Taruli Artha Sortiana Pangaribuan akrab disapa Ully Artha telah pergi dengan “chusnul khotimah.” Siapa sangka wanita dari keluarga yang sangat relegius dengan keyakinan “kristiani”nya itu tutup usia sebagai seorang muslimah yang sedang gairahnya mencari pijakan kuat bagi keyakinannya itu.
Minggu 16 Juni 2013 pukul 16.45 di Ruang ICU RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta. Ully pergi dalam usia 59 tahun dengan menguakkan dua misteri sekaligus. Ia sudah menjadi seorang muslimah, dan dia juga adalah seorang istri dari lelaki yang di ujung hidupnya selalu melafadhkan bacaan ayat-ayat suci Al Quran.
Ully, yang menurut seorang teman dekatnya, di ujung hidupnya, paling tidak selama setahun terakhir, sudah menemukan “sumur” kehidupan sejati lewat gairahnya mencari kebenaran dalam keyakinan Islam. Ia bersama sang suami, yang dipertemukan Illahi di sebuah pusat perbelanjaan, selalu ingin mendengarkan tausyiah tentang Islam dan ia juga menempatkan diri sebagai istri yang mengabdi.
Ully, yang merupakan tiang keluarga dalam membesar adik-adiknya adalah contoh seorang wanita yang sangat tegar. Ia tak pernah mengeluhkan tentang persoalan kehidupannya. Ia seorang periang yang selalu hadir untuk mengabarkan kegembiraan kepada setiap orang.
Sapanya yang heboh dan gurauannya yang memecahkan tawa keras selalu bisa dikenang oleh setiap orang. Tapi ada satu yang tak pernah dihebohkannya. Kehidupan pribadinya. Ia memilih melajang hingga di usia sangat senja.
Dan entah takdir yang bagaimana menyentuhnya di usia 58 tahu, Ully memutuskan untuk menikah. Tak banyak orang yang tahu. Bahkan ketika ia tampil di acara “Just Alvin,” Minggu malam, tiga bulan lalu, ia masih berhoo…hhhooo … dengan heboh. Dan tak ada yang satu pun kalimat dari mulutnya yang mengisyaratkan bahwa ia sudah menjadi seorang muslimah dan punya suami.
Kala itu Ully dengan balutan busana tertutup, memakai penutup kepala dari rajutan serta mengenakan sepatu “booth” kulit tinggi, sudah mengundang kecurigaan bahwa ia seorang muslimah. Sebelum penampilan itu Ully biasanya selalu berbusana wah, dengan belahan dada rendah atau pun lengan “you can see.”
Ya, Ully telah tiada dengan misteri yang menyeruak tentang keberadaannya sebagai pribadi yang selama ini tertutup. Kematiannya membuka semua teka teki. Dan di hari kematiannya ia memamng dikafani dan di acarakan sebagai seorang perempuan muslimah.
Bahkan keluarga, adik-adiknya, menerima pilihan keyakinan Ully ini. Dan di rumah duka mereka bermohon kepada sang suami untuk bisa mendoakan sang “hero” dengan cara mereka. Dan tak ada halangan untuk itu. Sebab prosesi jenazah dari dikafani, dishalatkan hingga dikuburkan dilaksanakan secara Islam. Bahkan di pembaringannya, di rumah duka, seputar jenazahnya hanya boleh diperdengarkan lafadh-lafadh ayat suci Al Quran.
“Innalillah wainailahi rojiun” Ully Artha meninggal pada pukul 16.45 dan di makamkan hari ini 17 Juni 2013 di Pemakamam Umum Tanah Kusir
Kabar meninggalnya Ully Artha membuat banyak orang terkaget-kaget. Obrolan bernada tak percaya pun merebak di Twitter untuk menanyakan kebenaran kabar tersebut. “Benarkah actress senior kita Uli Artha meninggal dunia? Ada yang bisa kasih jawaban berita ini… Inalillahi…,” tulis sebuah akun Twitter.
Aktris kelahiran 17 Oktober 1953 itu mengawali karier sebagai pemain drama di TVRI tahun 1970-an. Setelah itu, Ully juga pernah menjajal dunia model dan catwalk, tetapi Ully tetap setia dengan seni peran.
Dengan gelar “Miss Teenager Metropolitan” (1970) membuatnya diincar oleh produser Tati & Son untuk bermain dalam film Tjisadane (1971). Beberapa kali Ully berhasil mendapat nominasi dalam ajang FFI, antara lain Pengemis dan Tukang Becak (1979), Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1986), dan Potret (1991).
Namanya semakin dikenal setelah bermain dalam film Kembang-Kembang Plastik (1977) karya Wim Umboh. Dalam film tersebut, Ully berpasangan dengan aktor Roy Marten. Selanjutnya, Ully bermain dalam film Satu Malam Dua Cinta (1978), Pengemis dan Tukang Becak (1979), Kejarlah Daku Kau Kutangkap (1985), Keluarga Markum (1986), Siapa Menabur Benci Akan Menuai Bencana (1988), Semua Sayang Kamu (1989), Turangga (1990), Potret (1991), dan lain-lain.
Setelah industri film Indonesia “pingsan”, Ully bergabung dengan rumah produksi Multivision Plus, SinemArt, maupun MD Entertainment dan telah membintangi banyak sinetron yang cukup sukses, di antaranya Buku Harian (bersama Elma Theana, Desy Ratnasari, dan Didi Petet), Janjiku (bersama dengan Paramitha Rusady), dan Mama, sebuah sinetron komedi situasi yang naskahnya juga ditulis oleh Ully.
Dalam Festival Sinetron Indonesia 1996, namanya masuk dalam unggulan sebagai Pemeran Utama Wanita jenis komedi dalam Suami-Suami Takut Isteri. Pada tahun sebelumnya, Ully meraih unggulan untuk Pemeran Pembantu Wanita untuk Miniseri Pakaian dan Kepalsuan arahan Teguh Karya.
Semakin bertambah usia tak menghambatnya untuk tetap produktif. Hal ini dibuktikan sendiri dengan membintangi film Jagad X Code (2009) dan Bebek Belur (2010).
Hingga saat ini, pihak keluarga yang masih dirundung duka belum bersedia memberikan kata-kata.