Kentut dengan bau yang tak sedap?
Ya, jangan anggap itu sebagai hal yang wajar.
Lantas?
Kondisi ini muncul karena kita mengonsumsi makanan yang bisa menyebabkan fermentasi di dalam saluran pencernaan sehingga membuat gas yang diproduksi memiliki bau yang menyengat.
Selain itu, ada yang menyebut bau kentut yang sangat menyengat menandakan bahwa kita sedang mengalami masalah kesehatan, apalagi jika kita sering mengeluarkannya, mengalami sensasi tidak nyaman pada perut, dan mengalami masalah buang air besar baik itu diare ataupun sembelit.
Sebenarnya, bagaimana bisa kentut muncul masih menjadi hal yang misteri bagi banyak pakar kesehatan.
Sebagai contoh, seorang peneliti bernama Peter Gibson yang berasal dari Monash University yang ada di Victoria, Australia menyebut para ahli sebenarnya hanya mengetahui sedikit fakta tentang kentut.
“Apa yang kita keluarkan dari belakang ini sebenarnya hanya memberikan informasi tentang apa yang terjadi di dua puluh centimeter terakhir usus.”
“Kami masih mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di 1seratus tiga puluh centimeter bagian usus di depannya. Selain itu, bagaimana bisa sistem pencernaan mampu menyebabkan kentut seperti sebuah ledakan saat kita keluarkan masih menjadi misteri,” ungkap Gibson.
Sebenarnya, ada banyak sekali hal yang mempengaruhi sistem pencernaan kita.
Selain makanan, sistem metabolisme tubuh, dan keberadaan makhluk mikroorganisme di dalam perut, faktor genetik ternyata juga ikut mempengaruhi kentut kita.
Jika terjadi sesuatu yang berbeda pada kentut, bisa jadi kita sedang mengalami masalah kesehatan yang tidak bisa disepelekan.
“Kami hanya mengetahui sedikit dari potongan informasi ini. Hingga saat ini kami belum benar-benar mendapatkan inti dari kebiasaan kentut kita,” lanjut Gibson.
Gibson dan timnya pun berusaha untuk mencari tahu bagaimana kentut berawal dan terus mengukur gas ini pada setiap bagian saluran penceraan.
Ia pun menemukan bahwa produksi hydrogen dan gas metana di dalam perut dalam jumlah yang berlebihan, yang biasanya akan membuat bau kentut sangat menyengat, ternyata terkait dengan cara usus menyerap karbohidrat, pati, atau gula.
Jika sampai produksi gas metana sudah sangat berlebihan, maka pergerakan usus akan terganggu dan hal ini akan menyebabkan gejala konstipasi, khususnya bagi mereka yang mengalami sindrom iritasi usus.
Hanya saja, Gibson belum menemukan di bagian pencernaan mana produksi gas metana bisa naik.
“Kami hanya tahu bahwa produksi gas ini di bagian usus besar, tapi tidak benar-benar bisa memastikan dimana tempatnya,” terangnya.
Sementara itu, hydrogen sulfida yang bisa membuat aroma kentut layaknya telur busuk ini akan menyebabkan sensasi tidak nyaman saat kita mengeluarkannya.
Bahkan, menurut Gibson, keberadaan gas ini dalam jumlah yang banyak bisa jadi menandakan kerusakan pada usus, penyakit radang usus, atau bahkan kanker usus besar.
“Gas di dalam kentut bisa memberikan informasi penting, karena alasan inilah kami ingin mencari tahu tentang kentut lebih dalam,” katanya.
Sayangnya, hingga saat ini teknik pengukuran gas di dalam perut justru dilakukan dengan tes napas.
Teknik ini dilakukan karena gas memang diserap oleh darah dan dilepaskan oleh paru-paru sehingga apa yang kita hembuskan keluar dari pernapasan bisa jadi menunjukkan jejak dari gas yang ada di dalam saluran pencernaan.
Sayangnya, hal ini juga bisa mengecoh karena bisa jadi gas yang diproduksi adalah yang berasal dari mulut.
Kini, Gibson dan timnya sedang berusaha untuk membuat pil yang bisa menjadi pencari fakta tentang apa yang terjadi di dalam perut.
Diharapkan, pil ini bisa memberikan banyak data tentang produksi gas sehingga bisa memberitahukan banyak hal tentang kondisi pencernaan kita.