Putus asa, menurut penelitian yang ditulis Journal of Consumer Psychology, membuat orang dewasa yang selalu merasa cemburu dan mereka cenderung banyak menghabiskan uang untuk membeli barang-barang mewah dan mahal.
Penelitian yang dimuat pada laman situs Times of India.
Salah seorang tim peneliti Xun Irene Huang, P.hD mengungkapkan, perasaan cemburu meningkatkan keinginan untuk membeli produk yang mencolok mata.
Sebut saja mantel berwarna cerah dibandingkan warna yang gelap, atau kaus dengan desain logo yang besar dibandingkan yang bergambar sederhana.
Rangkuman hasil penelitian ini bisa dilihat secara daring di Journal of Consumer Psychology.
“Kami yakin efek ini tidak terbatas pada kecemburuan pada hubungan asmara saja”
“ Anak yang cemburu pada hubungan saudaranya dengan orangtua, atau pekerja yang cemburu dengan hubungan rekan kerjanya dengan atasan,” kata Huang, profesor di Nanyang Technological University di Singapura.
Para peneliti juga menemukan bahwa keinginan untuk mendapatkan produk yang menarik perhatian akan hilang jika ada peluang sedikit saja produk itu dilihat orang lain.
Partisipan yang mengalami rasa cemburu, dalam satu eksperimen terlihat cenderung membeli lampu emas yang mencolok perhatian untuk kantornya yang merupakan ruang publik.
Namun, jika mereka ingin membeli lampu untuk kamar tidur mereka, minat pada lampu emas dengan lampu abu-abu biasa akan sama.
Para peneliti juga terkejut ketika menemukan bahwa keinginan untuk menarik perhatian seseorang dengan membeli produk yang menarik perhatian bahkan menutupi risiko dipermalukan di depan umum.
Dalam satu eksperimen, partisipan diminta untuk membayangkan jika mereka diundang ke sebuah pesta.
Satu grup diundang ke pesta kostum yang diselenggarakan oleh seorang teman, dan grup lainnya diundang ke pesta formal menyambut karyawan baru di kantor mereka.
Mereka kemudian diminta untuk memilih apakah mereka lebih memilih menggunakan sepasang kacamata biasa untuk ke pesta atau kacamata dengan model unik dan menarik perhatian.
Para peneliti kemudian menemukan bahwa partisipan yang mengalami rasa cemburu memilih untuk menggunakan kacamata dengan model unik untuk mendatangi kedua pesta tersebut, meskipun mereka bisa mendapat perhatian negatif ketika berada di pesta formal.
Huang mengatakan, temuan ini juga memiliki implikasi untuk marketing.
Iklan cetak dan tampilan di toko dapat menangkap situasi di mana cemburu memainkan peran, di mana konsumen bisa termotivasi untuk membeli produk yang bisa menarik perhatian orang lain.
Iklan televisi yang mempromosikan produk yang menarik perhatian juga bisa menggunakan cara yang efektif ini saat acara sitkom di mana kecemburuan biasa menjadi topik
Sejumlah peneliti mengatakan bahwa manusia kebanyakan memiliki sifat optimistis, pesimis, penuh kepercayaan, juga iri.
Namun dari semua kategori tersebut, tiga puluh persen kelompok terbesarnya adalah sifat iri.
Orang-orang yang masuk ke dalam kategori tersebut diketahui tidak terlalu peduli dengan apa yang mereka capai selama itu bisa lebih baik dari orang lain.
Dilansir laman The Sun, para peneliti mengumpulkan jawaban dari lima ratusan responden terhadap ratusan skenario dilema di media sosial yang bisa memicu kerja sama ataupun konflik dengan orang lain.
Para peneliti itu membuat sebuah program komputer yang dapat mengklasifikasikan orang menurut perilakunya.
Program tersebut menemukan bahwa dua puluh persen responden masuk ke dalam kategori optimis.
Kelompok ini percaya bahwa dia dan rekannya bisa mengambil pilihan bijak bagi mereka berdua.
Sementara dua p[uluh persen lainnya masuk ke dalam kategori pesimis, mereka akan mencari pilihan bagi diri mereka sendiri untuk meminimalisasi konflik.
Kelompok lain, sebanyak 20 persen masuk ke dalam kategori penuh kepercayaan. Mereka didefinisikan sebagai kolaborator sejati yang tidak memedulikan apakah mereka kalah atau menang.
Sedangkan sepuluh persen terakhir tidak bisa memilih dan dimasukkan ke dalam tipe perilaku dominan tertentu.
“Temuan ini berlawanan dengan teori yang mengatakan kalau manusia bertindak secara rasional,” kata Profesor Yamir Moreno dari University of Zaragoza di Spanyol.
Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan industri mesin dan membuat “robot yang lebih humanis”.