Pakar umur panjang di Jepang menganjurkan setiap orang untuk mundur, atau pensiu kala usianya memasuki enam puluh lima tahun.
Lantas kenapa harus di usia enam puluh lima tahun?
Jawabannya, seperti dikatakan Dr.Shigeaki Hinohara, yang kini berusia seratus lima tahun, dan peletak dasar kedokteran di Jepang, agar bisa memulai hidup sehat.
Hinohara dalam sebuah wawancara dengan Japan Times, meningkatnya usia harapan hidup penduduk membuat masa pensiun para pekerja seharusnya juga perlu penyesuaian.
Menurut pakar panjang umur dari Jepang itu, usia ideal seseorang untuk pensiun seharusnya enam puluh lima tahun.
Hinohara adalah dokter dan kepala emeritus di St.Luke’s International University. Ia adalah salah satu tokoh yang membantu Jepang menjadi negara acuan dalam hal jumlah penduduk yang panjang umur.
Dalam sebuah wawancara ia mengatakan bahwa usia pensiun karyawan di Jepangenam puluh lima tahun, ditetapkan ketika usia harapan hidup rata-rata penduduknya enam puluh delapan tahun.
Kini, orang hidup lebih lama lagi. Usia harapan hidup penduduk Jepang di dua tahun lalu mencapai delapan puluh empat tahun.
Menurut Hinohara, seharusnya usia pensiun juga lebih panjang lagi.
Hinohara adalah orang yang melakukan apa yang ia sampaikan.
Beberapa bulan sebelum kematiannya pada 18 Juli lalu di Tokyo, The New York Times melaporkan Hinohara tetap bekerja seperti biasa.
Ia masih merawat pasien, membuat perjanjian penulisan buku untuk 5 tahun lagi, dan bekerja sampai delapan belas jam sehari.
“Ia percaya bahwa hidup adalah tentang kontribusi, sehingga ia selalu punya dorongan untuk membantu orang lain.”
“ Ia bangun pagi dan melakukan banyak hal untuk orang lain. Ia selalu punya tujuan harian, hari esok, dan target lima tahun lagi,’ kata Kawaguchi, salah satu muridnya.
Selain hidup aktif dan terus bekerja, Hinohara juga memiliki beberapa tips untuk hidup sehat dan panjang umur, antara lain makan dengan sehat, tidur cukup, dan selalu bergembira.
Menurut dia, jika kita ingin panjang umur sebaiknya jangan sampai kegemukan.
“Untuk sarapan, saya minum kopi, minum susu, dan jus jeruk yang dicampur satu sendok minyak zaitun. Makan siang saya susu dan beberapa kue. Makan malam berisi sayuran, sedikit nasi dan ikan, serta dua kali seminggu makan seratus gram daging tanpa lemak,” katanya.
Hinohara juga menyarankan agar kita aktif secara fisik, misalnya memilih naik tangga dan membawa belanjaan sendiri.
Jepang memang sebuah negara dengan penduduk Jepang juga terkenal berumur panjang.
Selama lebih dari lima puluh tahun, pemerintah Jepang bahkan selalu mengapresiasi warganya yang dapat mencapai usia seratus tahun dengan sertifikat dan hadiah.
Disamping sebagai ukuran tingginya kesejahteraan sosial di Jepang, penghargaan tersebut juga seakan-akan berlaku sebagai insentif supaya warga Jepang terus menjaga kesehatan dan meningkatkan mutu hidupnya.
Berbeda dengan realitas kebanyakan negara lain yang angka harapan hidup warganya terus menurun di tengah makin banyaknya wabah penyakit dan permasalahan urban, jumlah warga Jepang yang semakin sehat dan panjang umur tiap tahunnya justru melonjak tajam.
Makanya kali ini Hipwee bakal mengulas rahasia di balik kesuksesan pemerintah dan warga Jepang menjaga standar dan kualitas hidup yang sangat tinggi.
Salah karakter orang Jepang yang tersohor adalah ketepatan waktu. Jam ngaret adalah jam yang sama sekali gak punya tempat di Jepang.
Kalau kereta telat semenit aja, pihak pengelola wajib buat pengumuman permintaan maaf resmi yang dikumandangkan di seantero stasiun.
Semakin resmi urusan terkait, semakin ngeri konsekuensinya kalau kamu telat.
Penghargaan terhadap waktu itu tidak hanya terbatas dalam artian jam meeting atau jadwal kereta, tapi juga bagaimana mereka ingin mendedikasikan hidupnya terhadap suatu komitmen.
Karena sangat menghargai waktu, mereka tidak suka jadi kutu loncat dalam hal pekerjaan.
Mereka justru lebih menyukai konsep jadi pekerjaan seumur hidup, dalam artian hanya mendedikasikan hidupnya untuk satu pekerjaan dan menjadi ahli terbaik.
Mereka yang tahu benar apa yang ingin dilakukan dengan waktu yang dimiliki akan mendapat kepuasan yang jauh lebih besar dari pencapaian-pencapaian mereka, dibanding mereka yang bersikap acuh.
Maka dari itu lansia-lansia di Jepang tampaknya jarang terlihat linglung karena mereka memiliki fokus yang jelas akan segalan pencapaian dalam hidupnya.