Kejutan media paling “dahsyat” terjadi hari ini, Selasa, 19 September, dengan adanya iklan tentang penjualan majalah musik paling terkenal di dunia Rolling Stone
Majalah musik ikonik berusia lima p[uluh tahun itu, menurut beritanya, akan dijual di tengah prospek yang semakin tidak menentu.
Menurut pendirinya, Jann Wenner masa depan semakin tidak menentu bagi penerbitan majalah.
“Ada satu tingkat ambisi yang tidak dapat kita capai sendiri. Jadi kami bersikap proaktif dan ingin lebih terdepan,” katanya kepada New York Times,.
Sebagai salah satu majalah paling berpengaruh yang mencakup musik rock, Rolling Stone merupakan rumah bagi penulis eksperimental seperti jurnalis gonzo Hunter S. Thompson.
Namun, reputasi majalah dan keuangannya rusak parah ketika mereka mempublikasikan kisah tentang dugaan pemerkosaan di University of Virginia pada tiga tahun lalu.
Rolling Stone tidak melakukan prosedur jurnalistik dasar untuk memverifikasi fakta.
Jann Wenner, yang menjadi kekuatan kunci di belakang Rock and Roll Hall of Fame, mengatakan dia berharap bisa mempertahankan peran editorial di Rolling Stone namun keputusan itu akan tergantung pada pemilik baru, demikian menurut siaran kantor berita AFP.
Majalah Rolling Stone dijual, setelah penerbit mengumumkan bahwa pihaknya mencari pembeli saham yang mampu mengontrol publikasi musik ‘tua’ ini.
Didirikan pada lima puluh tahun lalu Rolling Stone selama ini dikenal sebagai media yang meliput soal musik dan budaya konter-pop, juga politik dan jurnalisme gaya gonzo.
Para penulisnya termasuk Lester Bangs, Tom Wolfe dan Hunter S Thompson.
Melansir NME, sejak saat itu, pendiri Jan Wenner—yang memulai Rolling Stone dengan kritik musik Ralph Gleason—telah mengontrol majalahnya melalui perusahaannya sendiri, Wenner Media.
Meski demikian, Wenner Media kini telah mengeksplorasi opsi strategis dalam sebuah upaya untuk mencari pilihan terbaik agar merk dagangnya bisa tumbuh di masa depan.
“Saya cinta pekerjaan saya, saya menikmatinya. Saya telah menikmatinya sejak lama,” ujar Wenner.
Pria yang kini berusia gaek itu berpandangan, pergerakan bisnisnya merupakan sebuah hal cerdas yang dilakukan.
“Kami telah membuat keputusan luar biasa dengan mengubah Rolling Stone menjadi sebuah perusahaan multi-platform, dan kami bersemangat untuk mencari rumah terbaik untuk membangunnya di atas fondasi kami yang kuat,” katanya.
Kepada New York Times, Gus Wenner menuturkan bahwa ada sebuah level ambisi yang tidak bisa dicapainya sendirian.
“Karenanya kami proaktif dan ingin melangkah maju. Penerbitan merupakan sebuah industri yang benar-benar berbeda dari sebelumnya. Tren ini pergi ke suatu tujuan, dan kami sangat sadar akan hal itu,” katanya.
Masih belum diketahui apakah perusahaan ini telah berbincang dengan para pembeli potensial. Sebuah perusahaan asal Singapura, BandLab Technologies telah memiliki 49 persen saham di Rolling Stone yang dibeli mereka tahun lalu.
Wenner Media baru-baru ini menjual publikasi mereka yang lain, seperti Us Weekly dan Men’s Journal kepada American Media.