Dua pengusaha raksasa media Indonesia, Chairul Tanjung dengan bendera CT Corp dan Hary Tanoesoedibjo lewat grup MNC, terlibat perebutan mendapatkan hak penawaran untuk membeli PT Visi Media Asia Tbk yang memiliki TV One, antv dan portal berita Viva.
Chairul Tanjung melalui induk perusahaannya CT Corp, sebulan yang lalu, telah mengajukan penawaran sebesar 1,7 miliar US dollar dalam bentuk pembayaran tunai. Hingga pekan lalu, belum ada jawaban dari PT Visi Media Asia Tbk, yang saham terbesarnya dimiliki keluarga Bakrie, tentang penawaran itu. Chairul Tanjung mendesak pihak keluarga Bakrie sebagai pemilik 51 persen saham Viva untuk memberi jawaban.
CT Corp, sebelum penawaran TV One, antv dan portal berita Viva.co.id, telah memiliki dua stasion televisi, Trans TV dan Tran7 serta portal berita terbesar di Indonesia “detik.com.” Bila CT Corp bisa menguasai Viva maka Chairul Tanjung akan menguasai empat stasion televisi dan dua portal berita.
Dengan penguasaan media ini, empat stasion televisi dan dua portal berita, maka CT Corp akan menggenggan 40 persen limpahan iklan elektronik yang nilainya mencapai hampir 2 miliar US dollar.
Sementara itu, Grup MNC, Senin kemarin masih tetap berminat untuk mendapatkan jaringan televisi milik keluarga Bakrie itu. Menurut pihak MNC sampai saat ini, belum ada satu pun pihak yang berhasil mencapai kesepakatan dengan keluarga Bakrie untuk membeli PT Visi Media Asia Tbk.
Chief Executive Officer MNC Group Hary Tanoesoedibjo mengaku belum memutuskan rencana akuisisi saham Viva tersebut. Namun, Hary masih menunggu itikad baik dari keluarga Bakrie bila ingin menjual saham yang menaungi TV One, antv dan Vivanews.com tersebut.
“Soal akuisisi belum (deal), semua orang sudah tahu bahwa akuisisi ini sudah diomongkan ke berbagai pihak, tapi sampai sekarang belum ada satu pihak pun yang berhasil transaksi dengan Viva,” kata Hary.
Hary mengatakan bahwa keluarga Bakrie memang pernah menawarkan saham Viva ke semua pihak, baik ke MNC, CT Corp milik Chairul Tanjung atau PT Elang Media Teknologi Tbk (EMTK) yang menaungi SCTV dan Indosiar. Namun hingga saat ini, transaksi tersebut belum tercapai kesepakatan.
Harry pun enggan menjelaskan sikap perseroan lebih lanjut terkait saham VIVA tersebut. Sampai saat ini, pihaknya akan fokus mengelola bisnis media yang ada dalam naungan MNC Group.
Seperti diberitakan, hubungan bisnis Grup MNC dan Grup Bakrie belakangan ini memang cukup intensif. Di akhir tahun lalu, Hary Tanoe sepakat mengakuisisi bisnis jalan tol yang dikelola PT Bakrieland Development Tbk. Ini adalah emiten anak usaha Grup Bakrie. Yang pasti, sinyal Grup MNC mengincar bisnis media datang dari salah satu sayap bisnisnya, yakni PT Global Mediacom Tbk. Perusahaan ini telah menyiapkan dana Rp 4 triliun hingga Rp 5 triliun.
Keluarga Bakrie beberapa waktu lalu mengungkapkan soal rencana pembelian PT Visi Media Asia Tbk oleh pengusaha Chairul Tanjung dan investor yang berminat membeli saham perusahaan media itu.
Komisaris Utama PT Viva Anindya Bakrie mengatakan pihaknya tidak membantah namun juga tidak membenarkan soal minat Chairul Tanjung membeli saham Viva. “Namanya perusahaan terbuka, setiap hari memang selalu ada jual beli. Bahkan ketertarikan itu datang dari banyak pihak dan mekanisme seperti itu tidak salah. Tapi saya senang kok Viva banyak yang peminat,,” kata Anindya.
Anindya, ketika itu, enggan menjelaskan siapa investor yang berminat membeli saham Viva. Bahkan saat ditanyakan soal ketertarikan Chairul Tanjung, Anindya hanya melempar senyum khasnya sambil terus berlalu.
Seperti diberitakan, Chairul Tanjung akhirnya buka suara terkait pembelian PT Visi Media Asia Tbk. Orang terkaya kelima di Indonesia ini mengaku, ingin membeli saham pengendali Viva seorang diri secara tunai. “Kami salah satu penawar utama. Kami mengajukan proposal untuk membeli semuanya, saku saya masih dalam,” ucap pria berusia 51 tahun itu..
“Hanya kami yang bisa membayar tunai 100 persen, tapi masih belum ada kesepakatan,” tambah Bos CT Corp ini.
Chairul mengatakan, CT Corp akan mencari pinjaman baru untuk membeli tunai saham perusahaan media milik keluarga Bakrie itu. Namun, ia menolak menyebutkan berapa nilai yang akan dipinjamnya. Keluarga Bakrie memasang valuasi viva 1,2 miliar dollar AS- 2 miliar dollar AS. Menurut Reuter nilai penjualan Viva sekarang berkisar 1,8 miliar dollar AS. Padahal, kapitalisasi pasar Viva hingga pekan ini hanya sekitar 800 juta dollar AS.
Bila rencana akuisisi tersebut mulus, maka CT Corps bakal mengontrol 4 stasiun televisi, sehingga menguasai lebih dari 40 persen belanja iklan media televisi yang nilainya mencapai 1,7 miliar dollar AS pada tahun 2011. Saat ini CT Corp menguasai Trans TV dan Trans 7.