Kevin Schwantz bicara soal persaingan antara Marc Marquez dan Valentino Rossi.
Mantan pebalap MotoGP tersebut mengatakan rivalitas kedua rider tersebut hal normal, namun ia menilai Marquez terlalu berbahaya di trek.
Schwantz mengatakan Marquez kerap melakukan manuver yang membahayakan tidak hanya terhadap Rossi, tapi juga para pebalap lainnya.
Ia lantas merujuk pada insiden MotoGP Malaysia di Sirkuit Sepang pada tiga tahun lalu. Saat itu Marquez disenggol Rossi sehingga terjatuh.
Schwantz sendiri menilai tindakan yang dilakukan Rossi sebagai reaksi wajar karena ia sengaja dihalang-halangi Marquez.
“Ketika kami menilai tindakan yang tidak pantas dari pebalap lain, kami akan mengusirnya ke luar [trek]. Marc Marquez di [Sirkuit] Sepang memperlambat Rossi, namun memang ia sengaja menghalanginya,” ujar Schwantz kepada Motociclismo dikutip dari Tuttomotori.
“Rivalitas itu merupakan hal biasa dan memang ini adalah balapan, tapi Marc [Marquez] berbahaya.”
Hubungan di antara kedua pebalap itu kembali memanas usai insiden MotoGP Argentina di Sirkuit Termas de Rio Hondo pada 9 Mei.
Kali ini giliran Marquez yang menabrak Rossi hingga pebalap asal Italia itu terjatuh. Marquez membuat Rossi terjatuh saat balapan MotoGP Argentina menyisakan empat lap.
Juara bertahan MotoGP itu melakukan manuver berbahaya di tikungan ketiga belas dengan mengambil bagian dalam. Setelah kedua pebalap bersenggolan, Rossi terpaksa melebar ke sisi kiri.
Pebalap asal Italia itu kemudian terjatuh setelah roda depan sepeda motor M1 yang ditungganginya keluar trek.
“Contohnya di Argentina dengan Aliex Espargaro, tak masuk akal ia melakukan kontak. Ia tidak dibenarkan melakukan manuver seperti itu.”
“Rainey selalu mengatakan ia tak akan memberikan ruang kepada siapapun yang sengaja melakukan balapan berbahaya,” kata Schwantz.
Marquez masih berada di puncak klasemen sementara MotoGP usim ini. Ia berpeluang kembali menjauh dari Andrea Dovizioso dan Rossi yang berada di peringkat kedua dan ketiga jika menang di MotoGP Aragon
Sebelumnya Rossi mulai ogah bicara lagi soal peluang Yamaha berburu gelar juara musim ini jelang MotoGP Aragon, Minggu mendatang.
The Doctor mengatakan perbedaan antara motor miliknya dengan dengan Repsol Honda dan Desmosedici Ducati dalam hal teknis amat jauh.
Rossi pun menilai dua pesaingnya itu yang memiliki kans besar untuk menjadi juara musim ini.
“Tentu saja, kami tak perlu lagi membahas soal kemungkinan untuk menjadi juara musim ini. Namun, kami tetap harus fokus dan memberikan yang terbaik,” terang Rossi dikutip dari Tuttomotoriweb.
Posisi Rossi melorot ke peringkat ketiga klasemen sementara musim ini setelah di MotoGP San Marino hanya mampu finis ketujuh. Ia disalip Andrea Dovizioso di peringkat kedua setelah pebalap Ducati itu berhasil memenangkan seri di Sirkuit Misano tersebut.
Rossi yang hanya mengantongi seratus lima puluh satu poin tertinggal tiga angka dari Dovizioso. Namun, The Doctor sendiri tetap tak menyangka masih bisa berada di peringkat ketiga klasemen sementara meski kondisi Yamaha saat ini terpuruk.
“Secara ajaib, kami masih bisa berada di posisi ketiga dalam klasemen [sementara]. Sejujurnya, saya tidak mengerti hal ini masih bisa terjadi.”
“Setidaknya kami masih memiliki satu tujuan. Kami hanya tiga poin di bawah Dovizioso yang sudah menang tiga kali . Kami juga masih di atas Lorenzo dan Maverick Vinales,” ucap Rossi.
Untuk itu, The Doctor menegaskan setidaknya ia tetap meraih poin-poin yang cukup banyak pada seri selanjutnya untuk menjaga posisi.
“Dan, mungkin saja, mencoba dengan sedikit keberuntungan,” ucap Rossi.
Ketidakmampuan Rossi meraih podium puncak di musim balapan MotoGP tahun ini meupakan jawaban dari ketidakcocokannya dengan motor yang ia kenderai.
Mantan juara dunia kelas Luca Cadalora menilai performa Valentino Rossi yang menurun pada dua musim MotoGP terakhir tidak terlepas dari motor yang dikendarai.
Rossi sudah tidak pernah menjadi juara dalam dua puluh dua seri balap. Setelah menjadi juara pada MotoGP Belanda tahun lalu, pebalap tim Yamaha itu puasa gelar.
Kans Rossi menjadi juara dunia MotoGP in pun menipis setelah berulang kali gagal tampil sebagai juara seri. Capaian terbaik The Doctor pada tahun ini adalah runner up di MotoGP Jerman.
“Jika Anda ingin meraih gelar juara, maka Anda harus memenangi seri. Itu adalah hal yang terbaik yang dapat Anda lakukan. Berada di podium memang bagus, tapi kemenangan adalah hal lain lagi,” ujar Cadalora ketika diwawancarai MotoGP seperti dilansir Tuttomotoriweb.
“Di dalam tim kita memberikan yang terbaik setiap akhir pekan. Terkadang itu tidak cukup, tapi itu adalah kesalahan kami.
Jika kami memberinya motor yang tepat maka dia akan meraih kemenangan,” sambung Cadalora.
Cadalora yang pensiun dari balapan sejak tahun dua ribu kembali mendekati lintasan balap sebagai pelatih Rossi.
Kerja sama dengan Rossi yang sudah dimulai pada tiga musim lalu membuat Cadalora gembira lantaran bisa membantu pebalap dan bernostalgia dengan masa lalunya sebagai pebalap.
“Ketika Anda bisa menjadi instruktur balapan dan membantu pebalap menjadi lebih cepat, itu menimbulkan rasa senang. Saya berusaha melihatnya dari luar. Saya mengatakan apa yang saya lihat,” kata Cadalora.
“Saya bertemu dengan Valentino tiga tahun lalu di Misano. Sejak saat itu dia merasa saya bisa memberi bantuan. Saya menjadi pelatih balapnya, saya sangat senang,” tambah mantan pebalap
Rossi sendiri juga merasa heran dengan posisinya di arena balapan MotoGP musim ini.
Ia mengaku heran dengan posisi ketiga klasemen sementara MotoGP 2018 yang dipegangnya di saat ia mengalami banyak masalah bersama Yamaha musim ini.
Rossi sering mengeluh sejak awal musim MotoGP . Keluhan Rossi tentang performa motor Yamaha tetap terdengar hingga balapan akhir di MotoGP San Marino.
Rossi menganggap motor Yamaha miliknya belum bisa mengantarnya jadi juara seri lantaran performanya belum konsisten. Meski demikian Rossi saat ini ada di posisi ketiga klasemen, bahkan sebelumnya sempat ada di posisi kedua.
Rossi mengakui bahwa peluang juara dunia musim ini sudah nyaris tertutup untuk dirinya. Meski demikian, Rossi bertekad akan berjuang di sisa enam seri balapan yang ada.
“Kami harus tetap konsentrasi dan memberikan kemampuan maksimal karena dalam klasemen kejuaraan, secara ajaib saya ada di posisi ketiga.”
“Sejatinya saya tak mengerti mengapa saya bisa ada di posisi ketiga,” kata Rossi seperti dikutip dari Motorsport.
Keberhasilan Rossi ada di posisi ketiga, setelah sebelumnya sempat di posisi kedua, tak lepas dari kesialan yang dialami Andrea Dovizioso di beberapa seri dan baru bangkitnya Jorge Lorenzo di sejumlah seri terakhir.
Ketika performa Dovizioso kembali ke level terbaiknya, ia bisa mengejar Rossi. Bahkan bila Lorenzo tak mengalami kecelakaan di San Marino, Rossi kini ada di posisi keempat.
“Sangat sulit untuk bertahan di posisi ketiga, namun kami punya target dan berusaha untuk bertahan. Kami tak jauh dari Dovizioso dan punya keunggulan poin atas Lorenzo dan Maverick Vinales.”
“Menilik hal tersebut, kami masih punya target penting untuk dikejar,” ujar Rossi.
Terhadap poisisnya itu Rossi mengatakann hambatan mesin Yamaha menjadi sebeb unggulan kegagalannya meraih podium di San Marino
“Yamaha mengalami masalah baru yang mempengaruhi performanya pada musim balap MotoGP musim ini selain problem perangkat elektronik dan ban,” ungkap Rossi se[perti ditulis “cras,” Rabu, 12 September..
Rossi yang tidak mampu menembus peringkat tiga besar pada tiga balapan terakhir pada putaran kedua memperkirakan masalah mesin menambah persoalan yang menghambat laju motor