“Tidak semua rumor penjualan Inter benar. Sembilan puluh persen dari berita tentang akusisi Inter Milan oleh pengusaha Indonesia Erick Thohir adalah rumor.” Itulah pernyataan pertama manajemen Internazionale Milan, lewat situs resmi klubnya, yang membantah tentang telah terjadinya “deal” pengalihan 80 persen saham kepemilikan keluarga Massimo Moratti ke Erick Tohir.
Dalam pernyataan di situs Milan itu, Moratti membantahnya telah terjadi tawaran untuk menjual mayoritas saham klubnya. “Saya pikir terlalu banyak rumor beredar. Saya membaca rumor-rumor itu dan biasanya 90% yang dilaporkan tidak benar,” ujar Moratti.
Dengan nada tanya situs itu menyatakan, “Menjual saham mayoritas klub? Tidak. Kami sedang mendiskusikan sesuatu yang sangat berbeda. Bukan sesuatu yang menentukan. Itu hanya akan terjadi jika Inter diuntungkan. Jika tidak, kami tidak mau.”
Yang ada di pikiran Moratti saat ini adalah mencari investor untuk pembangunan stadion baru, mengingat stadion Giuseppe Meazza yang mereka gunakan saat ini adalah stadion milik pemerintah kota.
Pernyataan Massimo Moratti tentang penjualan delapan puluh persen saham Inter Milan merupakan kejutan baru, setelah hampir semua media Italia memempatkan pemberitaannya sebagai “breaking news” awal pekan lalu.
“Semua berita yang beredar pekan lalu itu adalah rumor. Menurut Presiden Inter itu, 90% rumor yang beredar selama ini tidaklah benar. Tak ada deal baru. Yang ada hanya rencana mencari investor untuk mengeluarkan Inter dari kesulitan keuangan untuk mambangun stadion baru,” bunyi pernyataan terbaru situs Inter.
Sehari sebelum pernyataan situs Inter ini muncul kabar terbaru soal penjualan itu. Pengusaha asal Indonesia, Erick Thohir, siap menggelontorkan 300 juta euro atau atau sekitar Rp 3,8 triliun untuk menguasai mayoritas saham La Beneamata.
Jumlah tersebut belum termasuk suntikan 100 juta euro atau sekitar Rp 1,2 triliun untuk belanja pemain musim panas mendatang.
Dengan dana sedemikian besarnya, Moratti disebut-sebut mulai melunak. Dia disebut mulai berpikir menjual kepemilikannya demi melunasi utang-utang klub. Ia pun diberikan waktu seminggu untuk memikirkan tawaran ini.
Erick Thohir sudah mengajukan tawaran untuk mengakuisisi nyaris seluruh saham Inter Milan. Kini presiden Nerazzurri, Massimo Moratti, harus memberi jawaban dalam waktu sepekan ini.
Sebelumnya diberitakan Erick sudah mengajukan dana sebesar 300 juta euro atau sekitar Rp 3,5 triliun untuk mengambil alih Inter dari Moratti. Ia diklaim juga akan memberikan dana sekitar 100 juta euro untuk belanja pemain di bursa transfer demi memperbaiki prestasi tim musim depan.
Pada awalnya, Moratti bersikeras tak akan menjual klub yang peraih lima gelar pada tahun 2010 ini. Namun, media-media Italia melaporkan Moratti mulai goyah dan mempertimbangkan tawaran menggiurkan ini karena taipan minyak itu butuh banyak dana membayar utang klub.
Hal ini kemudian yang dijadikan “senjata” oleh Erick untuk terus mendesak Moratti dan kabar terbaru menyebut bahwa Erick sudah mengultimatum Moratti agar segera membuat jawaban dalam tujuh hari ke depan.
Selain itu, Football Italia juga memberitakan Erick sudah membentuk tim untuk proses take over tersebut. Walau pun di rebut oleh media Italia akan membeli Inter Milan, Erick Thohir belum memberikan klarifikasi tentang pembelian itu sekaligus darimana diperoleh pendanaan sebesar Rp 5 triliun itu.
Menurut seorang yang sangat dekat dengan Erick, pengusaha yang juga sudah memiliki saham di klub basket NBA Indiana 76er itu, yang juga Ketua Asosiasi Bola Basket Asia Tenggara, rekannya itu sudah memiliki agreement pendanaan itu akuisisi Inter. Ia sudah menjelaskan ke Moratti tentang aliran dana yang akan ia bayarkan kepada Inter.
Walau pun tidak menjelaskan asal dananya, banyak orang menduga Erick akan kebanjiran uang kalau “deal” penjualan Viva Tbk jadi di jual. Erick Thohir merupakan salah seorang pemilik saham Viva bersama keluarga Aburizal Bakrie yang pemegang saham mayoritas.
Viva adalah pemilik TV One. Anteve dan Viva.co.id. Perusahaan ini sudah ditawarkan Bakrie untuk dijual dan penawaran datang dari Charul Tanjung yang bersedia membeli dengan “cash” seharga Rp 18 triliun.