Perdagangan komoditi tambang, terutama emas logam mulia jatuh ke harga tingkat terendah selama tiga tahun terakhir dan ditinggalkan oleh para pialang dan investor karena tidak menarik lagi. Di pasar komoditi emas logam mulia, New York, London dan Hongkong para investor sudah “lari” dari permintaan dan penawaran.
Kondisi paling buruk terjadi Jumat pagi ketika harga emas betul-betul meluncur ke jurang terdalam sejak 2010. Makin terjun bebasnya harga emas di disebabkan “ The Federal Reserve” atau Bank sentral Ameriksa serikat-kalau di Indonesia BI, mengisyaratkan bahwa pengurangan stimulus moneter semakin dekat karena ekonomi Amerika Serikat makin pulih.
Dampak dari pengurangan stimulus itu langsung menerjang berbagai komoditi dan yang paling terkena imbasnya adalah emas. Selama ini emas merupakan incaran para investor dan pialang karena harganya melonjak-lonjak.
Banyak analis mengamati harga emas selama rally panjang kenaikan sebagai tidak rasional lagi. Kecepatan kenaikan harga emas melebihi komoditi lainnya dan alasan kenaikan itu adalah “permainan” pasat semata.
Pagi ini, Jumat, ketika perdagangan komoditi di pasar New York dibuka harga emas di pasar spot langsung terkulai 1,2 persen menjadi 1.269,46 dollar AS per ounce, terendah sejak 16 September 2010, dan berada di 1.272,77 dollar AS pada pukul 21.45 di Singapura.
Emas sudah ambles 8,5 persen minggu ini, yang menunjukkan performa terburuk sejak 23 September 2011.
“Efek pernyataan Ben S Bernanke adalah semakin perkasanya dollar AS,” ungkap Lachlan Shaw, analis di Commonwealth Bank of Australia.
Menurutnya, logam mulia bernasib buruk karena daya tariknya sebagai lindung nilai menurun mengikuti prospek kebijakan baru The Fed.
Perdagangan emas di Antam juga tidak bergairah. Antam masih memberlakukan harga jual dan harga beli kembali persis seperti lima hari sebelumnya. Tidak ada perubahan harga dan pembeli maupun penjual hanya “wat and see.”