Laporan Reuters akhir Maret lalu sangat mengejutkan.
Penyebabnya adalah hakim pengadilan tinggi Los Angeles, California memutuskan sembilan puluh perusahaan kopi setempat untuk mencantumkan label peringatan kanker pada kemasan produk.
Sayangnya, penggugat tak mampu memaparkan bukti terkait dampak negatif yang signifikan dari akrilamida dalam kopi, yang diklaim bersifat karsinogenik atau memicu kanker.
Akrilamida adalah karsinogen atau pemicu kanker, yang diproduksi secara alami dalam pembuatan makanan tertentu.
Derajat ketinggian suhu dan lamanya waktu pemanasan menentukan besarnya kadar akrilamida yang dihasilkan.
Di dalam proses pembuatan kopi, akrilamida diproduksi saat biji kopi dipanggang untuk menghasilkan aroma kopi yang khas.
Selain melalui proses pemanggangan, akrilamida juga dapat dihasilkan melalui makanan yang disangrai, dipanggang, dibakar, atau digoreng.
Contohnya ialah roti bakar, kentang goreng, keripik kentang, serealia dan biskuit.
Bahkan, sebagian produk biskuit bayi dan camilan organik pun mengandung akrilamida.
Di dalam tubuh, akrilamida diubah menjadi senyawa glycidamide yang berpotensi merusak DNA.
Namun, seberapa besar paparan akrilamida yang dianggap aman atau berisiko bagi manusia belum jelas diketahui.
Hingga kini, belum ada bukti ilmiah sahih yang mampu menghubungkan akrilamida dengan timbulnya kanker pada manusia.
Seorang staf Perhimpunan Kanker Amerika, J. Leonard Lichtenfeld, menyatakan bahwa masalah pencantuman label peringatan kanker pada produk kopi didasarkan pada penelitian-penelitian terhadap tikus yang diberi air minum dengan kadar akrilamida yang tinggi.
Tikus-tikus percobaan itu diberikan dosis akrilamida seribu hingga sepuluh ribu kali lebih tinggi dari jumlah yang dikonsumsi manusia.
Menurutnya, hasil penelitian ini tidak relevan bila diaplikasikan ke manusia. Apalagi, terdapat perbedaan pada penyerapan dan metabolisme zat kimia antara manusia dan tikus.
Kenyataannya, dosis dan jumlah akrilamida di dalam kopi sangat sedikit ketimbang yang digunakan dalam percobaan tersebut.
Jumlah ini pun lebih sedikit daripada jumlah akrilamida yang dihasilkan dengan merokok.
Pendapat tersebut diperkuat dengan adanya hasil kajian sistematis tahun 2014, yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara asupan akrilamida dalam makanan dengan kanker pada manusia.
Dan puncaknya di dua tahun lalu Organisasi Kesehatan Dunia telah mencabut kopi dari daftar “kemungkinan penyebab kanker” setelah meninjau lebih dari seribu studi pada manusia dan hewan terkait efek karsinogenik dari konsumsi kopi.
Para pakar berani menyatakan bahwa konsumsi satu hingga dua cangkir kopi sehari tidak akan menyebabkan seseorang terkena kanker.
Justru, banyak studi telah menunjukkan bahwa konsumsi kopi dalam jumlah cukup setiap hari mampu menurunkan risiko terjadinya penyakit kanker.
Di tahun lalu, sebuah studi menemukan bahwa konsumsi satu cangkir kopi sehari berhubungan dengan penurunan risiko kanker hati dan kanker endometrium.
Sementara di tahun ini, ditemukan hubungan antara konsumsi kopi dengan berkurangnya risiko kematian pada pasien-pasien dengan kanker usus besar, serta berkurangnya risiko kanker payudara pada wanita pasca menopause.
Selain bermanfaat mencegah kanker, kopi diketahui dapat membantu mengendalikan kadar gula darah pada penderita diabetes selama tidak ditambahkan pemanis berlebihan ke dalamnya.
Kopi memang belum terbukti dapat memicu terjadinya penyakit kanker. Namun bukan berarti Anda dapat mengonsumsinya secara berlebihan.
Adanya akrilamida di dalam kopi merupakan temuan yang belum tuntas dan final.
Oleh sebab itu, ini bisa menjadi pertimbangan untuk membatasi konsumsi kopi sehari-hari, yakni cukup dua cangkir saja.
Dengan demikian, Anda tetap bisa mendapatkan manfaat positif dari si hitam ini, tanpa khawatir dengan dampak negatifnya.