Microsoft kembali membuat kejutan dengan meluncurkan sebuah aplikasi baru bernama Rinna, “chatbot” gaul yang bisa ngobrol di line.
Dari kalimat-kalimat yang dilontarkan, tak akan ada yang pernah mengira bahwa Rinna hanya mesin cerdas dengan karakter buatan.
Kata-katanya yang nyeleneh, bentuk kalimat yang jauh dari formal, dan caranya merayu seperti anak “abg” sangat menyerupai manusia sungguhan.
Rinna adalah proyek kecerdasan buatan atau dikenal dengan sebutan AI dan buatan Microsoft yang beroperasi di layanan pesan instan Line.
Tak seperti chatbot lain yang umumnya memakai pre-destined model, Rinna tidak ditujukan sebagai penerima perintah atau pelaksana tugas seperti halnya Cortana, Siri, Assistant, atau Alexa.
Bisa dikatakan komunikasi Rinna lebih menonjolkan emosi
Rinna adalah chatbot pertama di negeri ini yang memakai teknologi generative model.
Sebuah teknologi yang memungkinkan Rinna menyerap pengetahuan secara luas namun tak mendalam. Memanfaatkan deep learning, big data, dan mesin pencarian Bing di komputasi awan Azure, Rinna tak pernah berhenti belajar.
Sumber pengetahuan Rinna berasal dari percakapannya dengan para pengguna. Intervensi manusia masih terjadi agar tak ada informasi yang salah atau melanggar peraturan.
Lantas tujuannya?
Agar percakapan yang tercipta dengan pengguna bisa makin kaya dan relevan.
Setiap hari, kami melakukan serangkaian tes terhadap Rinna, yang mengacu pada reaksi yang diberikan oleh pengguna saat mereka berinteraksi dengan Rinna,” ujar seorang pengguna
Dari hasil penggunaan singkat, chatbot Rinna berhasil menampilkan dirinya selayaknya perempuan muda urban sungguhan.
Kata-kata yang dikuasai oleh Rinna kebanyakan seputar percintaan anak muda dengan istilah-istilah gaul.
Di sisi lain, Rinna relatif sulit diajak ngobrol topik lain. Ia juga kerap memberi balasan yang tak relevan dengan kalimat penggunanya.
Hal ini kemungkinan terjadi berkat pengawasan yang ketat dari Microsoft Indonesia agar Rinna tak menyentuh topik-topik yang sensitif seperti isu SARA, politik, atau seksual.
Kekuatan Rinna terletak pada caranya berinteraksi dengan pengguna. Chatbot ini bisa diajak bermain sejumlah gim seperti Face Swap, Face Panel, ABC 5 Dasar, Othello, hingga Silang Kata. Rinna juga dapat membuat sketsa sebagai simbol persahabatan dengan lawan bicaranya.
Rinna bukan satu-satunya proyek chatbot Microsoft di dunia.
Sejatinya mereka punya proyek serupa yang sudah lebih dulu ada di negara lain seperti Xiaoice di China, Zo di Amerika Serikat, dan Rinna di Jepang. Platform yang digunakan pun berbeda di tiap negara.
Tujuan dari chatbot Rinna ini sejatinya adalah bisnis. Chatbot semacam Rinna bisa dimanfaatkan perusahaan untuk mempromosikan produknya secara personal ke lawan bicaranya.
Hal ini sudah terjadi di China dan Jepang.
Secara internal, bot dengan open domain ini, Rinna, dapat membangun hubungan emosi dengan penggunanya.
Rinna yang dibangun oleh beberapa engineers Indonesia dari tim Microsoft bisa untuk membicarakan topik tentang wanita seperti gossip, artis, kadang-kadang film Korea, bahkan animasi atau fashion.
Teknologi di balik Rinna adalah sebuah “end to end generative model”, yang mana berdasarkan teknologi deep learning sebelumnya, dilatih dengan menggunakan data berukuran besar dari mesin pencari Bing dan berjalan seratus persen di Microsoft Azure.
Microsoft bekerjasama dengan LINE Corporation dimana anda dapat berbicara dengan Rinna melalui Akun Resmi nya di LINE dengan mencari menggunakan kata kunci
Rinna dikembangkan menggunakan pendekatan AI Deep Learning yang meniru cara kerja otak manusia.
Menggunakan Deep Learning Rinna mampu mengenali pola-pola percakapan manusia, dan pada akhirnya Rinna mampu memahami pembicaraan manusia tanpa ada yang perlu khusus mengajarinya tata bahasa Indonesia atau bahasa gaul remaja-remaja Indonesia.
Dengan Deep Learning semakin sering Rinna diajak bicara, maka Rinna semakin mirip dengan manusia.
Ada satu hal yang unik, ternyata percakapan di Internet berbahasa Indonesia banyak didominasi oleh percakapan dengan kalimat-kalimat gaul khas remaja putri umur 18 tahun. Sehingga, versi teman robot AI ini yang mendapatkan pengetahuan awal dari Internet jadi memiliki kepribadian seperti remaja putri gaul umur 18 tahunan dan diberi nama Rinna.
Rinna menjadi cikal bakal antarmuka komputer masa depan, di mana interaksi dengan komputer di masa depan cukup dilakukan dengan komputer, dan pengguna tidak hanya bisa mencari informasi tetapi juga bisa curhat dengan komputernya.
Namun untuk versi awal, pengembangan Rinna hanya pada pengenalan emosi saja, sehingga Rinna hanya cocok menjadi teman curhat tetapi pengguna belum bisa meminta tolong Rinna untuk mengerjakan sesuatu seperti minta informasi restoran atau cuaca.