Suplemen dibutuhkan untuk tubuh. Keberadaan vitamin diyakini dapat meningkatkan daya tahan hingga memelihara kesehatan tubuh.
Data yang tercatat oleh American Ostheopathy Association menyebut, hampir 86 persen orang Amerika Serikat mengonsumsi beragam jenis vitamin. Konsumsi vitamin dilakukan dengan harapan akan daya tahan tubuh yang meningkat.
Namun, faktanya kurang dari seperempat masyarakat AS mengalami penurunan nutrisi. Mengutip Daily Meal, analisis yang diterbitkan dalam jurnal Annals of Internal Medicine menyebut bahwa kebanyakan vitamin tak seefektif yang dipikirkan banyak orang.
Peneliti menelusuri penelitian ilmiah dan perbedaan tipe suplemen. Hasilnya, hampir setiap suplemen yang diuji secara signifikan tidak berkaitan dengan kesehatan. Berdasarkan studi, beberapa suplemen seperti kalsium dan vitamin D justru bisa meningkatkan risiko stroke.
“Obat mujarab yang dicari orang dalam suplemen makanan tidak ada di sana [vitamin],” ujar salah seorang penulis studi, Erin D Michos, dalam sebuah pernyataan. Menurutnya, seseorang harus fokus mendapatkan nutrisi dari intervensi diet sehat, dibandingkan melalui konsumsi suplemen.
“Jika sudah mendapatkan nutrisi dari konsumsi sehari-hari, tak perlu lagi mengonsumsi suplemen,” ujar Michos.
Kendati demikian, beberapa suplemen diketahui memberikan dampak positifnya untuk tubuh, meski tak signifikan. Asam folat dikaitkan dengan penurunan risiko stroke sebesar 20 persen. Sementara minyak ikan ditemukan berdampak positif pada kesehatan jantung.
Suplemen minyak ikan dikaitkan dengan penurunan risiko serangan jantung sebesar delapan persen dan tujuh persen penurunan kemungkinan menderita penyakit jantung.
Selain menganalisis efektivitas suplemen, peneliti juga meninjau perbedaan sejumlah program diet sehat. Termasuk di antaranya diet lemak dan garam.
Mereka menemukan hanya sedikit jenis diet yang dikaitkan dengan angka harapan hidup yang panjang. Diet mediterania bahkan ditemukan tak memiliki efek signifikan.
Satu-satunya intervensi diet yang tampak signifikan adalah pengurangan garam. Asupan garam yang berkurang mampu meningkatkan kesehatan jantung.
Selain itu ada suplemen yang tak perlu dikonsumsi
Para ahli gizi banyak menyarankan orang untuk mengonsumsi diet seimbang. Saran untuk makan makanan bergizi pun diimbangi dengan banyaknya iklan komersial yang menyarankan orang untuk mengonsumsi suplemen dengan asumsi pelengkap kebutuhan gizi.
Akan tetapi, banyak riset membuktikan suplemen atau vitamin tambahan tidak memiliki dampak signifikan terhadap kesehatan tubuh. Bahkan beberapa jenis vitamin tambahan justru dapat membawa dampak buruk. Dikutip dari Business Insider, berikut lima jenis vitamin tambahan yang tak perlu dikonsumsi.
Konsumsi multivitamin dianggap langkah baik untuk meningkatkan kesehatan, tapi ini salah. Berdasarkan studi yang dipublikasikan jurnal Circulation, ahli menyimpulkan bahwa konsumsi multivitamin tidak meningkatkan kesehatan
Selain itu, sebuah tinjauan yang dipublikasikan pada Journal of the American College of Cardiology edisi Juni menemukan tak ada bukti bahwa multivitamin berhubungan dengan penurunan risiko penyakit jantung, serangan jantung atau kematian.
Bahkan beberapa studi menyarankan agar tidak mengonsumsi multivitamin secara berlebihan karena justru bisa membahayakan. Sebuah studi jangka panjang yang melibatkan 3tiga puluh sembilan ribu perempuan lansia, menemukan mereka yang lebih dari dua puluh tahun mengonsumsi multivitamin memiliki risiko kematian lebih tinggi daripada mereka yang tidak mengonsumsi.
Maka disarankan untuk mengonsumsi makanan dengan nutrisi seimbang.
Antioksidan yang biasa terdiri dari vitamin A, C dan E diyakini dapat melindungi tubuh dari kanker. Antioksidan banyak ditemukan pada sayur dan buah khususnya beri.
Namun, antioksidan justru bisa memberi dampak negatif pada tubuh terlebih jika dikonsumsi berlebihan. Sebuah tinjauan dilakukan pada 2007.
Percobaan dilakukan pada beberapa jenis antioksidan berbeda dan hasilnya orang yang mengonsumsi pil antioksidan lebih memungkinkan meninggal dengan beragam akibat daripada mereka yang tidak.
Merasa tak enak badan? Sebaiknya tidak mengonsumsi vitamin C. Meski kadang jadi kebiasaan, tapi vitamin C terbukti tidak memberikan dampak signifikan pada tubuh saat sakit.
Seorang penulis dari tinjauan itu menemukan vitamin C tidak memiliki efek yang konsisten pada orang yang demam.
Di sisi lain, konsumsi vitamin C berlebih bisa membahayakan tubuh. Konsumsi dua ribu miligram vitamin atau lebih bisa meningkatkan risiko batu ginjal.
Untuk memperoleh asupan vitamin C yang lebih aman, sebaiknya konsumsi buah-buahan atau sayur yang kaya akan vitamin C seperti stroberi dan jeruk.
Vitamin B3 yang dikenal dengan sebutan niasin ini berfungsi untuk memulihkan tubuh dari beragam penyakit mulai dari alzheimer hingga penyakit jantung. Namun, konsumsi vitamin berlebih juga tak baik untuk tubuh.
Sebuah tinjauan yang dipublikasikan di Journal of the American College of Cardiology menemukan bahwa niasin sebenarnya berhubungan dengan sedikit peningkatan risiko kematian dengan beragam penyebab
Sementara itu pada sebuah studi pada dari ribuan partisipan pengidap penyakit jantung menemukan bahwa konsumsi pil vitamin tidak mengurangi insiden serangan jantung.
Di samping itu, orang yang mengonsumsi vitamin B3 tambahan juga lebih berisiko mengalami infeksi, masalah liver dan pendarahan internal daripada partisipan yang mengonsumsi placebo atau pil tanpa kandungan apapun.
Salah satu antioksidan, vitamin E dikenal berfungsi untuk melindungi tubuh dari serangan kanker. Hal ini dianggap benar sebuah studi menekukan peningkatan risiko kanker prostat pada partisipan pria.
Oleh karena itu untuk menambah asupan vitamin E sebaiknya orang mengonsumsi salad bayam segar atau sayuran hijau lain daripada konsumsi pil vitamin E.