Ada kepercayaan umum bahwa hujan-hujanan bisa bikin sakit, mulai dari flu, masuk angin sampai diare.
Paparan gerimis pun diyakini bisa menyebabkan sakit kepala dan menjadikan penyakit lebih parah.
Bahkan, ada yang beranggapan bahwa air hujan yang turun pertama kali seusai kemarau panjang mengandung sejumlah penyakit yang lebih berbahaya. Benarkah demikian?
Menurut para ahli, segala hal yang sering Anda dengar soal kehujanan bikin sakit sebetulnya hanya mitos.
Faktanya, bukan basah-basahan atau air hujan yang menyebabkan munculnya penyakit, melainkan kekebalan tubuh yang sedang lemah. Kondisi itu membuat seseorang akan lebih mudah terpapar penyakit.
Apalagi di musim hujan kuman penyakit akan lebih mudah menyebar dan berkembang biak. Suhu udara pun akan menurun menjadi lebih dingin, dan banyak bukti yang menunjukkan bahwa dinginnya hujan bisa memengaruhi daya tahan serta fluktuasi suhu tubuh.
Pada akhirnya, semua itu berkontribusi terhadap berbagai penyakit, yang sering kita kaitkan sebagai akibat dari kehujanan. Berikut penjelasan lengkapnya.
WebMD menulis, kedinginan atau kebasahan akibat hujan tidak menyebabkan orang sakit. Namun, tubuh bisa lebih mudah terserang flu dan penyakit lain mana kala seseorang sangat lelah, mengalami stres, atau memiliki alergi dengan gejala hidung dan tenggorokan.
Laman National Institute of Allergy and Infectious Diseases) dan Healthline juga menjelaskan, bahwa pilek dan flu hanya disebabkan oleh virus.
Flu disebabkan oleh virus influenza dan pilek disebabkan lebih banyak jenis virus. Dari sekitar dua ratus virus penyebab pilek biasa, sebagian besar disebabkan oleh jenis rhinovirus—berikutnya disusul coronavirus, enterovirus, dan sebagainya.
Virus-virus ini bisa menular dengan menghirup udara atau kontak langsung seperti ketika Anda menyentuh sesuatu yang sudah terpapar virus, lalu menyentuh hidung, mulut atau mata.
Virus juga lebih mudah menyebar dan berkembang biak ketika udara lebih kering dan dingin seperti saat hujan.
“Ditambah lagi, air hujan menghantam tanah serta mengangkat bakteri dan virus dari tanah ke udara,“ ujar Mahesa Paranadipa dari Perhimpunan Dokter Indonesia.
Bagaimana virus bisa membuat kita sakit di musim hujan telah diungkap untuk pertama kalinya oleh tim peneliti dari Yale University.
Pada empat tahun lalu, mereka memodifikasi rhinovirus untuk menginfeksi tikus. Peneliti membandingkan paparan rhinovirus pada suhu normal tubuh dan suhu lebih rendah di hidung .
Hasil temuan yang diterbitkan dalam jurnal PNAS menunjukkan suhu yang lebih rendah atau relatif dingin benar-benar menghambat pertahanan tubuh terhadap infeksi virus.
Dalam kondisi dingin, menurut peneliti, fungsi sistem kekebalan tubuh seolah tersendat-sendat. Ini mencegah suatu sel kekebalan yang terpapar virus bekerja semestinya, seperti kesulitan mengirim sinyal tanda bahaya pada sel lain di sekitarnya dan tidak mampu membentuk protein pertahanan tubuh secara sempurna.
Alhasil, respons sistem imun yang melemah dan melambat, memungkinkan rhinovirus yang lebih suka lingkungan dingin menempati hidung sebagai sistem pertahanan pertama. Mereka bahkan berkembang biak di hidung sehingga tubuh rentan jatuh sakit.
Tak hanya penyakit yang berkaitan dengan virus, paparan cuaca dingin yang mendadak akibat turun hujan juga bisa memengaruhi daya tahan dan suhu tubuh sehingga menimbulkan berbagai penyakit.
Menukil Medical News Today, ada sejumlah penelitian yang membuktikan bahwa suhu lebih rendah atau lebih dingin seperti saat hujan bisa menurunkan kekebalan tubuh.
Udara dingin bukan hanya menghambat diproduksinya vitamin D yang baik bagi kekebalan tubuh kita, tapi juga menyebabkan pembuluh darah di saluran pernapasan menyempit.
Meski membantu tubuh menghemat panas, penyempitan pembuluh darah menyulitkan sel darah putih melawan kuman.
Selain itu, dinginnya air hujan akan membuat suhu tubuh turun. Kondisi ini membuat tubuh terpaksa bekerja lebih keras mengeluarkan energi lebih besar untuk menyeimbangkan suhu dan mengurangi rasa dingin.
Masalahnya, jika daya tahan sedang lemah, tubuh tidak dapat mengimbangi perubahan suhu yang terlalu drastis.
Akibatnya, di daerah kepala yang biasanya terpapar hujan lebih dulu, akan mengalami perbedaan tekanan dengan udara luar. Inilah mengapa kita mudah merasa pusing saat terkena gerimis meski hanya sebentar.
Lantas, benarkah kita harus keramas serta mandi dan segera mengganti pakaian kering setelah kehujanan? Sebagai pencegahan timbulnya penyakit, tak ada salahnya.
Bagaimanapun, kuman lebih mudah menyebar di udara dingin dan seringnya kontak dengan orang lain semisal berteduh saat kehujanan memudahkan penularan penyakit.
Jika tidak segera bersih-bersih, minimal dengan cuci tangan, ada kemungkinan penyakit memapar tubuh.
Apalagi di beberapa wilayah, hujan mungkin disebabkan oleh polusi berlebihan di udara. Polusi diketahui berisiko bagi kesehatan.
Menurut pakar kesehatan dr. Adnan Yusuf, keramas bisa mencegah rambut mengalami kerusakan akibat terpapar air hujan yang kaya akan polusi, kotoran, hingga zat asam.
Mengganti pakaian kering juga bisa mencegah timbunya jamur penyebab masalah kulit akibat baju yang lembap, sekaligus menjaga tubuh tetap hangat agar kekebalan tak menurun.
Katanya, hujan-hujanan bikin Anda sakit, karena air hujan mengandung banyak kuman dan bakteri.
Lantas, bagaimana jika kehujanan?
Tenang, Anda bisa melakukan berbagai cara supaya tidak sakit setelah kehujanan, kok.
Saat bepergian keluar, hujan turun tiba-tiba. Anda lupa membawa payung atau jas hujan dan kepalang tanggung hampir sampai tujuan. Anda kemungkinan akan memilih untuk melanjutkan perjalanan.
Meski sampai tujuan lebih cepat, tubuh yang kebasahan karena hujan bisa membuat Anda sakit, misalnya demam, flu, atau pilek.
Bahkan, sekali pun Anda memakai payung, hujan yang cukup deras dan angin kencang tetap bisa membuat tubuh basah.
Supaya Anda tidak sakit setelah kehujanan, segera lakukan beberapa langkah .
Salah satu alasan kenapa Anda bisa sakit setelah kehujanan yaitu suhu tubuh menurun akibat kebasahan dan kedinginan.
Turunnya suhu tubuh dapat mengakibatkan sistem imun sedikit melemah.
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa rhinovirus dapat berkembang dengan baik pada suhu yang lebih rendah dari tiga puluh tujuh derajat Celcius.
Suhu tersebut adalah rata-rata suhu tubuh ketika seseorang kehujanan.
Pada saat itu, rhinovirus yang sedang kuat-kuatnya tentu sulit ditaklukan oleh sistem imun Anda yang lemah.
Akibatnya, virus tersebut pun akan menang dan menyebabkan infeksi di dalam rongga hidung. Anda pun bisa terkena berbagai penyakit, seperti sakit tengorokan, hidung tersumbat, batuk, dan demam.
Supaya Anda tidak kedinginan karena kehujanan dan sistem imun tidak melemah, Anda harus melepaskan pakaian Anda yang basah.
Setelah melepas pakaian yang basah, sebaiknya Anda membersihkan diri segera. \
Kenapa?
Tindakan ini dapat menghilangkan semua kuman yang menempel di kulit, baik itu dari genangan air hujan atau jalan yang berlumpur.
Selain itu, mandi air hangat setelah kehujanan juga membantu Anda menaikkan suhu tubuh.
Namun, ingat jangan terlalu lama, cukup sepuluh hingga ,imabelas menit saja supaya kulit tidak kering. Selanjutnya, keringkan tubuh terutama rambut Anda.
Seteah hujan turun, suhu di ruangan juga akan menurun. Supaya Anda tidak kedinginan dan suhu tubuh tidak menurun, dianjurkan menggunakan pakaian yang lebih tebal.
Pakaian ini dapat menghangatkan tubuh Anda dan mencegah Anda sakit setelah hujan.
Menghirup udara kering dan dingin menyebabkan pembuluh darah di saluran pernapasan bagian atas menyempit, membuat Anda bernapas lebih hemat. Ini mencegah sel-sel darah putih mencapai selaput lendir untuk melawan rhinovirus.
Untuk itu, Anda perlu menghirup udara yang lebih lembap dan hangat.
Cobalah untuk membuat teh hangat dan hirup beberapa kali sebelum diminum supaya jalan pernapasan lebih lancar.
Supaya sistem imun Anda lebih kuat, istirahat secukupnya. Dengan begitu, Anda akan terhindar dari sakit setelah kehujanan.