Turki mendukung langkah Mesuth Ozil mengundurkan diri dari tim nasional Jerman karena alasan rasialisme dan tidak adanya penghormatan atas partisipasinya.
Suara dukungan itu dating dari Mehmet Muharrem Kasapoglu
“Kami mendukung sepenuh hati keputusan penuh martabat saudara kami Mesut Ozil,” tulis Kasapoglu di akun twitternya sambil membagikan foto Ozil dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Sementara itu Menteri Kehakiman Turki Abdulhamit Gul menyatakan bahwa keputusan Ozil hengkang dari tim nasional Jerman adalah cara terbaik untuk melawan fasisme.
“Saya mengucapkan selamat kepada Mesut Özil, yang telah melawan fasisme dengan meninggalkan tim nasional sepakbola Jerman,” cuit Gul juga melalui akun Twitter-nya.
Mesut Ozil, dua puluh sembilan tahun, terpaksa meninggalkan tim nasional sepakbola Jerman akibat rasisme dan penghinaan yang dialaminya usai bertemu Presiden Erdogan.
Mesut Özil, bersama dengan rekannya yang berlaga dalam liga Inggris Cenk Tosun dan Ilkay Gundogan, bertemu dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan di London dalam acara malam bantuan dan pendidikan pada Mei lalu.
Dalam pertemuan tersebut, Ozil menghadiahkan seragam timnya dan berfoto bersama Presiden Erdogan.
Akibat foto ini, Ozil dan Gundogan menerima banyak kritik dan ancaman dari publik Jerman.
Federasi Sepakbola Jerman banyak dicela akibat diam dalam isu tersebut.
Ozil merespon tudingan-tudingan penipuan yang diajukan kepada dirinya dengan mengatakan, “Baik sebelum maupun sesudah masa pemilu, apa pun yang terjadi saya tetap akan berfoto dengan Erdogan.”
“Ibu saya selalu mengingatkan saya tentang sejarah dan tradisi keluarga kami. Pertemuan saya dengan Presiden Erdogan tidak ada hubungannya dengan politik maupun pemilu.”
“ Bagi saya berfoto dengan sang Presiden merupakan bentuk penghormatan saya kepada pemimpin tertinggi dari negara keluarga saya,” ungkap Ozil dalam pernyataannya.
“Bagi saya tidak penting dari negara mana seorang presiden itu berasal. Saya selalu menghormati dunia politik. Baik itu adalah Presiden Turki maupun Presiden Jerman, sikap saya akan selalu sama,” tambah Ozil.
Koran Frankfurter Rundschau memberitakan pengunduran diri Ozil dari timnas Jerman dengan judul, ‘Ozil, tidak mau lagi bermain untuk Jerman.”
Media Focus dalam pemberitaannya menyatakan bahwa Ozil sangat sedih, terutama karena dia merasa ditinggalkan oleh DFB atauFederasi Sepakbola Jerman ketika berada dalam kesulitan serta akibat dibatalkannya acara di SMP tempat dia dulu menempuh pendidikan.
Focus dalam argumennya menulis bahwa ketua DFB Grindel harus merespon pernyataan Ozil jika ingin mempertahankan jawabannya.
Frankfurter Allgemeine Zeitung mengatakan bahwa keluarnya Ozil dari timnas Jerman bukan merupakan perkembangan yang baik dan krisis persepakbolaan Jerman akan semakin memburuk akibatnya.
Media Inggris The Guardian mengabarkan hengkangnya Ozil dengan judul berita, ‘Mesut Ozil meninggalkan timnas Jerman akibat rasisme dan penghinaan’.
Dalam beritanya mereka menuliskan kata-kata Ozil, ‘Orang Jerman ketika menang, Orang Turki ketika kalah’.
Daily Mirror memberitakan pengunduran Ozil dengan judul ‘Pernyataan mengejutkan dari bintang timnas Jerman’. Berita tersebut mengatakan Ozil mengkrititk rasisme dan penghinaan yang dialaminya serta membenarkan pengunduran dirinya dari dunia sepakbola internasional.
Sedangkan pers Spanyol terkenal Marca mengabarkan peristiwa tersebut dengan berita berjudul ‘Ozil meninggalkan timnas akibat rasisme’.
Media Spanyol lainnya, AS, menggarisbawahi rasisme yang dialami Ozil. Media tersebut menulis Ozil tidak akan lagi mengenakan jersey timnas Jerman.
Ozil, pemain bintang Jerman, yang memiliki darah Turki itu, telah dikritik oleh politisi dan media Jerman setelah ia bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada bulan Mei, menjelang pemilihan di Turki.
Dalam serangkaian tweetnya pada hari Minggu, Ozil membela pertemuannya dengan Erdogan pada sebuah acara amal di London dan mengatakan fotonya dengan presiden Turki bukan tentang politik atau pemilihan.
“Ini tentang saya menghormati pemerintahan negara keluarga saya,” katanya.
“Apapun hasilnya dalam pemilihan sebelumnya, atau pemilihan sebelum itu, saya tetap akan berfoto,” tambahnya.
Bintang berusia 29 tahun itu mengecam media Jerman yang mempertanyakan kesetiaannya pada Jerman, dan menuduhnya atas kegagalan tim nasional di Piala Dunia di Rusia.
“Saya orang Jerman ketika kami menang, tetapi saya adalah seorang imigran ketika kami kalah,” katanya.
Ozil menyatakan kekecewaannya karena masih menghadapi diskriminasi dan rasisme meskipun dia lahir dan bersekolah di Jerman.
“Teman saya Lukas Podolski dan Miroslav Klose tidak pernah disebut sebagai orang Jerman-Polandia, jadi mengapa saya disebut orang Jerman-Turki? Apakah ini karena Turki? Apakah karena saya seorang Muslim?” tanyanya.
Ozil juga mengecam Presiden Asosiasi Sepakbola Jerman Reinhard Grindel karena mencecarnya dengan agenda politik, segera setelah dia dikritik oleh politisi dan media untuk bertemu dengan presiden Turki Erdogan.
“Saya dulu memakai baju Jerman dengan kebanggaan seperti itu, tapi sekarang saya tidak,” katanya, sambil menambahkan bahwa itu adalah keputusan yang sangat sulit baginya.
“Tapi ketika pejabat DFP yang berpangkat tinggi memperlakukan saya seperti mereka, tidak menghormati akar Turki saya dan secara egois mengubah saya menjadi propaganda politik, maka cukup sudah, cukup!” tegasnya.
“Rasisme seharusnya tidak pernah diterima,” tegasnya.