Harga emas global dan lokal hari ini, Rabu, 21 Juni, kembali mengalami keterpurukan dan turun ke level terendah dalam satu bulan terakhir.
Pada perdagangan di Mercantil Comex Exchange, Selasa waktu New York, emas ambruk lagi setelah penguatan dolar AS
Selain itu pernyataan salah satu pejabat Bank Sentral AS atau the Federal Reserve juga menjadi jatuhnya harga emas.
Seperti ditulis kantor berita “reuter” hari ini, harga emas di pasar spot turun jelang penutupan setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendah US$ 1.241 per ounce yang merupakan posisi terlemah sejak satu bulan terakhir.
Sedangkan harga emas berjangka juga turun.
Gubernur the Fed New York William Dudley mengatakan pada Senin kemarin bahwa tekanan di pasar tenaga kerja justru akan membantu menaikkan angka inflasi.
Pernyataan tersebut mengkonfirmasi bahwa meskipun terdapat pelemahan data ekonomi tetapi the Fed tetap dalam rencana menaikkan suku bunga.
Setelah Dodley mengeluarkan pernyataan tersebut, nilai tukar dolar AS langsung menguat.
Keperkasaan dolar AS semakin besar setelah Gubernur the Fed Boston Eric Rosengren menyatakan bahwa era suku bunga rendah saat ini justru memiliki risiko.
Tak hanya di AS, tekanan terhadap harga emas juga datang dari Eropa usai Gubernur Bank Sentral Inggris Mark Carney menyatakan belum akan menaikkan suku bunga acuannya, mengingat meningkatnya tekanan pada perekonomian Inggris dalam proses perpisahan dengan Uni Eropa.
“Harga emas kemungkinan besar sulit untuk naik kembali sampai dengan akhir tahun nanti. Terutama jika Bank Sentral Eropa mulai menahan langkah pembelian obligasi,” jelas analis Natixis Bernard Dahdah.
Harga emas dalam jangka pendek diprediksi masih akan terbebani langkah pengetatan kebijakan moneter Federal Reserve yang membebani pasar.
Pada penutupan perdagangan pekan kemarin, harga emas mengalami volatile dengan harga mendekati level terendah dalam tiga pekan.
Meskipun harga emas masih melemah namun masih ada beberapa optimisme di pasar karena keraguan jika Bank Sentral AS bisa secara agresif menaikkan suku bunga seiring kondisi ekonomi AS yang mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan.
Pada hari yang sama, Federal Reserve menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dan hal mengejutkan pasar, laporan ekonomi yang menunjukkan data penjualan dan inflasi yang mengecewakan.
Penjualan ritel telah mengecewakan ekspektasi pasar selama empat bulan berturut-turut, sementara indeks harga konsumen inti turun ke level terendah dua tahun.
“Karena data terakhir, ada beberapa keraguan di pasar untuk percaya pandangan Federal Reserve,” kata Ole Hansen, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank.
Menurut Hansen, pasar emas berada dalam mode wait and see karena kekhawatiran resesi belum akan benar-benar hilang.
Hansen mengatakan meski ada risiko harga akan turun, ia tetap optimis terhadap harga emas bisa bertahan di atas US$ 1.190 per ounce.
Ronald-Peter Stoeferle, Fund Manager Incrementum AG juga sepakat bahwa risiko resesi tumbuh, dengan mengacu pada perataan akhir kurva imbal hasil pendek seperti spread antara imbal hasil sepuluh tahun. Penyebarannya berada pada level terendah sejak Agustus 2016.
“Untuk saat ini, pasar akan percaya pandangan Fed dan emas akan menderita. Namun emas akan mengambil momentum ketika pasar menyadari kekhawatiran resesi tidak akan pergi,” dia menuturkan.
Sementara itu harga emas PT Aneka Tambang Tbk atau Antam juga turun Rp 4.000 ke level Rp 585 ribu per gram
Di hari sebelumnya, harga emas Antam berada di level Rp 589 ribu per gram.
Sementara harga buyback emas Antam stabil di posisi Rp 534 ribu per gram. Itu berarti, jika Anda menjual emas yang Anda miliki, maka Antam akan membayar Rp 534 ribu per gram.
Harga ini merupakan harga patokan di butik emas Logam Mulia Antam Pulogadung, Jakarta. Sedangkan harga di butik emas logam mulia lainnya bisa berbeda.
Pembayaran buyback dengan volume di atas satu kilogram akan dilakukan maksimal dua hari setelah transaksi dengan mengacu pada harga di hari transaksi.
Antam menjual emas dengan ukuran satu gram hingga 500 gram.