Pebalap Yamaha Maverick Vinales mengakui kemenangan di MotoGP Belanda , Minggu, masih seperti mimpi baginya.
Vinales memastikan kemenangan MotoGP Belanda usai menjalani duel ketat dengan Marc Marquez di beberapa lap terakhir.
Marquez sempat berhasil memimpin namun kemenangan akhirnya jatuh ke tangan Vinales. Ini merupakan kemenangan pertama Yamaha sejak Vinales menang di MotoGP Australia,
Juara di Assen masih seperti mimpi bagi Vinales yang tercatat tiga kali gagal finis di seri awal MotoGP
Saya masih merasa seperti bermimpi usai kemenangan di Assen,” kata Vinales seperti dilansir Crash.
“Kemenangan ini datang di saat kami sangat membutuhkannya sekaligus memberikan kepercayaan diri serta kekuatan untuk terus bekerja keras,” sambungnya.
Pebalap asal Spanyol itu berharap mampu mengulangi hasil positif di Assen saat tampil di MotoGP Jerman, akhir pekan ini.
“Kami tiba di Sachsenring dengan konsentrasi tinggi dan bersemangat untuk membuktikan bahwa apa yang terjadi di Belanda bukan sebuah kebetulan melainkan hasil dari kerja keras,” ujarnya.
Sementara itu rivalitas Maverick Vinales vs Marc Marquez mulai panas setelah keduanya bersaing ketat di MotoGP Belanda .
Vinales mulai menjawab prediksi banyak kalangan bahwa ia adalah pesaing ideal Marquez yang beberapa tahun terakhir seakan meroket sendirian di MotoGP.
Raihan juara MotoGP Belanda di Sirkuit Assen,, menjadi bukti bahwa Vinales memang mampu jadi rival serius Marquez yang sudah mencicipi lima gelar juara dunia.
Dengan pertarungan sengit, Vinales berhasil mengasapi Marquez yang harus puas finis di urutan kedua. Di mana podium ketiga diraih rookie tersukses musim ini, Fabio Quartararo.
Sejak pindah ke Yamaha dua tahun silam, Vinales sempat diprediksi bakal jadi ‘pengganggu’ dominasi Marquez. Namun, pebalap itu kerap terbentur masalah dengan motor miliknya.
Vinales yang sempat dijuluki ‘Anti-Marquez’ mengalami masa pasang surut. Ia hanya mampu meraih tiga kali podium pertama pada musim lslu dan sekali juara di musim ini.
Pebalap yang juga dijuluki Top Gun itu juga gagal bersinar di awal MotoGP. Ia tiga kali gagal finis dari total delapan seri dan baru berhasil juara di Sirkuit Assen.
Performa fantastis Vinales di MotoGP Belanda diharapkan jadi titik balik kariernya di MotoGP. Terlebih saat ini pria kelahiran Figueres, Spanyol, itu terpaut 93 poin dari Marquez yang menguasai puncak klasemen.
Meski demikian, julukan Anti-Marquez bisa kembali akrab dengan Vinales andai mampu mempertahankan konsistensi di seri tersisa musim ini.
Maverick Vinales sendiri santai melihat performa bagus pembalap Petronas Yamaha Fabio Quartararo Dia malah mengaku ikut senang dengan performa Quartararo yang sangat kompetitif sejak MotoGP Jerez.
Quartararo kembali membuktikan kualitasnya sebagai rookie MotoGP yang bertalenta ketika berhasil finis ketiga pada MotoGP Belanda 2019, di Sirkuit Assen, Minggu (30/6/2019). Pembalap Prancis itu hanya kalah dari Maverick Vinales dan Marc Marquez yang masing-masing meraih kemenangan dan menjadi runner up.
Istimewanya, Quartararo berstatus rookie dan juga pembalap tim satelit. Adapun Vinales merupakan pembalap tim pabrikan Yamaha, begitu juga Marquez yang menggeber motor milik Repsol Honda.
Quartararo dalam beberapa kesempatan berhasil start di depan dua pembalap Monster Energy Yamaha, Vinales dan Valentino Rossi. Di MotoGP Barcelona dia juga naik podium, sedangkan Rossi dan Vinales terjatuh.
Posisi Quartararo di klasemen sementara MotoGP juga lebih baik daripada Vinales. Dia menempati peringkat keenam, sedangkan Vinales urutan ketujuh. Rossi bercokol di posisi kelima.
“Dalam kondisi apa pun, hal terpenting adalah merampungkan balapan. Fakta bahwa Quartararo begitu cepat menjadi poin yang menguntungkan kami,” kata Vinales, seperti dilansir Tuttomoriweb
Vinales juga mengatakan tak akan terlena dengan kemenangan di Assen. Menurutnya, mereka harus kembali bekerja keras untuk menghadapi balapan berikutnya, di MotoGP Jerman.
“Saya akan melanjutkan dengan mentalitas yang sama saat menghadapi balapan berikutnya. Kemenangan hanyalah efek dari sebuah kerja keras,” ujar Vinales.
“Saya juga bukan pembalap nomor satu di Yamaha. Valentino terlalu besar, Anda tak bisa mencoretnya, mungkin dia pergi ke Jerman dan menang,” imbuh pembalap yang menggunakan nomor dua belas tersebut.