Markas Manchester United tidak lagi angker bagi klub-klub lawan di Liga Inggris maupun daratan Eropa lainnya sejak era Sir Alex Ferguson.
Statistik menunjukkan, Man United tak lagi tampil impresif di Stadion Old Trafford selama enam musim beruntun sejak enam tahun lalu.
Pada masa-masa terakhir Ferguson di kursi manajer, Man United masih teratas dalam klasemen Liga Inggris khusus di laga kandang.
Setan Merah meraup empat puluh delapan poin dari sembilan belas pertandingan saat itu di stadion yang dikenal sebagai ‘Theatre of Dreams’ bagi para fan mereka.
Meski kalah tiga kali, Man United meraih enam belas kemenangan kandang. Man City yang saat ini menjadi juara Liga Inggris membuntuti di peringkat kedua pada musim tersebut.
Usai era Ferguson tepatnya ketika The Red Devils di bawah kendali David Moyes pada musim 2013/2014, Man United jeblok di laga kandang.
Paling mencolok adalah tujuh kali kekalahan yang diderita MU di laga kandang. Mereka berada di urutan kesembilan klasemen akhir khusus pertandingan-pertandingan di rumah sendiri.
Dari 19 laga kandang, MU hanya mendulang 30 poin dan berada pada urutan ketujuh. Perolehan tersebut bahkan di bawah Stoke City yang meraih 36 poin atau 10 kali menang dan enam kali imbang.
Pada musim 2014/2015 saat kursi manajer diisi sementara oleh Ryan Giggs kemudian masuk Louis van Gaal, Setan Merah juga tak gereget di kandang sendiri.
Man United menderita tiga kali kekalahan di Old Traffford meski menang empat belas kali dan dua kali imbang. Mereka menempati peringkat ketiga dengan hanya mendulang 44 poin di klasemen laga kandang Liga Inggris musim itu.
Penampilan Man United di musim berikutnya mengalami peningkatan dengan catatan 12 kemenangan, enam imbang, dan hanya sekali kalah dengan 41 poin di laga kandang. Namun, Setan Merah yang berada di peringkat kedua masih di bawah Leicester City dengan mendulang 42 poin.
Penampilan kandang Setan Merah kembali mengalami penurunan drastis sejak ditangani Jose Mourinho pada tiga mudim lalu. Mereka hanya meraih delapan kemenangan, sepuluh kali imbang, dan sekali kalah atau mengantongi tiga puluh empat poin. MU saat itu hanya menduduki peringkat ketujuh klasemen laga kandang.
Performa mereka kembali menanjak pada laga kandang di musim dua tahun lalu. Setan Merah meraih lima belas kemenangan, dua imbang dan dua kali kalah dengan mengantongi empat puluh tiga poin di urutan ketiga klasemen laga kandang.
MU kembali jeblok di laga kandang pada musim lalu atau masa transisi dari Mourinho ke Ole Gunnar Solskjaer. Mereka hanya meraih 10 kemenangan, enam imbang, dan tiga kali kalah.
Dan MU harus bekerja keras untuk bisa bangkit musim depan setelah terpuruk di Liga Primer Inggris musim ini.
Perubahan besar harus dilakukan MU jika masih mempercayakan Ole Gunnar Solskjaer sebagai manajer.
MU meraih salah satu hasil terburuk sepanjang keikutsertaan di Liga Primer Inggris. The Red Devils dipastikan gagal bermain di Liga Champions musim depan setelah hanya mampu finis di posisi enam. Sejumlah rekor buruk pun diciptakan Paul Pogba dan kawan-kawan.
MU mengalami rekor kebobolan, clean sheet, dan jarak poin dengan tim juara paling buruk sepanjang sejarah mereka di Liga Primer Inggris. MU kebobolan lima puluh empat gol, hanya mampu melakukan dua clean sheet di kandang dan kalah tiga puluh dua poin dari Manchester City di akhir musim.
Sejumlah pihak meyakini memecat Solskjaer merupakan salah satu langkah yang harus dilakukan manajemen MU. Namun, manajemen MU sudah terlanjur mempercayakan Solskjaer ketika memberi kontrak berdurasi tiga tahun
Lalu, apa yang harus dilakukan MU dengan Ole sebagai ‘pengemudi’ tim musim depan?
Langkah pertama adalah membuang pemain yang dianggap sebagai biang kerok. Pemain seperti Paul Pogba, Anthony Martial, dan sejumlah pemain lainnya yang sudah tidak memiliki hati di Old Trafford sebaiknya dijual.
Pogba contohnya. Pemain asal Prancis itu terlihat lebih fokus tampil di luar lapangan ketimbang memperbaiki penampilan di dalam lapangan. Pogba sempat bermasalah dengan Jose Mourinho sebelum Solskjaer ditunjuk sebagai manajer interim karena unggahan di Instagram.
Martial juga sudah tidak memiliki hasrat bermain di Old Trafford. Mantan pemain AS Monaco itu pernah tertangkap kamera bermalas-malasan ketika menjalani pemanasan jelang melawan Chelsea.
Pemain seperti Alexis Sanchez juga harus dibuang. Pasalnya, Sanchez membuat MU hanya buang-buang uang. Berstatus pemain dengan gaji tertinggi, Sanchez tidak memberi kontribusi sama sekali untuk tim dan bahkan lebih sering bermasalah dengan cedera.
Solskjaer seharusnya mempertahankan pemain yang benar-benar profesional dalam bermain seperti Juan Mata, yang selalu memberikan segalanya di atas lapangan.
Menariknya, Mata justru lebih sering dicadangkan Solskjaer sejak terpilih menjadi manajer MU.
Sebagai gantinya, Solskjaer harus mendatangkan pemain yang benar-benar dibutuhkan MU musim depan. Jelas MU membutuhkan pemain baru di setiap lini, dari belakang hingga depan. Beri Solskjaer kesempatan untuk mendapatkan pemain pilihannya sendiri musim depan.
MU jelas membutuhkan bek tengah baru, bek sayap baru, gelandang bertahan baru, gelandang serang baru, pemain sayap baru, dan penyerang baru. Selain itu MU juga membutuhkan pemain senior yang bisa memimpin tim saat menghadapi masa-masa sulit.
Gelandang MU Nemanja Matic mengaku masalah utama MU musim ini adalah tidak memiliki pemain yang bisa memimpin tim, baik di atas lapangan dan di ruang ganti. Praktis hanya Ashley Young, Matic, dan Mata tiga pemain paling senior di skuat MU musim ini.
MU tidak memiliki pemain yang memimpin tim di saat Pogba, Marcus Rashford, Romelu Lukaku, atau Chris Smalling mengalami kebuntuan di atas lapangan.