Pria yang menyukai wanita lain selain pasangannya tidak dianggap selingkuh?
Ya, kebanyakan pria memang beranggapan bahwa menyukai wanita lain sebatas perasaan tanpa berhubungan seks, bukanlah tindakan selingkuh.
Hal itu ditemukan dalam sebuah studi baru dari Norwegian University of Science and Technology yang mensurvei beberapa pasangan.
Para peneliti menemukan bahwa pria yang memiliki perasaan khusus terhadap wanita selain pasangannya, tidak berpikir telah melakukan kesalahan.
“Banyak pria tidak melihat ketertarikan emosi sebagai ketidaksetiaan, selama mereka tidak berhubungan seks dengan perempuan lain,” tulis Leif Edward Ottesen Kennair, profesor di Norwegian University dan salah satu peneliti.
Parahnya, para pria yang ketahuan berselingkuh secara emosi itu merasa tidak perlu meminta maaf pada pasanganya.
Mereka juga tidak sadar bahwa perbuatannya menyakitkan bagi pasangannya.
“Para pria sering kali tidak mengerti betapa sakitnya ketidaksetiaan bagi perempuan,” tulis Kennair.
Alasan pria tidak memahami sakitnya sebuah perselingkuhan emosi itu mungkin karena mereka sendiri cenderung memaafkan pasangan yang mengagumi pria lain.
Pasalnya kebanyakan pria menganggap yang dimaksud perselingkuhan adalah hubungan fisik, bukan perasaan.
Atas dasar itu pula banyak pris yang pernah selingkuh pasti mengulanginya lagi.
Anda mungkin pernah mendengar nasihat seperti itu, namun benarkah faktanya demikian?
Menurut sebuah penelitian dari Universitas Denver, Amerika, orang yang pernah selingkuh pada hubungan pertamanya ternyata tiga kali lebih mungkin untuk mengulanginya lagi pada hubungan selanjutnya.
Sementara itu, pada orang yang pernah diselingkuhi pasangannya pada hubungan pertamanya ternyata saat menjalin hubungan selanjutnya ia juga cenderung akan berselingkuh.
Dalam penelitian tersebut, peneliti meminta untuk menjawab pertanyaan tentang dua jenis hubungan romantis.
Dari seluruh partisipan studi, empat puluh empat persen mengaku pernah berhubungan seks dengan orang yang bukan pasangannya saat ini. Selain itu, 30 persen responden mengatakan pernah diselingkuhi pasangannya.
Hasil penelitian serupa juga pernah disimpulkan dari penelitian tahun lalu.
Disebutkan bahwa orang yang pernah selingkuh, sebelumnya juga pernah melakukannya.
Lantas, apakah itu berarti orang yang tidak setia tak bisa berubah?
Tidak selalu.
Walau penelitian itu menyebutkan orang yang selingkuh bisa mengulanginya lagi, tetapi tidak selalu.
Menurut psikolog Frank Dattilio, kita tetap bisa percaya pada pasangan yang sudah pernah berselingkuh sebelumnya. Namun, diskusikan dengan pasangan tentang kesetiaan.
“Jika dia mengabaikan atau tidak serius, itu adalah tanda pasangan Anda tidak layak mendapat kepercayaan dan komitmen Anda. Tetapi jika ia serius ingin mengubah sikapnya, ia layak mendapat kesempatan baru,” katanya
Menurut studi terbaru lainnya dorongan untuk mulai selingkuh sudah muncul sebelum pernikahan ketujuh tahun.
Dalam hubungan pernikahan dikenal dengan “seven year itch”, yakni istilah psikologi yang menggambarkan bahwa kebahagiaan pernikahan akan berkurang setelah tahun ke-7.
Menurut situs khusus hubungan gelap, Illicit Encounter, “seven year itch” mungkin harus diubah menjadi “three year itch” karena saat ini dorongan untuk mulai mengingkari janji pernikahan sudah muncul di tahun ketiga.
Situs tersebut menyurvei orang yang berselingkuh untuk mengetahui berapa lama mereka bertahan pada suami atau istrinya.
Hasilnya menunjukkan bahwa orang-orang tersebut hampir tidak bisa menahan perasaan untuk selingkuh dalam beberapa tahun.
Rata-rata pria yang menggunakan situs kencan untuk menemukan wanita lain adalah setelah tiga hingga lima tahun setengah
Durasinya bahkan lebih rendah lagi di kalangan wanita, yakni hanya tiga tahun satu bulan.
Yang menarik, ternyata wanita lebih awal menyadari bahwa ada yang tidak beres dalam pernikahan mereka. Dibutuhkan sekitar lima belas bulan bagi wanita untuk mengetahui adanya potensi keretakan dalam hubungannya.
Pada pria, masa selama bulan madu terasa bahagia, namun akan benar-benar berakhir pada bulan kedelapan belas.
Juru bicara Illicit Encounters, Christian Grant, mengatakan saat ini banyak orang yang kurang berpikir matang sebelum memutuskan menikah.
“Bagi sebagian orang, pernikahan menjadi perlombaan, simbol status sosial, cara untuk menunjukkan kepada orang lain bahwa kehidupan mereka berada dalam keadaan yang lebih baik daripada keadaan mereka. Khawatir ditinggalkan, Anda panik, terburu-buru, dan menikah karena alasan yang salah, tanpa memikirkannya dengan benar,” kata dia.