seimbang didukung dengan aktivitas fisik yang cukup.
Banyak pilihan makanan dan minuman manis yang aman dikonsumsi oleh para penderita diabetes,seperti produk-produk yang mengandung pemanis rendah dan tanpa kalori.
Pemanis rendah dan tanpa kalori memberikan konsumen pilihan untuk membantu menjalani gaya hidup, membantu keseimbangan energi, mendukung berat badan yang sehat, mengelola diet diabetik, atau sekadar memberikan rasa manis tanpa menambah kalori.
Faktanya, pemanis rendah dan tanpa kalori memiliki tingkat rasa manis yang sangat tinggi sekitar dua ratus kali gula biasa.
Dengan demikian, untuk menghasilkan rasa manis yang dibutuhkan, kadar pemanis rendah dan tanpa kalori relatif sangat sedikit, bahkan sangat jauh di bawah batas asupan harian yang diperbolehkan yang sudah ditetapkan oleh WHO.
Kadar penggunaan yang sangat sedikit jumlahnya ini akan membuat pemanis rendah dan tanpa kalori yang terkonsumsi tidak diolah oleh tubuh.
Jadi, hanya memenuhi kebutuhan sensasi rasa manis yang dihindari oleh para penderita diabetes.
Studi American Diabetes Association mengungkapkan bahwa pemanis rendah dan tanpa kalori dapat membantu orang yang kelebihan berat badan atau para pengidap diabetes untuk mengurangi asupan kalori serta patuh kepada suatu pola diet makan sehat.
Tak hanya itu, pemanis rendah dan tanpa kalori tidak berkontribusi pada kerusakan gigi serta tidak mempengaruhi glukosa darah atau respon insulin.
Jadi, Anda tak perlu khawatir lagi.
Keberadaan diabetes di Indonesia cukup mengancam, meskipun ini bukan penyakit yang tidak menular.
Penyakit ini bukan hanya diakibatkan oleh konsumsi makanan dan minuman sehari-hari, tetapi juga didukung dengan pola hidup yang kurang diisi dengan aktivitas fisik.
Kini jangan takut berteman dengan gula, dengan catatan juga menerapkan pola hidup yang aktif dan sehat untuk mengatur keseimbangan kalori dalam tubuh. Untuk info lengkapnya