Benarkah anak yang lahir dari orang tua yang kegemukan atau obesitas “bodoh?”
“Ya,” tulis media Inggris terkenal “the sun,” Kamis, 05 Januari 2017, mengutip sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti AS
“Ayah maupun ibu dengan kondisi obesitas, akan menempatkan anak-anak mereka dalam banyak risiko kesehatan, terutama anak yang kurang cerdas,” tulis “the sun.”.
Melihat data dari lebih dari lima ribu keluarga di New York State, peneliti menemukan, anak-anak yang lahir dari kedua orangtua obesitas, tiga kali lebih mungkin untuk menjadi “slow learner” atau kesulitan dalam menangkap atau belajar tentang hal baru.
Sehingga, orangtua yang obesitas dinilai peneliti dapat menurunkan tingkat kecerdasan anak.
Sementara itu, anak yang lahir dari ibu dengan kelebihan berat badan, ditemukan lebih canggung dalam melakukan sesuatu dan tujuh puluh persen lebih mungkin untuk gagal dalam tes keterampilan motorik pada usia tiga tahun.
Sedangkan, anak yang lahir dari ayah obesitas berisiko memiliki keterampilan sosial yang buruk.
Tim peneliti mengatakan, obesitas selama kehamilan dapat memengaruhi perkembangan otak bayi yang belum lahir.
Penelitian juga telah menunjukkan, bahwa obesitas dapat memengaruhi gen dalam sperma ayah.
Rekan penulis studi Dr Edwina Yeung, dari lembaga perkembangan anak di AS, mengatakan, “Hasil penelitian kami menunjukkan bahwa berat badan ayah dan ibu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan anak sejak dalam kandungan.
Para ahli mengatakan, ini membuat anak-anak gemuk salah berpikir tentang berat badan yang sehat pula. Anak-anak beranggapan, badan gemuk adalah wajar.
Sehingga, semakin banyak orang yang lupa bagaimana bentuk tubuh anak dengan berat badan sehat.
Gillian Prior, Kepala Bidang Kesehatan di National Centre for Social Research, mengatakan bahwa ada kemungkinan meningkatnya jumlah anak yang obesitas dalam beberapa tahun terakhir akibat normalisasi berat badan yang tidak sehat. Ini harus menjadi perhatian orangtua dan juga penyelenggara kesehatan.
Obesitas dikaitkan dengan sejumlah kondisi kesehatan di kemudian hari, seperti diabetes dan penyakit jantung.
“Ketika orangtua ingin melakukan yang terbaik untuk anak-anak mereka, termasuk dalam memberikan makanan, orangtua perlu berpikir ulang bahwa obesitas pada anak dapat menempatkan anak pada risiko kesehatan,” lanjut Prior.
Sarah Toule, dari World Cancer Research Fund, mengatakan “Ini sangat mengkhawatirkan, anak yang kelebihan berat badan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terjangkit sebelas kanker yang umum saat mereka dewasa.”
“ Seperti di Inggris, bila semua orangtua menanamkan berat badan sehat pada anak-anak mereka sejak dini, maka dua puluh lima ribu kasus kanker dapat dicegah setiap tahunnya,” tambah Toule.
Seperti juga ditulis media Inggris lainnya, “the mirror,” ada berbagai risiko penyakit yang mengintai anak obesitas, seperti penyakit jantung, kanker, stroke, dan diabetes tipe 2.
Dalam penelitian terbaru di Denmark, anak-anak yang memiliki indeks massa tubuh tinggi mengalami peningkatan risiko kanker usus besar.
Semakin tinggi indeks massa tubuh, semakin tinggi pula risikonya.
Pada penelitian kedua, anak-anak yang indeks massa tubuhnya tinggi itu juga berisiko terserang stroke pada usia dewasa muda.
Masalah kelebihan berat badan pada anak harus diatasi sedini mungkin dengan membiasakan konsumsi makanan sehat bergizi seimbang.
Selain itu, tentu saja dengan olahraga teratur. Anak-anak harus banyak melakukan aktivitas fisik.
Mengapa perlu segera diatasi?
Sebab, masalah penyakit terkait obesitas pada anak dapat muncul jauh sebelum usia dewasa. Tak heran jika anak obesitas bisa terkena diabetes tipe 2 pada usia remaja.
Mereka juga bisa mengalami nyeri lutut, kesulitan berjalan, asma, hingga sleep apnea.
Tak hanya masalah pada tubuh, tetapi juga psikologis.
Anak obesitas kerap kurang percaya diri hingga, depresi, hingga kualitas hidupnya menurun. Obesitas pada anak biasanya akan terus berlangsung sampai dewasa. Risiko terkena penyakit pun bisa memburuk.
Berdasarkan data the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry, kasus obesitas pada anak paling banyak ditemui pada usia lima hingga enam tahun dan masa remaja.