Inggris menutup eksistensinya di di kualifikasi Piala Dunia 2018 sebagai tim yang tidak pernah terkalahkan sekaligus muncul sebagai sebagai favorit juara di Rusia tahun depan.
Kemenangan satu gol atas Lithuania membuat ‘Three Lions’ mencatat rekor delapan kali menang dan dua kali seri dari sepuluh laga yang mereka jalani di babak kualifikasi.
Hasil itu membuat mereka tak tergoyahkan di puncak klasemen.
Gol tunggal Inggris di laga ini bermula pada menit kedua puluh enam saat Dele Alli dilanggar oleh Ovidijus Verbickas di kotak terlarang.
Harry Kane pun maju mengambil tendangan penalti tersebut.
Meski tendangan Kane ke arah kanan berhasil dibaca oleh kiper Lithuania, Ernestas Setkus, namun laju bola yang kencang dan arahnya yang ke pojok gawang membuat bola sukses masuk ke dalam gawang.
Tambahan tiga angka membuat Inggris jadi pemuncak klasemen grup F
Sementara itu Harry Kane tak menyanggah bahwa masih perlu ada perbaikan-perbaikan, oleh karena itu Inggris tak boleh terbuai dengan kelolosan ini.
Dia turut mengonfirmasi bahwa lapangan sintetis membuat laga menjadi lebih berat.
“Itu bukan performa yang fantastis, itu performa yang solid. Mereka tak benar-benar menciptakan banyak peluang bersih,” ujar Kane kepada ITV.
“Ini adalah kemenangan untuk menuntaskan grup, sejauh ini sudah menjadi sebuah kampanye bagus untuk kami dan sekarang kami harus beranjak.”
“Permukaan lapangannya memang sulit, tapi kami harus lebih baik lagi,” imbuhnya dikutip ESPN.
Meski berhasil memenangi seluruh pertandingan, anak asuh Gareth Southgate masih menunjukkan beberapa celah.
Jika tidak segera diatasi bukan tidak mungkin timnas Inggris hanya menjadi tim penggembira
Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan. Jika melihat rekam jejak, Inggris langsung tersingkir pada fase grup Piala Dunia di Brasil.
Ketika itu, Wayne Rooney dan kawan-kawan hanya mengemas satu poin.
Ada beberapa poin yang perlu dicermati setelah The Three Lions, seperti dilansir Mirror
The Three Lions dinilai lamban dalam hal mengembangkan taktik, umpan dan bertahan.
Semua aspek tersebut membuktikan Inggris bermain seperti tim medioker.
Bahkan, timnas Inggris kerap tidak mendapat dukungan penuh dari para suporter meski bermain di Wembley.
Timnas Inggris terlihat sangat kehilangan sosok Dele Alli sebagai gelandang serang.
Raheem Sterling yang diharapkan dapat menggantikan peran Ali ternyata gagal memberikan umpan matang kepada ujung tombak, Harry Kane.
Dele Alli tidak dapat memperkuat Inggris karena tengah menjalani hukuman akibat mengacungkan jari tengah ketika menghadapi Slovakia pada laga lanjutan Grup F kualifikasi Piala Duniadi Stadion Wembley.
Setelah memastikan satu tempat di Rusia, Gareth Southgate masih memiliki waktu sekitar tujuh bulan untuk menentukan kiper utama Inggris.
Selama ini, Joe Hart dipilih menjadi penjaga gawang utama The Three Lions. Akan tetapi, Joe Hart gagal menunjukkan performa gemilang pada pertandingan melawan Slovenia.
Kiper West Ham tersebut beruntung karena Slovenia tidak mendapat tendangan penalti pada babak pertama.
Kejadian ini memunculkan banyak pertanyaan mengenai konsentrasi sang kiper selama pertandingan.
Selain Joe Hart, Inggris masih memiliki beberapa pilihan lain, tiga di antaranya Jack Butland, Jordan Pickford dan Fraser Forster.
Oxlade-Chamberlain menjadi nama yang diperbincangkan banyak pihak sebelum pertandingan. Gelandang Liverpool tersebut dinilai belum pantas masuk ke starting Lineup.
Alex Oxlade-Chamberlain menunjukkan performa menjanjikan selama awal pertandingan.
Saat ini, Alex Oxlade-Chamberlain perlu membuktikan diri bersama Liverpool jika tidak ingin dicoret dari skuat timnas Inggris pada Piala Dunia